Tim Cek Fakta Diperkuat Imbas Trump Banyak Bohong di Debat Pertama

8 September 2024 12:22 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Mantan Presiden AS dan calon presiden dari Partai Republik Donald Trump berbicara saat ia berpartisipasi dalam debat presiden pertama pemilu 2024 dengan Presiden AS Joe Biden di studio CNN di Atlanta, Georgia, Sabtu (28/6/2024). Foto: Andrew Caballero-Reynolds/AFP
zoom-in-whitePerbesar
Mantan Presiden AS dan calon presiden dari Partai Republik Donald Trump berbicara saat ia berpartisipasi dalam debat presiden pertama pemilu 2024 dengan Presiden AS Joe Biden di studio CNN di Atlanta, Georgia, Sabtu (28/6/2024). Foto: Andrew Caballero-Reynolds/AFP
ADVERTISEMENT
Kembalinya Donald Trump ke panggung debat pemilu Amerika Serikat memaksa media-media di sana memperkuat barisan tim cek fakta mereka. Sebab, dalam debat pertamanya melawan Joe Biden pada akhir Juni lalu, Trump mengeluarkan serangkaian klaim yang dianggap penuh distorsi dan kebohongan.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari AFP, sejumlah organisasi pemeriksa fakta telah melakukan persiapan intensif selama berminggu-minggu guna mengantisipasi debat antara Trump dan Wakil Presiden Kamala Harris yang akan berlangsung Selasa (10/9) malam waktu setempat.
Debat ini akan menjadi satu-satunya adu argumen sebelum pemilu pada 5 November mendatang.
Meskipun perhatian publik akan tertuju pada Trump, Kamala Harris yang mewakili Partai Demokrat juga tidak luput dari sorotan.
Dia akan menghadapi pengawasan ketat terkait rekam jejak pemerintahan Joe Biden di Gedung Putih, serta agenda kebijakan pribadinya sebagai calon presiden.
Presiden AS Joe Biden dan mantan Presiden AS dan calon presiden dari Partai Republik Donald Trump berpartisipasi dalam debat presiden pertama pemilu 2024 di studio CNN di Atlanta, Georgia, Sabtu (28/6/2024). Foto: Brian Snyder/REUTERS
Sebelumnya CNN sempat dikritik karena tak langsung memberikan koreksi saat Trump menyampaikan klaim palsu dalam debat pertama.
Menurut pemeriksa fakta internal CNN, Trump membuat lebih dari 30 pernyataan salah, termasuk klaim tidak berdasar bahwa negara bagian yang dipimpin Demokrat mengizinkan eksekusi bayi setelah lahir.
ADVERTISEMENT
Di sisi lain, performa buruk Biden dalam debat tersebut membuat pejabat Demokrat mendorongnya mundur dari pencalonan.
Wakil Presiden Kamala Harris secara resmi menerima pencalonan partai tersebut sebagai presiden hari ini di DNC yang berlangsung pada 19-22 Agustus di Chicago. Foto: CHARLY TRIBALLEAU / AFP
Media seperti AFP dan New York Times mengalokasikan sumber daya besar untuk memeriksa fakta debat dan berencana untuk melakukannya lagi pekan depan.
New York Times mengerahkan 29 reporter untuk memeriksa fakta dalam debat Juni lalu, jumlah yang lebih banyak dibandingkan dengan debat pertama Trump pada 2016 melawan Hillary Clinton.
Situs pemeriksa fakta AS, PolitiFact, juga menyiapkan 27 jurnalis untuk meliput acara tersebut.
"Ini merupakan tim terbesar yang pernah ada," ungkap Pemimpin Redaksi PolitiFact, Katie Sanders, seperti dikutip dari AFP.
Sanders menjelaskan bahwa debat menjadi momen dengan pembaca tertinggi di situs mereka, dan ini merupakan kesempatan bagi pemilih untuk mendapatkan pemeriksaan fakta yang akurat.
Mantan Presiden AS dan calon presiden Partai Republik tahun 2024 Donald Trump berbicara pada hari terakhir Konvensi Nasional Partai Republik 2024 di Fiserv Forum di Milwaukee, Wisconsin, pada 18 Juli 2024. Foto: BRENDAN SMIALOWSKI / AFP
Dikutip dari AFP, Profesor Emeritus di Universitas Northeastern, Alan Schroeder, mengatakan tidak pernah ada kandidat presiden selain Trump yang dengan sengaja menggunakan kebohongan sebagai strategi kampanye.
ADVERTISEMENT
Menurutnya, dalam debat Trump membanjiri dialog dengan begitu banyak ketidakbenaran sehingga sulit untuk memberikan koreksi atau konteks secara langsung.
"Setiap waktu yang dihabiskan untuk membantah atau mengklarifikasi klaim yang keliru adalah waktu yang tidak dihabiskan untuk membahas isu-isu yang lebih substansial," kata Schroeder.
Meski penuh tantangan, para pakar dan pemeriksa fakta sepakat bahwa upaya ini tetap penting.
"Ini adalah layanan publik kami sebagai jurnalis untuk memberikan informasi yang benar kepada publik," ujar kepala pemeriksa fakta di Washington Post, Glenn Kessler.
Namun, menurut Kessler, pada kenyataannya setiap kandidat presiden mungkin berbohong.