Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.1
Trump Tarik AS dari WHO karena Bayar Lebih Banyak dari China: Mereka Menipu Kita
21 Januari 2025 10:41 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
Presiden Donald Trump resmi menandatangani executive order atau keppres yang menarik Amerika Serikat dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Senin (20/1), hanya beberapa jam setelah pelantikannya.
ADVERTISEMENT
Berbicara di Gedung Putih, ia menuding WHO bias terhadap China dan menyebut AS membayar lebih banyak daripada yang seharusnya.
Langkah ini berpotensi mengguncang struktur WHO dan mempengaruhi inisiatif kesehatan global, terutama di tengah kekhawatiran dunia terhadap wabah flu burung H5N1.
Bukan Pertama Kalinya Trump Menarik AS dari WHO
Trump sebelumnya sudah pernah mengambil langkah serupa.
Pada 2020, ia mengeluarkan pemberitahuan penarikan dengan alasan WHO terlalu tunduk pada Tiongkok dalam menangani awal pandemi Covid-19. Namun, kebijakan itu dibatalkan oleh Joe Biden ketika menjabat sebagai presiden.
Kini, dengan kembalinya ke Gedung Putih, Trump kembali melanjutkan rencananya.
Dalam perintahnya, Trump menginstruksikan lembaga-lembaga pemerintah AS untuk:
ADVERTISEMENT
Dampak bagi Kesehatan Global
AS adalah donor terbesar WHO, dengan kontribusi yang mencapai ratusan juta dolar per tahun.
Tanpa dana dari Washington, WHO kemungkinan harus melakukan restrukturisasi besar-besaran.
Keputusan ini juga terjadi di saat negara-negara anggota WHO sedang merundingkan perjanjian global pertama mengenai kesiapsiagaan dan respons pandemi.
Dengan keluarnya AS, negosiasi tersebut kini harus dilanjutkan tanpa keterlibatan salah satu kekuatan terbesar di dunia.
Sementara itu, wabah flu burung H5N1 yang menyerang saluran pernafasan terus menjadi perhatian serius. Di AS, virus ini telah menginfeksi puluhan orang dan menyebabkan satu kematian.
Dengan AS menarik diri dari WHO, koordinasi global dalam menangani ancaman pandemi berpotensi semakin rumit.