Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Trump Salahkan Presiden AS Sebelumnya karena Bergeming Hadapi Korut
28 Februari 2019 15:54 WIB
Diperbarui 21 Maret 2019 0:03 WIB
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Pernyataan ini disampaikan oleh Presiden AS itu dalam konferensi pers usai pertemuan dengan pemimpin Korut Kim Jong-un di Hanoi, Vietnam, Kamis (28/2). Menurut Trump, seharusnya pertemuan dengan Kim dilakukan juga oleh presiden-presiden AS sebelum dirinya.
Trump tidak menyebut nama presiden AS lain kecuali Barack Obama. Hubungan Trump dan Obama memang tidak akur sejak lama.
"Ini sesuatu yang seharusnya dilakukan presiden jauh sebelum saya, tapi tidak dilakukan. Saya tidak menyalahkan Obama, tapi dia tidak melakukan apapun terhadap Korut. Dia membiarkan mereka," kata Trump.
"Saya tidak menyalahkan Obama, tapi saya menyalahkan banyak pemerintahan sebelum saya," lanjut dia lagi.
Trump memang boleh berbangga. Walau pertemuan dengan Kim pekan ini belum membuahkan hasil karena AS menolak cabut sanksi Korut , namun Trump telah mencetak sejarah.
ADVERTISEMENT
Trump adalah presiden berkuasa AS satu-satunya yang pernah bertemu langsung pemimpin Korut, bukan hanya sekali, tapi dua kali. Pertemuan pertama Trump berlangsung di Singapura pada Juni 2018, menghasilkan kesepakatan denuklirisasi dan proses perdamaian Semenanjung Korea.
Hal ini tidak dilakukan sejak Obama memimpin pada 2009 hingga 2016. Di pemerintahannya, Obama hanya menjatuhkan sanksi kepada Korut tanpa mau merengkuhnya.
Bahkan Trump mengatakan Jumat pekan lalu di Gedung Putih, Washington DC, Obama membuat AS di ambang perang dengan Korut. Hal ini, kata Trump, disampaikan Obama sendiri kepada Trump usai pemilihan presiden.
"Dia mengatakan hampir memulai perang besar dengan Korea Utara," kata Trump , dikutip USA Today.
Namun klaim Trump ini dibantah Michael Fuchs, bekas wakil Menlu AS di masa Obama. "Sangat konyol mengatakan pemerintah Obama mempertimbangkan hal seperti itu. Dia berbohong," kata Fuchs.
ADVERTISEMENT