Trump Akui Masih Berhubungan Baik dengan Kim Jong-un Usai Tak Lagi Jadi Presiden

11 Februari 2022 22:01 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Presiden AS Donald Trump bertemu dengan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un di zona demiliterisasi yang memisahkan kedua Korea, di Panmunjom, Korea Selatan, (30/6). Foto: AFP PHOTO/Brendan
zoom-in-whitePerbesar
Presiden AS Donald Trump bertemu dengan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un di zona demiliterisasi yang memisahkan kedua Korea, di Panmunjom, Korea Selatan, (30/6). Foto: AFP PHOTO/Brendan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Mantan Presiden AS Donald Trump mengeklaim dirinya tetap menjalin hubungan erat dengan Kim Jong-un setelah meninggalkan Gedung Putih.
ADVERTISEMENT
Trump mengungkap persahabatannya itu terjadi di tengah meningkatnya ketegangan antara AS dan Korut.
Meski begitu, ucapan Trump soal hubungan baiknya dengan Kim tidak bisa sepenuhnya dikonfirmasi kebenaran. Bahkan seorang reporter yang menyelidiki Trump secara menyeluruh sejak 2011 menyebutnya penuh bualan.
Maggie Haberman mengatakan, ucapan yang keluar dari mulut Trump tidak selalu sesuai realitas.
“Apa yang dia (Trump) katakan dan apa yang sebenarnya terjadi tidak selalu sejalan, tetapi dia telah memberi tahu orang-orang bahwa dia telah melakukan semacam korespondensi atau diskusi dengan Kim Jong-un,” kata Haberman, seperti dikutip dari Al Jazeera.
Lembaga studi Korut di AS, 38 North, berbagi pendapat yang sama. Direktur 38 North, Jenny Town menuturkan, Trump dikenal kerap melebih-lebihkan fakta.
ADVERTISEMENT
Menurutnya, pesan yang dikirim Trump mungkin hanya bentuk salam yang bahkan tidak dibalas Kim Jong-un.
“Tetapi jika itu benar, dan ada komunikasi yang terjadi pada substansi apa pun tanpa koordinasi atau konsultasi dengan Gedung Putih, itu bisa sangat bermasalah dan berpotensi kontraproduktif dengan kepentingan AS,” ujar Town.
Kementerian Luar Negeri AS menolak mengomentari laporan itu. Gedung Putih pun tidak tergesa untuk menanggapi. Bagaimanapun juga, AS memiliki undang-undang Logan 1799. UU tersebut melarang warganya untuk melakukan negosiasi dengan pemeritah asing tanpa izin.
Sebuah rudal anti-pesawat yang baru dikembangkan terlihat selama tes yang dilakukan oleh Akademi Ilmu Pertahanan, Korea Utara. Foto: KCNA via REUTERS

Pertalian Diputus Rudal Balistik

AS sendiri sampai saat ini terus-menerus berupaya membawa Korut kembali ke meja negosiasi. Washington berharap Pyongyang akan menyerah atau membatasi persenjataan nuklir dan rudalnya.
Mengabaikan seruan AS, militer Korut meluncurkan setidaknya tujuh uji coba rudal pada Januari lalu. Kemlu Korut bahkan mengatakan mereka berani menentang AS dengan “mengguncang dunia” lewat rudal hipersonik Hwasong-12.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, Trump merupakan sosok yang pernah berupaya membujuk Kim Jong-un untuk menyerahkan senjata nuklir dan misilnya dalam tiga pertemuan.
Walau Trump mengaku telah “jatuh cinta” setelah bertukar surat dengan pemimpin Korut tersebut, rayuan-rayuannya tetap gagal meluluhkan hati Kim Jong-un.
Berbeda dengan Trump, Presiden AS Joe Biden menyebut Kim Jong-un sebagai “penjahat” selama kampanye kepresidenannya pada 2020 lalu. Namun, sentimennya terhadap Kim Jong-un tidak menghambat Biden untuk membuka dialog.
Biden mengatakan, ia bersedia membahas program nuklirnya. Ajakan itu tak digubris pula oleh Korut yang tampaknya kebal dari rayuan AS.