Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
ADVERTISEMENT
Tokoh-tokoh pro-demokrasi menang gemilang dalam pemilu Hong Kong pada Minggu (24/11). Euforia demokrasi terjadi di seluruh Hong Kong, teriakan revolusi menggema.
ADVERTISEMENT
Diberitakan Reuters, Senin (25/11), penghitungan memang masih dilakukan namun para tokoh pro-demokrasi diperkirakan menang besar. Dalam proyeksi Minggu malam, dari 452 kursi dewan distrik, tokoh pro-demokrasi memenangi 333 di antaranya. Politikus pro-Beijing hanya mendapatkan 52 kursi.
Padahal dalam pemilu sebelumnya empat tahun lalu, tokoh pro-demokrasi hanya mendapatkan 100 kursi. Hal ini tidak lain berkat dukungan masyarakat Hong Kong yang ramai-ramai mendatangi tempat pemungutan suara.
Jumlah peserta pemilu tahun ini mencapai rekor, yakni 71 persen dari 4,3 juta pemilih terdaftar, hampir dua kali lipat dibanding pemilu 2015. Selain itu, pemilu juga berlangsung lancar dan aman.
Ketika hasil pemilu keluar, massa di tempat penghitungan suara menggila. Mereka berteriak dan menyorakkan slogan perlawanan terhadap kendali China: "Bebaskan Hong Kong. Revolusi Sekarang".
ADVERTISEMENT
Dalam enam bulan terakhir, Hong Kong diwarnai perlawanan masyarakat pro-demokrasi. Awalnya mereka memprotes rancangan undang-undang ekstradisi kriminal dari Hong Kong ke China. Setelah didesak, pemerintahan Carrie Lam membatalkannya.
Langkah Lam tidak cukup. Demonstran hingga hari ini masih menuntut kebebasan penuh yang dijanjikan China setelah Hong Kong diserahkan Inggris pada 1997. Massa juga menuntut pemerintah menyelidiki aksi kekerasan polisi, termasuk penggunaan peluru tajam.
Bahkan sebelum pemilu, para kandidat pro-demokrasi menghadapi penyerangan dan intimidasi. Joshua Wong, tokoh sentral perlawanan massa, dilarang untuk ikut serta dalam pemilu.
Para pemenang pemilu mengatakan kemenangan mereka adalah bentuk dukungan terhadap demokrasi dari rakyat Hong Kong. "Ini adalah kekuatan demokrasi. Ini adalah tsunami demokrasi," kata Tommy Cheung, salah satu pemimpin aksi massa yang memenangi kursi di distrik Yuen Long.
Menurut Lester Shum, kandidat pemenang, hasil pemilu ini adalah bentuk "ketidakpuasan masyarakat terhadap pemerintah Hong Kong".
ADVERTISEMENT
Sementara itu kekecewaan meliputi politikus pro-Beijing. Salah satunya adalah Junius Ho, yang menanggung kekalahan dalam pemilu. Ho yang jadi momok lantaran komentar anti-demokrasinya mengatakan di Facebook bahwa "pemilu yang aneh, dan hasil yang tidak biasa".