Terawan soal Tarik Ulur Uji Klinis Klorokuin: Harus Sabar, Tekanannya Luar Biasa

14 Juli 2020 22:55 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto  berbincang dengan sejumlah anggota DPR saat akan mengikuti rapat kerja dengan Komisi IX DPR di kompleks Parlemen. Foto: Aditya Pradana Putra/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto berbincang dengan sejumlah anggota DPR saat akan mengikuti rapat kerja dengan Komisi IX DPR di kompleks Parlemen. Foto: Aditya Pradana Putra/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto ikut mengomentari soal tarik ulur uji klinis obat hidroksiklorokuin atau klorokuin sebagai terapi pengobatan pasien COVID-19.
ADVERTISEMENT
Dalam perjalanan uji klinisnya, WHO sempat memutuskan menghentikan uji klinis terhadap klorokuin menyusul adanya riset yang mengungkap bahaya hidroksiklorokuin dan klorokuin. Namun tidak lama setelah itu uji klinis kembali dilanjutkan.
Akan tetapi, puncaknya pada 21 Juni, uji klinis benar-benar dihentikan karena berdasarkan sejumlah bukti yang ada, obat tersebut tidak memberikan manfaat bagi pasien yang terjangkit virus corona.
Ilustrasi klorokuin. Foto: Shutter Stock
Terkait hal itu, Terawan mengatakan, polemik tarik ulur uji klinis klorokuin menjadi tekanan yang sangat besar bagi dunia farmasi.
"Kita bisa lihat WHO klorokuin enggak dianggap, besok dianggap lagi, itu tekanan farmasi yang besar sekali. Jadi disitu lah pertarungan pabrikan dunia sehingga berdampak yang besar dari organisasi dunia bisa dipengaruhi," kata Terawan dalam rapat dengar pendapat bersama Komisi IX DPR, Selasa (14/7).
ADVERTISEMENT
Sementara, Indonesia masih menggunakan kedua obat tersebut terhadap pasien COVID-19. Hal itu karena studi klinis obat klorokuin dan hidroksiklorokuin di Indonesia masih terus berjalan dan ada beberapa faktor lain yang menjadi alasan dua obat itu masih digunakan.
Berdasarkan data awal PDPI, menunjukkan bahwa klorokuin dan hidroksiklorokuin dapat menurunkan mortalitas kematian pasien COVID-19. Sedangkan pasien yang tidak menggunakan klorokuin dan hidroksiklorokuin cenderung lebih berisiko meninggal dunia ketimbang mereka yang menggunakannya.
Maka dari itu, Terawan mengatakan diperlukan kebijaksaan dalam menyikapi masalah ini. Sebab, harus ada kesabaran dalam mencari vaksin dan obat untuk virus corona.
"Jadi kita harus bijak, liat dengan sadar yang kita hadapi bukan yang seperti Bapak Ansori bilang harus gila-gila sedikit. Ya disitu karena tekanannya luar biasa, karen itu triliun US Dollar," ucap Terawan.
ADVERTISEMENT
"Tapi kita percaya Yang Maha Kuasa pasti melindungi kita. Yang penting kita yakin apa yang kita kerjakan memang lurus untuk kepentingan bangsa," tuturnya.