Transjakarta Ganti Nama Halte, Hilangkan Brand hingga Sesuaikan Halte Integrasi

16 Januari 2024 20:10 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Bus Transjakarta di Halte Cikoko-St Cawang, Jakarta, Selasa (16/1/2024). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Bus Transjakarta di Halte Cikoko-St Cawang, Jakarta, Selasa (16/1/2024). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
ADVERTISEMENT
Transjakarta mengganti sejumlah nama-nama halte BRT dan non-BRT jelang akhir 2023. Mulai dari Bank Indonesia menjadi Kebon Sirih, ASMI menjadi Perintis Kemerdekaan, hingga Imigrasi menjadi Warung Buncit.
ADVERTISEMENT
Direktur Pelayanan dan Bisnis Transjakarta, Fadly Hasan, menjelaskan alasan penggantian nama-nama halte Transjakarta itu. Ia mengatakan pihaknya mengubah nama halte atas pertimbangan integrasi dengan layanan KRL Commuter Line, MRT, hingga LRT.
"Sebetulnya dalam perjalanan kita ini banyak aspek yang terjadi perubahan nama halte terkait dengan integrasi. Misalnya, kita sebut Halte BNN. Sekarang sudah terintegrasi dengan stasiun LRT Cawang. Itu sebabnya namanya kita ubah jadi Cawang," kata Fadil dalam diskusi terkait pencapaian Transjakarta selama 2023, di Balai Kota DKI Jakarta, Selasa (16/1).
"Sama dengan Cikoko, itu juga sama disebutkan karena ada integrasi. Ada sekian halte yang berubah karena adanya aspek integrasi itu," imbuh dia.
Fadil mengatakan, dalam rangka menjadikan Jakarta sebagai kota global, akurasi daerah sangat penting. Sehingga halte disesuaikan dengan titik lokasi yang lebih akurat.
Penumpang Transjakarta di Halte Cikoko-St Cawang, Jakarta, Selasa (16/1/2024). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
"Jadi kita ubah nama itu mengikuti, sesuai dengan daerahnya. Contohnya misal, (halte) Flyover Jatinegara dengan Stasiun Jatinegara, itu sebenarnya satu halte, atas dan bawah. Itu sebabnya kita samakan namanya. Jadi sebetulnya ada aspek geotagging itu," terangnya.
ADVERTISEMENT
Terakhir yakni alasan netralisasi dari tokoh, instansi, dan komersial.
"Misalnya ada nama-nama tokoh kemudian area komersial dan lain-lain. Sehingga ketika ke depan kita ingin melakukan pemanfaatan halte maka tidak ada potensi terjadi tuntutan dari pihak ketiga," kata dia.
"Itu sebabnya kita perlu melakukan menetralkan nama-nama yang sudah ada brand di situ. jadi pertimbangannya itu terkait dengan perubahan-perubahan yang kemarin kita sampaikan. Dan kita memang terus melakukan sosialisasi ini, kita menyadari 1,1 juta pelanggan kami pasti ada yang belum tersosialisasi," tambahnya lagi.
Fadil memastikan pihaknya akan terus meng gencarkan sosialisasi, termasuk lewat media sosial dan komunitas. Daftar nama-nama halte baru misalnya dapat diakses melalui Instagram resmi Transjakarta.
Bus Transjakarta mengantre untuk mengangkut penumpang di Halte Bundaran Senayan, Jakarta, Senin (22/5/2023). Foto: Asprilla Dwi Adha/ANTARA FOTO
"Tentu pasti ada yang belum tersosialisasi dengan baik, dan itu bagian dari tanggung jawab kami untuk terus sosialisasi terkait perubahan nama ini," ujar dia.
ADVERTISEMENT
Bakal Manfaatkan Naming Rights Halte Transjakarta
Fadil mengatakan, ke depannya halte Transjakarta juga akan meningkatkan pensi bisnis dari naming rights. Yakni memanfaatkan nama halte sebagai branding komersil.
"Naming rights Itu hal baru di kita. Kalau kita melihat dari negara maju, sudah biasa tu naming rights. Itu hak penamaan suatu gedung. Jadi kita kalau beli tanah, atau gedung di pusat kota itu kan berat, jadi saya beli hak penamaan saja. Jadi gedung ini selama saya bayar, saya berhak mengeklaim gedung ini dengan nama saya. Kurang lebih begitu," terangnya.
"Jadi nama gedungnya yang dia klaim sebagai namanya dia. Dan kita sudah berhasil satu, kalau kuta lihat di bundaran HI, itu sudah dengan Astra. Jadi namanya Bundaran HI Astra. Itu salah satu bentuk naming rights. Supaya apa yang kita dapat sebagai transportasi publik, ini kita kembalikan dalam rangka memberikan pelayanan terbaik," tandasnya.
ADVERTISEMENT