Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Tren Baru Pendanaan Teroris: Lewat Lembaga Dakwah dan Media Sosial
27 September 2017 16:20 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:15 WIB
ADVERTISEMENT
ISIS masih menjadi ancaman terbesar terkait terorisme. Kepala Badan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Suhardi Alius mengatakan, kini pendanaan terorisme yang melibatkan ISIS semakin meningkat dan berbahaya.
ADVERTISEMENT
“Seperti kita ketahui terorisme merupakan ancaman tidak ada salah satu ngara yang lepas dari terorisme. Sejak 2014 hingga saat penanganan tindakan terorisme ISIS semakin meningkat ini merupakan ancaman bagi negara Indonesia dan negara lainnya,” ujar Suhardi, di Hotel Aryaduta, Tugu Muda, Jakarta Pusat, Rabu (27/9).
Suhardi mengatakan pendanaan yang dilakukan ISIS pada dasarnya digunakan untuk kegiatan operasional, pembelian senjata dan bahan peledak, perjalanan, serta pelatihan para militan ISIS.
“Pada dasarnya teroris membutuhkan dana untuk menjalankan aksinya baik yang sifatnya individu maupun organisasi," imbuh Suhardi.
Melihat hal tersebut, Suhardi menegaskan bahwa BNPT bersama dengan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) berupaya memutus rantai pendanaan terorisme. Karena pergerakan terorisme saat ini sangatlah luar biasa.
ADVERTISEMENT
"Pergerakan ISIS luar biasa. Mereka punya daerah teritorial dan itu butuh dana. Maka fokus BNPT dan PPATK memutus mata rantai pendanaan itu," terang Suhardi.
Sementera itu, PPATK kini menemukan pergeseran tren pendanaan kegiatan terorisme melalui donasi untuk lembaga dakwah. Hal ini berdasarkan hasil pemetaan risiko yang telah dilakukan antara PPATK dengan BNPT.
“Bisa saja terjadi, lembaga dakwah dan NPO itu salah satu yang beresiko tinggi. Tren baru itu meIaIui donasi dan media sosiaI,” ujar Kepala PPATK, Kiagus Ahmad Badruddin.