Lipsus Pembunuhan Angela

Terbongkarnya Mutilasi Keji Angela di Malam Jumat (1)

16 Januari 2023 15:39 WIB
·
waktu baca 10 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Malam Jumat itu, 29 Desember 2022, Kampung Buaran di Desa Lambangsari, Tambun Selatan, Bekasi, tak seperti biasanya. Sejumlah polisi dari Resmob Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya hilir mudik didampingi pengurus RT setempat, sementara warga padat berkerumun di luar pagar salah satu deret rumah kontrakan di kampung itu.
Menjelang pukul 22.00 WIB, Ketua RT 01 RW 02, Alfian, bersama beberapa petugas reserse menggotong dua boks kontainer besar dari rumah kontrakan nomor 6 yang menjadi pusat perhatian warga. Mereka meletakkan kontainer-kontainer itu di bawah lampu penerangan jalan. Terlihat tutup kontainer ditempeli lakban hitam silang-menyilang yang tak rapi.
Dua kontainer tersebut diambil dari kamar mandi rumah itu. Keduanya semula ditaruh bertumpuk, melintang di atas jamban yang tidak pernah digunakan. Tak ada tanda bahwa kamar mandi itu sering dipakai penyewa rumah. Tak ada percikan air basah di dalamnya. Semua kering berdebu. Sampai-sampai gayung berubah fungsi menjadi asbak yang dipenuhi puntung rokok, bahkan jadi wadah untuk membakar obat nyamuk.
Bau obat nyamuk bakar itulah yang tercium ketika pintu kamar mandi dibuka. Awalnya, petugas dan pengurus RT ragu-ragu mengeluarkan kontainer dari dalamnya, sebab polisi membuka paksa kontrakan itu hanya untuk mencari orang hilang, bukan untuk urusan lain. Namun, karena khawatir kontainer itu berisi barang terlarang atau berbahaya, maka digotonglah kedua boks tersebut keluar untuk diperiksa.
Di jalanan ini, malam-malam, boks kontainer mencurigakan dari kontrakan Ecky dibuka. Foto: Jonathan Devin/kumparan
Di jalanan samping kontrakan yang berpenerangan, lakban-lakban hitam yang menutupi kontainer itu pun dibuka. Di dalam boks terdapat tumpukan barang yang dibungkus rapat oleh plastik poliester hitam, seperti bungkusan paket. Namun, plastik pembungkusnya bukan cuma satu lapis, melainkan tiga lapis.
“Plastik itu enggak diikat ujungnya, hanya dilipat-lipat dan diplester. Lipat, plester, lipat plester, disusun rapi [sampai tiga lapis],” kata Alfian kepada kumparan di Kampung Buaran, Rabu (11/1).
Salah satu plastik itu kemudian dibuka sampai ke lapis pembungkus akhir. Namun, begitu terbuka, bau menyengat menyeruak. Alfian sampai terkejut dan memundurkan badannya. Ia melihat gumpalan daging merah, helai rambut, dan belatung. Sama sekali bukan pemandangan yang ia harapkan di malam Jumat.
Kengerian mencekam. Alfian dan petugas polisi awalnya mengira bongkah daging itu orok. Namun, setelah berpikir ulang, mereka menduga kuat bahwa gumpalan daging itu adalah potongan tubuh manusia, sebab orok tak mungkin punya rambut seperti itu.
“Enggak kelihatan bentuknya. Ada cairannya menetes. Di dalamnya juga ada tanah, kopi, dan mungkin cairan kimia,” kata Alfian.
Melihat temuan di luar dugaan itu, salah satu anggota Resmob memberi instruksi, “Tutup kembali. Ini bukan ranah kita untuk membukanya. Taruh lagi seperti semula.”
Ia kemudian melaporkan perkembangan peristiwa itu ke pimpinannya dan menanti kedatangan tim Inafis untuk mengidentifikasi tempat kejadian perkara.
Tetangga tak mencium bau busuk apa pun dari kontrakan Ecky. Foto: Jonathan Devin/kumparan
Meski isi boks kontainer yang sempat terbuka berbau amat menusuk, bau itu sama sekali tak tercium di segala penjuru rumah kontrakan. Tidak pula terendus para tetangga. Itu karena isi boks dibungkus rapat-rapat oleh tiga lapis plastik poliester. Ventilasi di rumah petak itu pun ditutup rapat oleh karton.

Kejar-kejaran dengan Ecky

Satu jam kemudian, pukul 23.00 WIB, sambil menunggu tim Inafis, tiga petugas Resmob Polda Metro Jaya menggeledah kontrakan itu lebih lanjut, sedangkan tiga personel lainnya berjaga-jaga di gang masuk kontrakan yang berjarak sekitar 100 meter dari rumah itu.
Di tengah keramaian itu, tampak mobil Mazda putih datang. Namun, mobil itu lalu mundur menjauh. Polisi lantas bertanya kepada pengurus RT, “Apakah ada warga sini yang punya mobil Mazda putih?” Pak RT menjawab, “Enggak ada.”
Polisi sontak curiga pada Mazda putih yang berjalan mundur tersebut. Mereka bergerak ke arah mobil itu. Namun, pengemudinya langsung tancap gas. Polisi pun mengejar dengan motor pinjaman dari warga.
Ketua RT sigap bertindak. Ia menghubungi beberapa kawannya yang berjaga di portal Desa Lambangsari, meminta mereka cepat-cepat menurunkan palang.
“Tolong tutup gapura, gembok! Segera, urgen. Gembok jangan sampai dilepas!” seru Alfian di sambungan telepon.
Portal di gapura Desa Lambangsari langsung diturunkan agar Ecky tak bisa kabur. Foto: kumparan
Mendengar nada mendesak pada suara Alfian, lima pedagang yang sedang berada di dekat gapura desa seketika menurunkan portal. Sementara polisi akhirnya berhasil mengadang mobil putih mencurigakan itu.
Seorang polisi lantas turun dari motor untuk menghampiri mobil tersebut. Ia mengetuk kaca jendelanya. Saat jendela mobil diturunkan, terlihatlah bahwa si pengemudi ialah “orang hilang” yang dicari-cari: Ecky Listiantho.
“Ini yang kita cari,” kata Nana, salah satu petugas Resmob, kepada Alfian.
Alfian mengangguk. Itulah Ecky si penyewa rumah kontrakan nomor 6. Ia tak sendirian di dalam mobil, tapi bersama seorang perempuan yang konon teman dekatnya yang terbaru.
Perempuan itu lantas dilepas polisi karena tak terlibat kejahatan Ecky. Perempuan itu pula yang memiliki mobil Mazda putih yang dikemudikan Ecky. Dulu, Ecky memang pernah bilang ke Alfian bahwa dia tidak punya mobil. Tidak pula motor meski—katanya—jabatannya wakil manajer di perusahaan tambang.
Ecky Listiyanto sang pembunuh dan penipu. Foto: Dok. Istimewa

Ecky si Pembohong

Lebih dari setahun lalu, Juli 2021, Alfian bertandang ke rumah petak yang dikontrak Ecky. Ketika itu, Alfian mendapat kabar dari pemilik kontrakan bahwa ada orang baru di tempatnya. Ia juga diserahi fotokopi KTP dan SIM orang baru itu. Di situ, tercantum nama Ecky Listiantho dengan domisili di Bandung, tempat lahir di Jambi, dan status bujangan.
Sebagai Ketua RT, Alfian pun mendatangi rumah petak nomor 6 yang baru berisi itu. Kebetulan Ecky sedang di tempat. Kepada Alfian, ia mengaku bekerja di tambang pasir di Cileungsi, Bogor.
“Saya kerja di pertambangan Bogor sebagai wakil manajer. Ngontrak di sini biar lebih dekat ke Cileungsi,” ujar Ecky kala itu.
Setelahnya, Alfian jarang melihat Ecky. Sampai setahun kemudian, Ecky jarang berinteraksi dengan warga. Alfian baru datang lagi ke kontrakan Ecky pada Kamis malam, 29 Desember 2022, ketika polisi menghubunginya soal orang hilang.
“Pak RT, kami mencari orang. Istrinya lapor dia pergi dari rumah [sejak 23 Desember] dalam keadaan sakit, habis berobat lambung, terus ambil duit Rp 40 juta. Sampai sekarang enggak pulang-pulang,” kata Nana, anggota Resmob Polda Metro Jaya, seperti ditirukan Alfian saat bercerita kepada kumparan.
Petugas itu lantas menyorongkan foto kepada Alfian, “Bapak kenal orang ini, enggak?”
Alfian samar-samar ingat ada salah satu warganya yang mirip dengan foto itu. Namun, ia jarang tampak sehingga Alfian tak yakin itu orang yang sama. Untuk memastikan, pengurus RT dan tim Resmob bersama-sama menyambangi kontrakan Ecky.
Dari kontrakan nomor 6 ini horor malam Jumat bermula. Foto: Jonathan Devin/kumparan
Pintu rumah kontrakan itu terkunci saat Alfian dan Resmob tiba di sana. Di bagian bawah pintu terdapat kertas putih bertuliskan “Ecky segera hubungi Bu Diana.”
Bu Diana dan suaminya, Alexander, adalah pemilik kontrakan tersebut. Mereka rupanya juga mencari-cari Ecky karena Ecky menunggak pembayaran kontrakan sampai tiga bulan.
Untuk membuka pintu kontrakan, Pak RT dan polisi lantas menelepon Alexander yang memegang kunci cadangan. Disaksikan bersama oleh warga, pintu dibuka dan petugas serta pengurus RT masuk ke dalam.
Rumah petak itu disekat menjadi tiga bagian: ruang tamu, ruang tengah/kamar tidur, dan kamar mandi-dapur.
Ilustrasi: kumparan
Di ruang tamu, ditemukan koper berisi pakaian wanita dan pria. Di ruang tengah, ditemukan tas ransel dan berkas-berkas seperti KTP, KK, dan akta kelahiran Ecky, sejumlah sertifikat, kertas-kertas HVS, serta 3-4 KTP milik perempuan berbeda.
Polisi memotret barang-barang itu, lantas menelepon istri Ecky, Ellyzar Zachra alias Acha, untuk melakukan kroscek.
“Suami Ibu terakhir pakai baju apa?” tanya petugas polisi, seperti didengar oleh Alfian.
Di seberang telepon, terdengar Acha menjawab baju koko merah motif kembang-kembang—yang ternyata ada di ruangan itu. Polisi lalu memfoto baju koko itu dan mengirimnya ke Acha, “Seperti ini?”
Acha membalas, “Alhamdulillah, suami saya ketemu…”
Tapi polisi belum selesai bertanya. “Ini benar KTP suami Ibu? Ini KTP Bandung, status masih bujangan.”
Bujangan atau berkeluarga? Foto: Dok. Istimewa
Keluarga Ecky di Kelurahan Mustikasari ternyata tidak tahu Ecky mengontrak rumah petak di daerah Lambangsari. Padahal kedua lokasi itu hanya berjarak 25 menit.
“Keluarga sama sekali tidak tahu,” kata Kanit IV Subdit Resmob Ditreskrimum Polda Metro Jaya, Kompol Tomy Tohar Haryanto.

Berlagak Minta Disumpah di Bawah Al-Quran

Ecky yang berhasil dicegat polisi malam itu sebelum kabur dari Desa Lambangsari lantas digelandang ke rumah kontrakannya. Namun, ia sempat menolak dengan nada menantang.
“Ngapain ke kontrakan? Kalau mau tanya-tanya di sini aja. Situ aja yang ke kontrakan, saya nunggu di sini,” kata Ecky dengan kurang ajar, menyulut emosi warga sampai-sampai beberapa orang ingin menghajarnya kalau tak dihalangi polisi.
Polisi menjawab tenang. “Biar lebih enak, ngobrol di sono (kontrakan).”
Ecky tak kunjung menurut. “Kalau mau ngobrol, di sini aja udah! Kok ngatur-ngatur.”
Warga yang kesal akhirnya menarik paksa Ecky sambil membentak, “Eh, kami aja sopan sama polisi. Lu kagak ada sopannya. Yang sopan dong kalau ditanya!”
Ketua RT kesal setengah mati dengan perilaku kurang ajar Ecky. Foto: kumparan
Alfian sang Ketua RT ikut jengkel dengan kelakuan Ecky. Ia berupaya sekuat tenaga menahan emosi. Menurutnya, Ecky betul-betul pandai berbohong. Lelaki itu tak tampak khawatir atau ketakutan.
Sesampainya di depan kontrakan, Ecky bahkan menyebut boks kontainer itu bukan miliknya. Ia bilang, boks itu milik kawannya yang dititipkan di rumahnya.
“Itu isinya sampel tanah punya teman saya di Bandung. Buka aja,” ujarnya kepada polisi, kembali menantang.
Kebebalan Ecky berlangsung sampai tim Inafis datang tepat tengah malam pukul 00.00 WIB. Dan sebelum dicecar pertanyaan oleh Inafis, Ecky terus berlagak.
“Saya mau bicara kalau sudah disumpah Al-Quran dan disaksikan imam masjid,” kata Ecky.
Polisi mengiyakan. Imam masjid dipanggil dan Ecky berwudu. Namun, Ecky tetap tak mau masuk ke rumah kontrakannya. Barulah setelah berjam-jam diinterogasi, saat azan Subuh berkumandang, pria 34 tahun itu mulai mengaku.
Ia mengatakan bahwa boks kontainer di rumahnya berisi korban mutilasi yang tewas setelah ia cekik. Ia kemudian memotong-motong jasadnya agar muat disimpan di kontainer.
Pengakuan tersebut membuat warga Kampung Buaran geger. Mereka tak menyangka malam Jumat itu menjelma horor. Tak pula mengira ada pembunuh tinggal di sekitar mereka.
Angela Hindriati, korban pembunuhan Ecky. Foto: Instagram/@shineatie
Hasil pemeriksaan DNA oleh polisi menunjukkan bahwa korban juga berstatus orang hilang. Ia bernama Angela Hindrianti Wahyuningsih.
Perempuan 54 tahun itu menghilang sejak Juni 2019. Pencarian keluarganya selama ini nihil sampai akhirnya ia ditemukan sudah jadi jasad di rumah kontrakan Ecky. Tubuhnya dipotong-potong dengan sadis jadi tujuh bagian.
Berkas-berkas Angela pun ada di kontrakan dan kini dijadikan barang bukti. Malam itu, pencarian atas orang hilang, Ecky Listiantho, berujung pada penemuan orang hilang lainnya: Angela Hindrianti.
Ilustrasi: kumparan

Ecky si Parasit

Polisi memperkirakan Angela tewas pada Oktober 2021 sampai April 2022. Sesuai analisa tersebut, Ecky mengaku membunuh Angela pada November 2021. Dan setelah tiga hari dibunuh, barulah ia dimutilasi.
Memutilasi jenazah adalah tindakan keji. Kriminolog UI Adrianus Meliala melihat Ecky sebagai sosok manipulatif yang hidup bak benalu. Ia mencoba menghilangkan jejak kejahatannya tanpa mau susah payah membuang barang bukti, yakni korbannya.
Alih-alih membuang barang bukti, ia malah merusaknya dengan memotong-motong jasadnya. Di sisi lain, ia tetap hidup seperti biasa dengan keluarganya. Perilaku ini, menurut Adrianus, menunjukkan karakter sosiopetik—menjalani kehidupan normal di satu tempat sambil menyembunyikan sisi lainnya di tempat lain.
Ecky yang terlihat di mata keluarganya amat berbeda dengan kenyataaannya. Ia menampilkan sosok ramah, tapi keji. Pekerjaannya yang tak jelas benar juga menunjukkan ketidakstabilannya secara ekonomi dan psikis.
Keluarga Angela, misalnya, mengatakan bahwa Ecky pernah berutang Rp 20 juta ke Angela untuk membayar pajak mobil dan perbaikan mobil. Itu sebabnya mereka curiga Ecky berteman dengan Angela untuk mengincar harta semata.
Angela dan Ecky saling kenal lewat komunitas berkebun di Kaskus. Foto: Instagram/@shineatie
Angela dan Ecky saling kenal sejak 2018. Sebulan setelah Angela menghilang, Juli 2019, keluarganya sempat menemui Ecky. Pada periode ini, menurut polisi, Angela masih hidup meski tak diketahui keberadaannya.
Juli 2019 itu, Ecky bertemu dengan sepupu dan kakak Angela, Djodit dan Turyono. Pertemuan berlangsung di Stasiun Gambir karena Ecky bilang ia harus buru-buru pulang ke Bandung. Kepada keluarga Angela, Ecky mengaku tinggal di Bandung.
Kala itu, Ecky mengatakan juga tengah mencari Angela karena perlu bertanya soal jual beli apartemen. Ia lalu menunjukkan kuitansi jual beli apartemen kepada Djodit dan Turyono. Ecky menyebut telah membeli apartemen Angela di Taman Rasuna, Kuningan, Jakarta Selatan, senilai Rp 850 juta. Ada tanda tangan Angela di kuitansi itu.
“Bukti jual beli itu bawah tangan, bukan di bawah notaris,” kata Djodit kepada kumparan, Jumat (13/1). Keluarga pun curiga tanda tangan Angela dipalsukan. Apalagi Angela pernah berkata pada mereka tak berniat menjual apartemen.
“Apartemen akan dikontrakkan, tidak dijual,” kata Angela sebelum menghilang kepada Turyono. Ketika itu ia mengutarakan niatnya untuk pindah tempat tinggal.
Apartemen Taman Rasuna Tower 1, tempat tinggal Angela. Foto: Agaton Kenshanahan/kumparan
Niat Angela yang berbeda dengan ucapan Ecky membuat keluarga semakin menaruh curiga. Namun, setelah pertemuan di Gambir itu, Ecky tak bisa lagi dihubungi. Kini, setelah tiga tahun berlalu, prasangka mereka terbukti tak mengada-ada. Tapi Angela kadung tewas di tangan Ecky.
Siapa Angela dan bagaimana kehidupannya sebelum direnggut Ecky? Simak laporan berikut.
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten