Trump Berencana Tarik AS dari Perjanjian Paris

Presiden Donald Trump di NATO (Foto: REUTERS/Jonathan Ernst)

Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, berencana menarik keluar negaranya dari perjanjian Paris, yang dibentuk memerangi perubahan iklim.

Dilansir Reuters, Kamis (1/6), pejabat Gedung Putih mengatakan perundingan terkait keluarnya AS dari perjanjian tersebut masih dipertimbangkan.

Belum ada komentar resmi dari Trump mengenai kabar tersebut. Melalui akun twitter miliknya, Trump hanya mengatakan bahwa keputusannya mengenai Perjanjian Paris, akan diumumkan beberapa hari ke depan.

[Baca juga: Para Pemimpin Negara Nordik Mencemooh Foto Donald Trump dan Raja Saudi]

Sumber Reuters lainnya mengungkapkan bahwa Trump saat ini tengah membahas syarat penarikan diri itu dengan Administratur Badan Perlindungan Lingkungan Hidup Amerika Serikat, Scott Pruitt, yang dikenal skeptis terhadap perubahan iklim.

Trump sendiri sudah menolak dukungan terhdap perjanjian iklim bersejarah tersebut dalam konferensi tingkat tinggi G7 pada Sabtu (27/5) lalu, dengan alasan masih perlu waktu untuk mempertimbangkannya. Keputusan penarikan diri Amerika Serikat akan semakin mengalienasi Washington dari sekutunya di Eropa, yang sudah mulai banyak mempertanyakan kepemimpinan Amerika Serikat dalam sejumlah persoalan penting dunia.

Penarikan diri yang sama juga menjadi langkah maju dari Trump untuk menghapus warisan dari pendahulunya, Barack Obama, yang merupakan aktor utama tercapainya Perjanjian Paris.

[Baca juga: Jabat Tangan Macron-Trump sebagai Simbol 'Adu' Kekuatan]

Jika Trump mewujudkan rencananya, Amerika Serikat bersama Suriah dan Nikaragua akan menjadi tiga negara yang tidak berpartisipasi dalam Perjanjian Paris. Penarikan diri itu akan berdampak besar mengingat kesuksesan Perjanjian Paris sangat bergantung pada komitmen negara penyumbang polusi besar untuk mengurangi emisi karbon.

Untuk diketahui, Amerika Serikat merupakan negara penyumbang emisi karbon dioksida terbesar kedua di dunia, setelah China.

Perjanjian Paris punya target membatasi pemanasan global dengan mengurangi karbon dioksida yang berasal dari penggunaan bahan bakar fosil. Dalam kesepakatan itu, Amerika Serikat berkomitmen mengurangi emisi sebesar 26 persen smpai 28 persen pada 2025. Sejumlah pemimpin organisasi dunia mulai bereaksi terhadap laporan rencana Trump ini. Wakil Presiden Komisi Eropa, Maros Sefcovic, mengatakan bahwa Uni Eropa siap memimpin upaya memerangi pemanasan global.

"Harapan terhadap kami semakin besar dari negara-negara sahabat di Afrika, Asia, dan China. Mereka berharap Eropa harus menjadi pemimpin dalam upaya ini dan kami siap," kata Sefcovic.

Sementara itu, Perdana Menteri Finlandia Juha Sipila mengatakan penarikan diri Amerika Serikat adalah kemunduran besar "Namun kita harus mencari negara sahabat untuk terus melangkah, karena kerja ini tidak boleh berhenti," ujarnya.

Dalam kampanye pemilihan presiden tahun 2016 lalu, Trump berjanji akan 'membatalkan' Perjanjian Paris dalam 100 hari masa kepresidenannya sebagai upaya untuk mengembalikan kejayaan industri minyak dan batu bara Amerika Serikat.

Di sisi lain, Trump masih membutuhkan dukungan lebih besar dari sesama Partai Republik. Dalam survai terkini Reuters/Ipsos, hanya 50 persen konstituen Republik sepakat Amerika Serikat meninggalkan Perjanjian Paris, 37 persen menolak, dan sisanya belum menentukan sikap.