Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Tren Politikus di Kabinet Jokowi Meningkat Tiap Reshuffle, Ini Datanya
16 Juni 2022 6:37 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Presiden Jokowi kembali merombak susunan Kabinet Indonesia Maju pada Rabu (15/6). Ini merupakan reshuffle kedelapan sejak politikus PDIP itu menjabat sebagai orang nomor satu di Indonesia pada 2014 lalu.
ADVERTISEMENT
Pada reshuffle kali ini, Jokowi akhirnya memasukkan kader PAN ke dalam kabinet dengan menunjuk Ketum PAN Zulkifli Hasan sebagai Menteri Perdagangan. Sementara itu, ia juga menugaskan eks panglima TNI Hadi Tjahjanto sebagai Menteri Agraria dan Tata Ruang.
Tiga orang politikus lain pun turut diakomodir oleh Jokowi. Mulai dari Afriansyah Noor (PBB), Raja Juli Antono (PSI), dan John Wempi (PDIP). Masing-masing mendapat jatah Wamen Tenaga kerja, Wamen Agraria dan Tata Ruang, serta Wamen Dalam Negeri.
Berdasarkan penelusuran kumparan, ini juga bukan kali pertama Jokowi banyak memasukkan menteri atau wamen dari unsur politikus ke dalam kabinet. Trennya bahkan dapat dilihat sejak Jokowi melakukan reshuffle kedua pada tahun 2016 lalu.
ADVERTISEMENT
Definisi menteri dari unsur politikus yang digunakan kumparan adalah mereka yang menjadi kader parpol pada saat ditunjuk sebagai menteri. Sementara itu, unsur profesional adalah mereka yang sama sekali bukan kader parpol dan dipilih karena kepakarannya.
Lantas, seperti apa gambarannya?
Grafik di bawah ini menggambarkan bahwa pada mulanya Jokowi lebih banyak menunjuk menteri atau wamen dari unsur profesional. Kala itu tahun 2014, Jokowi memang mengklaim koalisi yang dibangunnya adalah koalisi tanpa syarat. Proporsi menteri atau wamen dari kalangan profesional pun mencapai 65,72 persen.
"Saya orang yang paling bahagia, karena kemurnian kerja sama antarpartai tanpa bicara menterinya siapa, cawapresnya siapa, tetap dipertahankan," kata Jokowi saat menghadiri deklarasi koalisi partai pendukung Jokowi di kantor DPP PDI Perjuangan, Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Rabu (14/5/2014).
ADVERTISEMENT
Kala itu, jumlah menteri dan wamen ada 35 orang. Jokowi hanya menunjuk menteri atau wamen dari kader parpol sebanyak 12 orang atau 34,28 persennya.
Daftar Menteri Kabinet Kerja (2014)
Beberapa nama yang bukan dari politikus saat pertama kali Kabinet Kerja dibentuk adalah Menteri Perdagangan Rachmad Gobel, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Yohana Yembise, hingga Menteri Badan Usaha Milik Negara Rini Soemarno.
Di masa Kabinet Kerja , Jokowi telah melakukan lima kali perombakan kabinet. Proporsi menteri atau wamen dari parpol pun meningkat sedikit meski tetap konsisten di bawah 40 persen.
Situasi tersebut kemudian mulai berubah pada tahun 2019. Kontestasi politik yang kian meruncing antara Jokowi dan Prabowo rupanya berakhir dengan koalisi. Sejumlah parpol yang dulunya lawan pun menjadi kawan pada periode kedua Jokowi. Konsekuensinya jatah kursi kabinet untuk politikus pun ditambah.
ADVERTISEMENT
Daftar Menteri Kabinet Indonesia Maju (2019)
Kala itu, kabinet baru yang dinamakan Kabinet Indonesia Maju memiliki menteri politikus sebanyak 46,8 persen atau 22 orang. Padahal di Kabinet Kerja Jilid V, menteri yang berlatar belakang politikus hanya sebesar 35,13 persen.
Beberapa politikus yang masuk kabinet adalah Prabowo Subianto. Ketua Umum Gerindra itu didapuk menjadi Menteri Pertahanan. Sementara itu, kader Gerindra lain yang juga ditunjuk sebagai menteri adalah Edhy Prabowo. Ia dipilih menjadi Menteri Kelautan dan Perikanan.
Daftar Menteri Kabinet Indonesia Maju III (2022)
Dalam proses reshuffle kabinet hari Rabu (15/6) ini, komposisi menteri yang merupakan politikus mencapai 48,98 persen atau terdapat 24 orang dari total 49 menteri dan wamen.
ADVERTISEMENT
Sementara, mereka yang merupakan ahli/profesional angkanya semakin berkurang. Proporsi menteri profesional kini ada di angka 51,02 persen. Padahal di masa-masa awal, pernah menyentuh angka tertinggi 63,88 persen.
Hal unik lain yang bisa dicatat, Jokowi paling sering melaksanakan reshuffle pada hari Rabu. Dari delapan reshuffle, hanya 1 kali yang tidak dilakukan pada hari Rabu, yaitu saat Kabinet Kerja Jilid III.