Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Tawuran dan Premanisme Marak di Jakarta, Mungkinkah Hidupkan Lagi Polisi RW?
8 Mei 2025 19:48 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
ADVERTISEMENT
Kasus peredaran narkotika dan premanisme belakangan kembali marak terjadi. Tak hanya itu, tawuran yang berulang di sejumlah wilayah di Jakarta menimbulkan kekhawatiran tersendiri.
ADVERTISEMENT
Sepekan terakhir, tiga kali tawuran terjadi di kawasan Manggarai, dipicu letusan petasan. Kejadian serupa juga terjadi di kawasan Lenteng Agung.
Lalu, bagaimana sikap penegak hukum agar hal tersebut tak merebak di Ibu Kota?
Kapolda Metro Jaya, Irjen Pol Karyoto mengatakan, pihaknya memang menerima usulan dari Komisi III DPR agar polisi RW kembali dihidupkan. Namun hal ini menurutnya tak bisa menjadi satu-satunya solusi.
"Ini tadi menjadi salah satu sorotan dari anggota komisi juga, bahwa kalau mungkin apa polisi RW dihidupkan? sebenarnya mungkin kalau jumlah polisinya banyak," ujar Karyoto usai menerima anggota Komisi III DPR, Kajati DKI, hingga BNN di Mapolda Metro Jaya, Kamis (8/5).
Polisi RW merupakan polisi yang menempel di setiap RW yang ada di Jakarta. Program ini pertama kali dibentuk oleh eks Kapolda Metro Jaya yang kini Kabaharkam Polri, Komjen Fadil Imran.
ADVERTISEMENT
Di setiap RW itu ditempatkan seorang polisi yang menjadi mitra para pengurus RW. Apabila ada suatu persoalan, Pak RW atau pengurus RW bisa langsung lapor ke polisi RW ini.
Nantinya, polisi RW ini yang menjembatani ke Kapolsek atau pihak terkait. Masyarakat jadi akan lebih mudah dan dekat dengan polisi.
Karyoto mengatakan, dengan jumlah personel Polda Metro Jaya yang berjumlah 29 ribu untuk menjaga kota berpopulasi puluhan juta, sangat tidak mungkin untuk menghidupkan polisi RW.
"Tadi saya hitung 22 juta penduduk Jakarta dengan polisi, jumlah polisi 29 ribu, itu masih dikurangi ASN mungkin sekitar 3 atau 4 ribu. Kalau satu polisi harus menjaga 758 (RW), ini yang sangat tidak mungkin ketika kita harus menghidupkan polisi RW. Artinya, kalau harus dihidupkan polisi RW kan 1 RW itu satu polisi. Belum mencukupi jumlahnya," jelas Karyoto.
ADVERTISEMENT
Seandainya jumlah personel kepolisian mencukupi, kata Karyoto, polisi RW dapat dihidupkan kembali karena dapat melakukan deteksi kejahatan dini.
"Dalam satu RW tuh ada rumah-rumah, kira-kira orang yang suka keluar malam jam berapa, keluar membawa sesuatu, dan masuk membawa sesuatu, bisa diawasi dengan baik. Tapi itu sangat belum memungkinkan untuk saat ini," ungkapnya.
Lalu apa siasat Polda Metro Jaya untuk memberantas premanisme dan tawuran yang kian marak?
"Nah, kemudian upaya pemberantasan pencegahan tawuran, kami sudah aktif sejak mengikuti IG (Instagram). Tawuran sekarang modelnya pakai IG. Istilahnya IG tantang menantang, kemudian ketemu di suatu tempat dan live IG. Tawuran live IG. Kalau itu cuma main-main sih nggak apa-apa, tapi ini kan tawurannya beneran, matinya juga beneran juga. Nah, ini yang jadi masalah," ungkap Karyoto.
Menurutnya, pihaknya telah berupaya semaksimal mungkin, bahkan ada puluhan perkara yang dilacak sejak awal.
ADVERTISEMENT
"Kemudian secara persuasif kepada masyarakat, kami ke sekolah-sekolah, kami melakukan penyuluhan, bahkan kami melibatkan beberapa mahasiswa untuk menjadi narasumber," kata dia.
"Setelah berkolaborasi dengan kami, membawakan naskah tentang bagaiman mencegah tawuran, bagaimana mencegah narkoba, dan bagaimana juga mencegah korupsi. Kami lakukan," tutupnya.