Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Penyair Indonesia Taufiq Ismail tampak begitu sibuk pagi ini, Senin (30/1). Ia sedang menyiapkan lima buku dan tak bisa menerima panggilan telepon.
ADVERTISEMENT
Maka kami berbincang pendek-pendek via pesan singkat. Ia mengatakan perlu berkonsentrasi penuh untuk menulis.
Kami paham betul. Menulis kadang tak semudah membalikkan telapak tangan seperti dikira sebagian orang.
Sepintas, Taufiq terkesan tak begitu peduli dengan keramaian di jagat maya yang disebabkan oleh ucapannya pada acara Ikatan Alumni Universitas Indonesia, Jumat pekan lalu (27/1).
Pada silaturahmi “Iluni Bangkit untuk Keadilan” yang digelar di Taman Lingkar Perpustakaan UI itu, Taufiq mengomentari lagu Padamu Negeri ciptaan Kusbini yang diputar panitia di pembukaan acara.
Taufiq menganggap dua baris terakhir dalam lagu tersebut menyimpan persoalan. Dua baris yang ia maksud berbunyi, “Padamu negeri kami mengabdi. Bagimu negeri jiwa raga kami.”
Sementara dua baris itu ia persoalkan, tidak untuk dua baris di atasnya yang berbunyi, “Padamu negeri kami berjanji. Padamu negeri kami berbakti.”
ADVERTISEMENT
Taufiq mengatakan, jiwa raga adalah pemberian Allah sang Maha Pencipta, dan karenanya patut dikembalikan kepada Allah, bukan yang lain.
Oleh sebab itu, sastrawan 81 tahun itu menilai dua baris lirik paling bawah lagu Padamu Negeri sesat dan musyrik, sehingga mestinya diperbaiki.
Terkait ucapannya pekan lalu itu, Taufiq berkata singkat. “Ada puisi saya 18 tahun lalu tentang ini, berjudul Padamu Negeri di buku Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia.”
Ia menyarankan kami untuk membuka puisi itu. Berikut bunyinya.
Padamu Negeri
Al-Fatihah untuk Amir Biki
dan semua yang masuk bumi
di ladang-ladang pembantaian
berserakan di negeri ini
Aceh, Priok, Lampung, Nipah, Haur Koneng
Santa Cruz, Irian Jaya, Banyuwangi dan mana lagi
ADVERTISEMENT
Kami dianiaya bertahun-tahun berkali-kali
Beramai-ramai dibunuh dan dihabisi
Usai kami bantai janda-janda kami disakiti
Tak bisa melawan desa kami dibakari
Panah mustahil tandingan senjata tajam
Seperti rabies anjing dalam epidemi
Sebutlah beberapa nama kota lokasi propinsi
Kubur di mana maklumat tak diberi
Hidup kami berganti nyeri dan ngeri
Mengenang satu malam ratusan ditembaki
Mengingat bertahun ribuan dihabisi
Jadi setiap menyanyikan lagu ini
Tiba pada dua baris terakhir sekali
Jiwa raga cuma pada Tuhan kami beri
Sesudah itu terserah pada Dia sendiri
Apa akan dibagikanNya juga pada negeri
1998