TKN Heran Djarot Baca Isyarat Langitan di Solo: Sudah Pindah Profesi Jadi Dukun

14 November 2023 15:41 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kepala BNP2TKI Nusron Wahid  Foto: ANTARA FOTO/ Wahyu Putro
zoom-in-whitePerbesar
Kepala BNP2TKI Nusron Wahid Foto: ANTARA FOTO/ Wahyu Putro
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sekretaris Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran menanggapi pernyataan Ketua DPP PDIP, Djarot Saiful Hidayat, yang mengaku membaca adanya isyarat langit di tumbangnya pohon beringin dan patung pandawa di Solo.
ADVERTISEMENT
Pernyataan Djarot ditanggapi santai oleh Sekretaris TKN Prabowo-Gibran, Nusron Wahid.
"Sejak kapan Pak Djarot jadi dukun? Gitu aja," kata Nusron kepada wartawan di Jalan Cik Ditiro, Jakarta Pusat, Selasa (14/11).
Dia pun berterimakasih kepada Djarot yang menurutnya telah berpindah profesi.
"Terima kasih Pak Djarot sudah pindah profesi dari politisi jadi dukun," ujarnya.
Djarot sebelumnya mengatakan ada isyarat langitan yang muncul pada akhir pekan lalu. Pertanda itu datang dari tumbangnya pohon beringin dan patung pandawa di Solo pada Sabtu (11/11).
“Tumbangnya pohon beringin di Taman Sriwedari Solo, disertai beberapa patung para satria Pandawa seperti Kresna, Bima, dan Gatotkaca, bukan hal yang kebetulan. Ketiga patung tersebut merupakan idola Jokowi, ini isyarat langitan yang sangat serius. Kekuatan langitan telah memberi tanda dan berbicara di Solo, mengingatkan para pemimpin agar jangan mengejar kekuasaan demi ambisi pribadi," ujar Djarot, Selasa (14/11).
Kerabat Pura Mangkunegaran berjalan diarea Taman Pracima Tuin di Pura Mangkunegaran, Solo, Jawa Tengah, Sabtu (21/1/2023). Foto: Mohammad Ayudha/ANTARA FOTO
Djarot menjelaskan, Indonesia ini negeri spiritual. Dalam keyakinan Nusantara, apa yang terjadi menandakan wahyu kesatria sudah berpindah bagaikan cerita wayang tentang Wahyu Cakraningrat.
ADVERTISEMENT
Bupati Blitar dua periode ini menyoroti beberapa peristiwa terakhir yang terjadi.
"Rakyat Indonesia saat ini sangat prihatin terjadinya prahara di Mahkamah Konstitusi (MK). MK telah berubah menjadi Mahkamah Keluarga. Pelanggaran etik berat yang dilakukan Anwar Usman yang kini dikenal dengan sebutan Paman Gibran ditanggapi oleh alam. Badai melanda Solo. Pesan langitan ini menjadi simbol yang sangat penting, bahwa kekuasaan itu ada batasnya," lanjut Djarot.