Terowongan yang Ditemukan di Proyek Bendungan Bali Dibangun pada Abad 11

10 Desember 2020 14:06 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kepala Balai Arkeologi Bali I Gusti Made Suarbahwa. Foto: Denita BR Matondang/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Kepala Balai Arkeologi Bali I Gusti Made Suarbahwa. Foto: Denita BR Matondang/kumparan
ADVERTISEMENT
Terowongan yang ditemukan di proyek pembangunan Bendungan Tamblang, Desa Sawan, Kabupaten Buleleng, Bali, ternyata dibangun pada abad 11 atau abad 12.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya, terowongan yang memiliki panjang 480 meter, lebar 70 meter, dan tinggi 170 meter ini diduga dibangun saat era penjajahan Belanda atau sekitar abad 18.
Kepala Balai Arkeologi Bali I Gusti Made Suarbahwa mengatakan, kesimpulan tersebut berdasarkan struktur terowongan yang mirip dengan terowongan tua yang ditemukan di Pura Lebah, Desa Suwug dan Desa Sangsit, Buleleng, Bali. Terowongan tersebut disebut sebagai Goa Raksasa.
Pada Goa Raksasa tersebut ditemukan waktu pembuatan terowongan, yakni Tahun Saka 933, yang berarti pada tahun 1011 Masehi.
"Bisa jadi terowongan di sekitar sana pada abad ke-11. Ini melihat konteks dan lokasinya sangat memungkinkan itu adalah terowongan pada masa Bali Kuno," kata Suarbahwa, Kamis (10/12).
Suarbahwa menuturkan, pada abad 10-15, Kerajaan Bali Kuno dipimpin oleh Raja Anak Wungsu. Anak Wungsu merupakan anak dari Raja Udayana.
Kepala Balai Arkeologi Bali I Gusti Made Suarbahwa. Foto: Denita BR Matondang/kumparan
Menurut dia, istana Anak Wungsu berpindah-pindah. Salah satu istananya diketahui berada di Kabupaten Gianyar.
ADVERTISEMENT
Suarbahwa mengatakan, temuan terowongan ini menjadi salah satu bukti kepedulian raja terhadap warga. Apalagi, saat itu mata pencarian warga memang bercocok tanam.
"Ketika abad itu sudah ada aktivitas membuat terowongan, dalam hal ini untuk keperluan pengairan," kata dia.
Groundbreaking ceremony pembangunan proyek Bendungan Tamblang, Bali. Foto: Dok. PTPP
Pada terowongan tersebut, Suarbahwa juga menemukan ceruk sekitar 15 sentimeter pada sisi kanan dan kiri terowongan. Ceruk ini berfungsi sebagai tempat penerangan lampu teplok.
Suarbahwa berharap sisa terowongan yang tidak mengganggu kerja bendungan agar tetap dipertahankan. Hal ini untuk sarana edukasi warga, khususnya Bali.
"Apakah terowongan ini berhasil atau gagal tapi nilai pentingnya adalah semangat gotong royong dan kemauan kerja keras yang perlu kita warisi," kata dia.