Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Thailand Namakan Daerah Prostitusi Pattaya "Happy Zone"
27 Maret 2017 17:55 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:17 WIB
ADVERTISEMENT

Berbagai cara dilakukan pemerintah Thailand untuk mengubah citra negatif Pattaya yang identik dengan wisata prostitusinya. Razia sudah dilakukan, tapi tidak berhasil. Cara terbaru yang dilakukan Thailand, memberi julukan baru bagi zona merah prostitusi.
ADVERTISEMENT
Diberitakan Reuters, pada akhir pekan pemerintah Thailand meluncurkan Happy Zone di Pattaya, kota yang dikenal dengan julukan "Sin City" dan "Ibu Kota Seks Dunia". Ini adalah cara halus Thailand untuk mengubah citra Pattaya.
Dalam zona kebahagiaan ini, para pelaku bisnis diminta menjadikan lokasi tersebut aman, jumlah petugas keamanan ditingkatkan, polisi juga merilis aplikasi panggilan darurat untuk ponsel.
"Ini adalah proyek pionir untuk mengorganisir tujuan wisata dan meningkatkannya demi mempromosikan pariwisata berkualitas Thailand. Kami juga akan menghapuskan prostitusi di wilayah ini," kata Apichai Krobpetch, kepala polisi Pattaya.

Pantauan Reuters, pencanangan Happy Zone ini tidak berarti banyak bagi prostitusi di Pattaya. Sekitar 10 meter dari lokasi peluncuran zona itu, para wanita penjaja seks menawarkan diri kepada pria asing dengan harga 2.000 baht (Rp 773 ribu).
ADVERTISEMENT
Sementara di bagian lain Pattaya, juru pijat dengan rok mini berbaris rapi. Mereka ditandai dengan nomor-nomor, menawarkan pijatan plus-plus.
"Semua orang di sini mencari penghidupan. Saya lebih suka jadi pelayan, tapi saya tidak akan bisa menyekolahkan anak-anak saya dan saya ingin masa depan mereka lebih cerah," kata wanita juru pijat berusia 35 tahun dengan nomor "139" itu.
Industri seks di Pattaya telah berkembang sejak lama. Disebutkan, zona prostitusi Pattaya muncul ketika banyak tentara AS yang mampir ketika Perang Vietnam.
Belakangan pemerintah memang agak keras memberantas prostitusi yang memang ilegal di negara itu. Razia kerap dilakukan di bar-bar, pemilik bar dan wanita penjaja seks akan didenda jika ketahuan melakukan praktik prostitusi.
ADVERTISEMENT
Baca juga: Keluh Kesah Tetangga Ivanka Trump

Akibat razia ini, pemasukan masyarakat berkurang. Namun pada akhirnya prostitusi kembali menggeliat. Dengan citra buruknya ini, Pattaya menjaring para wisatawan hidung belang. Jutaan turis asal China mengunjungi Pattaya setiap tahunnya.
Menurut laporan UNAIDS tahun 2014, ada 120 ribu pekerja seks di Thailand, termasuk yang terbanyak di Pattaya dan Bangkok. Upah minimum Thailand yang sangat rendah, 305 baht (Rp 118 ribu) per hari, menjadikan banyak wanita yang tergiur menjadi PSK, terutama mereka yang berasal dari pedesaan.
Pemerintah Thailand menyadari industri seks ini sangat vital bagi perekonomian warga. Tapi mau tidak mau, demi menyelamatkan wajah bangsa, praktik ini harus dihapuskan.
"Saya ingin masyarakat melihat kami tidak seperti yang selama ini didengar. Kami tidak mengizinkan prostitusi di daerah hiburan ini," kata Gubernur Provinsi Chonburi, Pakkaratorn Teianchai.
ADVERTISEMENT