Terpilih Jadi PM Baru Inggris, Liz Truss Sanjung Boris Johnson

5 September 2022 19:48 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri Luar Negeri Inggris Liz Truss. Foto: DANIEL LEAL-OLIVAS/AFP
zoom-in-whitePerbesar
Menteri Luar Negeri Inggris Liz Truss. Foto: DANIEL LEAL-OLIVAS/AFP
ADVERTISEMENT
Menteri Luar Negeri Inggris, Liz Truss, mengungkapkan apresiasi kepada Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson, usai terpilih menggantikannya sebagai pemimpin Partai Konservatif pada Senin (5/9).
ADVERTISEMENT
Partai Konservatif memegang kekuasaan di Inggris. Alhasil, ketua partai tersebut akan secara otomatis merenggut jabatan PM Inggris. Johnson akan menyerahkan kendali itu dengan memberikan surat pengunduran dirinya kepada Ratu Elizabeth II pada Selasa (6/9).
Sebelum proses tersebut, Truss menyempatkan untuk memberikan sanjungan atas kepemimpinan Johnson. Dia menyinggung kesuksesan Johnson dalam mengeluarkan Inggris dari Uni Eropa (UE) dan membenahi perselisihan usai referendum Brexit pada 2016.
Truss juga menyinggung perdebatan sengit antara Johnson dengan mantan Ketua Partai Buruh dan Ketua Oposisi, Jeremy Corbyn. Dia turut membicarakan uluran tangan Johnson kepada Ukraina dalam menghadapi invasi Rusia sejak 24 Februari.
"Saya juga ingin berterima kasih kepada pemimpin kami yang akan mundur, teman saya, Boris Johnson. Boris, Anda menyelesaikan Brexit. Anda menghancurkan Jeremy Corbyn. Anda meluncurkan vaksin dan Anda menentang [Presiden Rusia] Vladimir Putin. Anda dikagumi dari Kiev hingga Carlisle," tutur Truss dalam pidato kemenangannya, dikutip dari Reuters, Senin (5/9).
Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson saat menyampaikan pengunduran diri dari jabatannya di kediaman resmi, 10 Downing Street, London, Inggris, Jumat (8/7/2022). Foto: Justin Tallis/AFP
Johnson menyaksikan keretakan dalam pemerintahannya secara dramatis. Dia melesat meraih tampuk kekuasaan setelah mendapati kemenangan telak pada Desember 2019.
ADVERTISEMENT
Menjanjikan Brexit, Johnson menjaring dukungan dari Partai Konservatif. Anggota partai yang sempat menunjukkan keberatan pun perlahan menyalurkan dukungan bagi Johnson.
Pasalnya, dia mampu mengantongi popularitas dari kelompok-kelompok yang biasanya menolak partai mereka. Kendati demikian, rentetan skandal kemudian menguras dukungan tersebut.
Johnson menanggung malu saat mendapatkan denda akibat melanggar undang-undang COVID-19. Pemerintahan yang agresif dan kebijakan yang berbalik arah hanya memperkuat kritik terhadapnya.
Segala kesalahan fatal itu tidak berhasil mengusir Johnson. Namun, keputusannya untuk menunjuk anggota parlemen terduga pelecehan seksual kemudian memberikan pukulan terakhir.
Menteri Kesehatan Inggris Sajid Javid Menteri Keuangan Inggris Rishi Sunak. Foto: kumparan
Johnson mengadang pemberontakan terbuka dari Partai Konservatif. Hingga 60 anggota pemerintahan mengundurkan diri untuk menekan Johnson. Dia pun terdesak untuk meninggalkan jabatannya pada 7 Juli.
Serangkaian pengunduran diri tersebut pertama kali dipicu oleh mantan Menteri Keuangan Inggris, Rishi Sunak, dan Menteri Kesehatan Inggris, Sajid Javid.
ADVERTISEMENT
Sunak lalu berpartisipasi dalam kampanye untuk menjadi PM Inggris. Dia bahkan bertahan sebagai dua kandidat terakhir bersama Truss.
Walaupun Sunak sempat menikmati popularitas dalam jajak pendapat parlemen, Truss memenangkan pemilu yang rampung pada Jumat (2/9). Dia kini menjadi perdana menteri perempuan ketiga di Inggris.
Setelah mengambil alih, Truss harus membawa partainya menuju pemilu pada Januari 2025. Meskipun menghadapi gejolak ekonomi, dia berjanji akan memberikan kemenangan bagi Partai Konservatif.
"Saya akan menyampaikan rencana berani untuk memotong pajak dan menumbuhkan ekonomi kita. Saya akan mengatasi krisis energi, menangani tagihan energi masyarakat, tetapi juga menangani masalah jangka panjang yang kita miliki tentang pasokan energi," tegas Truss.