Tokoh Demokrasi Menangi Pemilu Hong Kong, Pekikan Revolusi Menggema

25 November 2019 9:13 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Anggota media dan publik menonton proses penghitungan suara di TPS di distrik South Horizons Barat di Hong Kong.  Foto: REUTERS / Thomas Peter
zoom-in-whitePerbesar
Anggota media dan publik menonton proses penghitungan suara di TPS di distrik South Horizons Barat di Hong Kong. Foto: REUTERS / Thomas Peter
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Tokoh-tokoh pro-demokrasi menang gemilang dalam pemilu Hong Kong pada Minggu (24/11). Euforia demokrasi terjadi di seluruh Hong Kong, teriakan revolusi menggema.
ADVERTISEMENT
Diberitakan Reuters, Senin (25/11), penghitungan memang masih dilakukan namun para tokoh pro-demokrasi diperkirakan menang besar. Dalam proyeksi Minggu malam, dari 452 kursi dewan distrik, tokoh pro-demokrasi memenangi 333 di antaranya. Politikus pro-Beijing hanya mendapatkan 52 kursi.
Padahal dalam pemilu sebelumnya empat tahun lalu, tokoh pro-demokrasi hanya mendapatkan 100 kursi. Hal ini tidak lain berkat dukungan masyarakat Hong Kong yang ramai-ramai mendatangi tempat pemungutan suara.
Seorang wanita memegang kartu suara di tempat pemungutan suara di Kowloon Tong, Hong Kong. Foto: REUTERS / Athit Perawongmetha
Jumlah peserta pemilu tahun ini mencapai rekor, yakni 71 persen dari 4,3 juta pemilih terdaftar, hampir dua kali lipat dibanding pemilu 2015. Selain itu, pemilu juga berlangsung lancar dan aman.
Ketika hasil pemilu keluar, massa di tempat penghitungan suara menggila. Mereka berteriak dan menyorakkan slogan perlawanan terhadap kendali China: "Bebaskan Hong Kong. Revolusi Sekarang".
ADVERTISEMENT
Dalam enam bulan terakhir, Hong Kong diwarnai perlawanan masyarakat pro-demokrasi. Awalnya mereka memprotes rancangan undang-undang ekstradisi kriminal dari Hong Kong ke China. Setelah didesak, pemerintahan Carrie Lam membatalkannya.
Seorang petugas pemungutan suara membuka kotak suara untuk menghitung suara pemilihan dewan Hong Kong, di tempat pemungutan suara di Hong Kong. Foto: REUTERS/Adnan Abidi
Langkah Lam tidak cukup. Demonstran hingga hari ini masih menuntut kebebasan penuh yang dijanjikan China setelah Hong Kong diserahkan Inggris pada 1997. Massa juga menuntut pemerintah menyelidiki aksi kekerasan polisi, termasuk penggunaan peluru tajam.
Bahkan sebelum pemilu, para kandidat pro-demokrasi menghadapi penyerangan dan intimidasi. Joshua Wong, tokoh sentral perlawanan massa, dilarang untuk ikut serta dalam pemilu.
Para pemenang pemilu mengatakan kemenangan mereka adalah bentuk dukungan terhadap demokrasi dari rakyat Hong Kong. "Ini adalah kekuatan demokrasi. Ini adalah tsunami demokrasi," kata Tommy Cheung, salah satu pemimpin aksi massa yang memenangi kursi di distrik Yuen Long.
Tokoh aktivis Kelvin Lam dan Joshua Wong. Foto: REUTERS / Leah Millis
Menurut Lester Shum, kandidat pemenang, hasil pemilu ini adalah bentuk "ketidakpuasan masyarakat terhadap pemerintah Hong Kong".
ADVERTISEMENT
Sementara itu kekecewaan meliputi politikus pro-Beijing. Salah satunya adalah Junius Ho, yang menanggung kekalahan dalam pemilu. Ho yang jadi momok lantaran komentar anti-demokrasinya mengatakan di Facebook bahwa "pemilu yang aneh, dan hasil yang tidak biasa".