Trump Kecam Biden Pulangkan Militer AS di Afghanistan: Hari Paling Memalukan

28 Juni 2024 8:46 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kandidat Partai Republik, mantan Presiden AS Donald Trump, berbicara saat menghadiri debat presiden dengan kandidat Partai Demokrat, Presiden AS Joe Biden, di Atlanta, Georgia, AS, Kamis (27/6/2024). Foto: Brian Snyder/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Kandidat Partai Republik, mantan Presiden AS Donald Trump, berbicara saat menghadiri debat presiden dengan kandidat Partai Demokrat, Presiden AS Joe Biden, di Atlanta, Georgia, AS, Kamis (27/6/2024). Foto: Brian Snyder/REUTERS
ADVERTISEMENT
Eks Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengecam Presiden Biden atas penarikan militer AS dari Afghanistan, dan menyebutnya sebagai “hari paling memalukan dalam sejarah kehidupan negara kita.”
ADVERTISEMENT
“Sejauh menyangkut Afghanistan. Saya keluar dari Afghanistan, tapi kami keluar dengan bermartabat, dengan kekuatan, dengan kekuatan,” katanya dalam debat pertama capres AS, Jumat (28/6), seperti dikutip dari foxnews.
“Dia keluar dan itu adalah hari paling memalukan dalam sejarah kehidupan negara kita,” katanya menyerang Biden.
Dikutip dari CNN, pernyataan Trump dipicu oleh komentar Biden yang menyinggung masa jabatannya.
“Ketika dia menjadi presiden, mereka masih membunuh orang di Afghanistan. Dia tidak melakukan apa pun mengenai hal itu,” tutur Biden.
Kementerian Luar Negeri AS merilis laporan Afghanistan After Action Review pada Juni 2023.
Laporan itu menemukan bahwa keputusan pemerintahan Trump dan Biden untuk menarik semua pasukan AS dari Afghanistan mempunyai konsekuensi yang merugikan, dan merinci kekurangan-kekurangan yang memberatkan dari pemerintahan Biden. Penarikan pasukan AS itu juga menyebabkan kekacauan dan banyak kematian setelah hampir dua dekade AS berada di sana.
ADVERTISEMENT
Investigasi CNN pada April lalu mengungkap bukti video baru yang melemahkan dua penyelidikan Pentagon (Kemhan AS).
Hal itu menimbulkan pertanyaan serius bagi Pentagon yang sering menepis bahwa semakin banyak warga sipil ditembak mati akibat langkah penarikan tersebut.