Teka-teki Gempa Bengkulu-Lampung dan Kearifan Lokal Smong di Simeulue

19 Februari 2021 13:46 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Titik gempa di Bengkulu. Foto: Dok. BMKG
zoom-in-whitePerbesar
Titik gempa di Bengkulu. Foto: Dok. BMKG
ADVERTISEMENT
Kearifan lokal Smong di Pulau Simeleu, Aceh, menyelamatkan ribuan nyawa dari gempa dan tsunami 2004 lalu. Smong diartikan sebagai hempasan gelombang air laut yang berasal dari Bahasa Devayan, Bahasa asli Simeulue.
ADVERTISEMENT
Smong adalah adat tutur, kearifan lokal yang diceritakan dari generasi ke generasi, tentang bumi yang berguncang lalu ada gelombang laut.
Tradisi ini membuat masyarakat Simeulue cepat bereaksi ketika gempa kuat menghantam, mereka segera pergi ke tempat yang tinggi. Ribuan nyawa selamat dari tsunami.
Tradisi Smong ini yang disorot Koordinator Mitigasi Gempabumi dan Tsunami BMKG, Daryono. Kata dia, Smong terbukti ampuh dalam menjamin keselamatan warga saat terjadi tsunami dan sudah dibuktikan masyarakat Pulau Simeulue.
"Warisan kearifan lokal “smong” adalah cara selamat yang sudah ratusan tahun diterapkan dalam menghadapi tsunami. Smong sepatutnya diadopsi oleh masyarakat yang bermukim di pantai rawan tsunami," jelas Daryono, Jumat (19/2).
Gempa di Bengkulu-Lampung
Daryono kemudian berbicara soal gempa tektonik dengan magnitudo 5,1 yang mengguncang Bengkulu kemarin sore Kamis (18/2) pukul 17.43.09 WIB .
ADVERTISEMENT
Daryono menilai gempa di kawasan itu masih menjadi teka-teki. Gempa dengan episenter di laut pada jarak 85 km arah barat daya Kota Bengkulu ini dirasakan oleh warga.
"Disebut gempa teka-teki, karena gempa ini adalah gempa signifikan yang ke-16 sejak bulan November 2020 yang mengguncang zona gempa selatan Bengkulu – Lampung," jelas dia.
Daryono melanjutkan, hasil monitoring BMKG menunjukkan bahwa zona gempa di Samudra Hindia selatan Bengkulu dan Lampung saat ini memang sedang terjadi peningkatan aktivitasnya sejak 3 bulan terakhir.
Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono Foto: Utomo Priyambodo/kumparan
Daryono menguraikan, jika kita mengamati peta seismisitas di Samudera Hindia selatan Bengkulu dan Lampung tampak klaster pusat-pusat gempa yang mencolok, dengan gempa paling kuat yaitu Gempa Enggano magnitudo 6,3 pada Rabu (10/2) malam pukul 19.52 WIB.
ADVERTISEMENT
Tidak itu saja, di zona ini juga terjadi gempa kembar (doublet earthquake) dengan magnitudo 5,3 dan 5,5 pada hari Sabtu (13/2) pukul 11.18 WIB dan 11.30 WIB.
"Harapan kita semoga rentetan gempa signifikan yang mengguncang Bengkulu – Lampung ini segera berakhir, tetapi jika dalam beberapa hari ke depan masih berlanjut maka kita harus lebih meningkatkan kewaspadaan, khususnya masyarakat pesisir Bengkulu, Lampung, dan Pulau Enggano," urainya.
Selain wilayah Bengkulu dan Lampung, masih ada beberapa zona aktif gempa yang lain yang perlu dicermati berdasarkan data aktivitas seismisitas sejak 1 Januari 2021 maupun berdasarkan aktivitas seismisitas 20 hari terakhir.
Zona aktif tersebut adalah Aceh, Nias, Selatan Jawa, Lombok, Sumbawa, Sumba, Luwu Timur, Morowali, Bolaang Mongondow, dan Laut Maluku.
ADVERTISEMENT
"Zona aktif ini masih dapat terus berlanjut, yang memungkinkan dan berpotensi terjadi gempa signifikan atau berakhir dan membentuk klaster zona aktif baru," tutupnya.