Temuan KNKT: KMP Yunicee Tak Pancarkan Sinyal Darurat saat Tenggelam

2 Juli 2021 21:20 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Prajurit TNI AL membuat rute perjalanan dalam melakukan pencarian korban KMP Yunicee yang tenggelam di Selat Bali, Jawa Timur, Jumat (2/7/2021). Foto: Budi Candra Setya/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Prajurit TNI AL membuat rute perjalanan dalam melakukan pencarian korban KMP Yunicee yang tenggelam di Selat Bali, Jawa Timur, Jumat (2/7/2021). Foto: Budi Candra Setya/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
Komisi Nasional Keselamatan Pelayaran (KNKT) menemukan sejumlah fakta atas tenggelamnya KMP Yunicee di perairan Selat Bali, Selasa (29/6) malam.
ADVERTISEMENT
Salah satunya ialah alat EPIRB (Emergency Position Indicating Radio Beacon) yang berada di kapal tidak berfungsi sebagaimana mestinya.
Kepala KNKT Soerjanto Tjahyono mengatakan, seluruh kapal penyeberangan wajib memiliki EPIRB. Sebab alat tersebut berfungsi memancarkan sinyal radio tanda darurat ke satelit bila kapal mengalami kecelakaan.
“Itu wajib dimiliki. Karena itu persyaratan, kalau tidak pakai itu maka kapalnya tidak boleh izin layar,” kata Soerjanto saat ditemui di Pelabuhan ASDP Ketapang, Banyuwangi, Jumat (2/7) malam.
Namun rupanya, saat KMP Yunicee tenggelam di Selat Bali, alat tersebut ternyata tidak memancarkan sinyal.
“Kemarin kita nggak tahu kenapa alatnya tidak transmit. Kita investigasi itu,” kata Soerjanto.
Semestinya, kata Soerjanto, ketika terjadi kecelakaan laut, EPIRB secara otomatis akan mengirimkan sinyal tanda darurat ke satelit. Tanda darurat tersebut kemudian menjadi petunjuk bagi Basarnas untuk melakukan pertolongan dan evakuasi korban.
ADVERTISEMENT
“Jadi kalau ada kapal tenggelam ada namanya alat EPIRB, itu kecelup air akan memancarkan signal yang akan ditangkap oleh satelit yang kemudian ditangkap oleh alatnya Basarnas yang namanya LEO SAR,” terang Soejanto.
“Itu nanti akan muncul nama kapal, posisinya di mana. Jadi alat itu dibikin supaya pertolongannya cepat. Kalau nggak ada itu, bagaimana melaporkannya. Ia kalau ada yang lihat. Kalau nggak ada, gimana?” tegasnya.
Oleh sebab itulah, pihaknya akan melakukan investigasi mendalam terkait temuan tersebut.
“Apakah itu (EPIRB) diikat atau bagaimana. Karena kan kalau kecelup air harusnya alat itu timbul sendiri ke permukaan laut untuk memancarkan sinyal,” imbuhnya.

Banyak Korban KMP Yunicee Tak Kenakan Life Jacket

Petugas Sat Polair melakukan penyisiran untuk mencari korban KMP Yunicee di perairan Selat Bali, Rabu (30/6/2021). Foto: Fikri Yusuf/ANTARA FOTO
Soerjanto juga memaparkan temuan lainnya yang perlu diinvestigasi, yaitu banyak penumpang KMP Yunicee yang tak kenakan life jacket atau jaket pelampung saat dievakuasi oleh tim SAR .
ADVERTISEMENT
“Kenapa itu terjadi? Itu yang kita teliti. Kita runtut ke belakang. Bagaimana pelatihannya? Apakah tempatnya life jacket itu gampang dijangkau atau tidak?” ujarnya.
Pihaknya juga akan menyelidiki apakah pelayaran kru kapal sudah memberikan pelatihan kepada penumpang jika sewaktu-waktu terjadi kondisi darurat.
“Terus bagaimana pelatihan emergency drill-nya. Supaya krunya juga tanggap saat terjadi kondisi emergency,” katanya.
Terkait dugaan kapal tenggelam akibat arus dan gelombang tinggi, menurut Soerjanto, faktor cuaca tidak bisa dijadikan alasan atas kecelakaan laut yang terjadi.
“Kita tetap cek laporan dari BMKG terkait cuaca seperti apa, siapa yang teruskan (informasi) ke kapal. Namun pada intinya, KNKT tidak pernah ngomong penyebabnya cuaca. Yang Maha Kuasa sudah ngasih kita akal, diberi kepandaian bagaimana cara untuk menghadapi cuaca. Kalau memang tidak layak, ya jangan layar. Jadi tidak pernah menyalahkan cuaca,” tegasnya.
ADVERTISEMENT
“Pasti itu semua berkaitan dengan masalah manusia, pasti ada human factor. Tapi human yang mana, dan apa yang harus diperbaiki itu yang kita selidiki. Intinya, kita tidak untuk menyalahkan, tapi investigasi ini semata-mata agar tidak terjadi lagi di kemudian hari,” jelasnya.
Sejauh ini KNKT sudah memanggil puluhan saksi untuk dimintai keterangan terkait insiden KMP Yunicee tersebut. Mulai dari nakhoda, kru kapal, stakeholder terkait hingga memeriksa CCTV.
“Termasuk kita sudah periksa CCTV ASDP di dermaga. Itu tidak ada air di kapal. Kondisi kapal kering. Besok kita jadwalkan wawancara penumpang yang selamat. Kita tanyakan kondisi saat kapal miring hingga tenggelam, termasuk kenapa banyak yang tidak menggunakan life jacket,” tandasnya.
==