Tulisan Rektor ITK Singgung 'Manusia Gurun', Ini Kata Pihak Kampus

30 April 2022 20:52 WIB
·
waktu baca 3 menit
Prof Ir Budi Santosa Purwokartiko, PhD, Rektor ITK. Foto:  itk.ac.id
zoom-in-whitePerbesar
Prof Ir Budi Santosa Purwokartiko, PhD, Rektor ITK. Foto: itk.ac.id
ADVERTISEMENT
Rektor Institut Teknologi Kalimantan (ITK) Prof Budi Santosa Purwokartiko menjadi sorotan. Hal itu tak terlepas dari tulisannya yang menyinggung istilah "manusia gurun".
ADVERTISEMENT
Tulisan Budi berisi cerita pengalaman dirinya saat mewawancarai sejumlah mahasiswa yang mendaftar mendapatkan beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) di bawah Kemenkeu. Awalnya, Budi menceritakan mahasiwa yang ia wawancara merupakan anak yang pintar dengan kemampuan yang luar biasa.
Dia menyebut ada 12 mahasiswi yang memiliki pikiran yang terbuka. Ia juga menyinggung mahasiswi ini juga tak suka ikut demo. Kemudian, barulah ia menyebut soal 'manusia gurun'.
"Jadi 12 mahasiswi yang saya wawancarai, tidak satu pun menutup kepala ala manusia gurun. Otaknya benar-benar openmind, mereka mencari Tuhan ke negara-negara maju seperti Korea, Eropa barat dan US, bukan ke negara yang orang-orangnya pandai bercerita tanpa karya teknologi," bunyi tulisan Budi yang beredar di media sosial.
ADVERTISEMENT
Tulisan Budi tersebut kemudian menjadi polemik di media sosial, bahkan trending di Twitter. Banyak yang mengkritik tulisan Budi berbau rasialis.
ITK -- sebuah PTN yang berdiri pada 2014 -- pun angkat bicara. ITK yang berbasis di Balikpapan ini menegaskan tulisan itu merupakan tulisan pribadi Budi yang tak berkaitan dengan kampus.
"Dengan ini kami informasikan bahwa tulisan Prof. Budi Santosa Purwokartiko tersebut merupakan tulisan pribadi dan tidak ada hubungannya dengan jabatan beliau sebagai rektor ITK," bunyi keterangan ITK di akun Twitter yang dikutip Sabtu (30/4).
Karena itu, pihak kampus meminta tanggapan terkait tulisan itu tak dikaitkan dengan ITK.
"Mohon pemberitaan dan komentar lebih lanjut baik oleh media maupun para netizen tidak mengaitkan dengan institusi ITK, dan awak media atau para netizen dapat langsung berkomunikasi dengan Beliau," bunyi keterangan ITK.
ADVERTISEMENT
Belum ada pernyataan dari Budi mengenai tulisan tersebut.
Rektor Institut Teknologi Kalimantan (ITK) Budi Santosa Purwokartiko Foto: Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Profil Prof Budi

Mengutip dari situs ITK, Prof. Ir. Budi Santosa Purwokartiko, M.S., Ph.D dilantik menjadi rektor pada tanggal 19 Desember 2018 masa bakti 2018-2022.
Budi merupakan Profesor/Guru Besar Teknik Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember yang lahir di Klaten, 12 Mei 1969. Bidang keahliannya mencakup Data Mining, Optimasi dan Metaheuristik, Operations Research, Manajemen Proyek.
Budi menempuh Pendidikan Strata-1 di Institut Teknologi Bandung Program Studi Teknik Industri, Kemudian melanjutkan Pendidikan Magister dan Doktor Teknik Industri di University of Oklahoma, Norman, Oklahoma, USA.

Kritik pada Prof Budi

Sejumlah tokoh publik mengkritik tulisan Budi. Politikus Gerindra Fadli Zon, misalnya, menyebutnya "terpapar Islamofobia". Sedang Ketua MUI Cholil Nafis menulis komentar:
ADVERTISEMENT
"Harus diberi tindakan dan diberi pelajaran orang semacam ini. Tak layak dengan gelar akademik guru besar dan penyeleksi beasiswa LPDP yang uangnya berasal dari rakyat," ungkapnya.
Cholil menilai, penulis terjangkit penyakit hasud dan seharusnya perguruan tinggi dibersihkan dari orang rasis seperti itu.
Cholil juga mengomentari siaran pers kampus ITK yang menyatakan tulisan Budi -- yang merupakan Rektor ITK -- tak ada kaitannya dengan kampus.
"Kalau tak diakui sebagai rektor begini bagusnya mundur saja dari rektor, ya, sehingga tak ada keterkaitan antara Prof Budi dengan kampus ITK," kata Cholil.
==========================
Kamu mudik di lebaran tahun ini? Share informasi di sepanjang jalur mudik ke email [email protected]. Kirimkan foto atau video beserta informasi singkat. Jangan lupa sertakan kontak yang bisa dihubungi tim redaksi kumparan.
ADVERTISEMENT
Laporan terbaik akan mendapatkan hadiah voucher Happyfit masing-masing senilai Rp 500 ribu untuk 5 orang dan saldo digital masing-masing Rp 300 ribu untuk 10 orang.