Twitter Sembunyikan Cuitan Trump soal Kerusuhan di Minneapolis

29 Mei 2020 18:44 WIB
comment
20
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyampaikan tanggapan tentang virus corona di Gedung Putih, Washington, Amerika Serikat.  Foto:  REUTERS / Jonathan Ernst
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyampaikan tanggapan tentang virus corona di Gedung Putih, Washington, Amerika Serikat. Foto: REUTERS / Jonathan Ernst
ADVERTISEMENT
Perseteruan Presiden Amerika Serikat Donald Trump dengan Twitter tampaknya masih akan berlanjut. Terkini, Twitter memutuskan untuk menyembunyikan cuitan Trump dari linimasa terkait dengan kerusuhan yang pecah di Minneapolis, kota terbesar di Negara Bagian Minnesota
ADVERTISEMENT
Pada Jumat (29/5), Trump merespons peristiwa mencekam yang terjadi buntut tewasnya George Floyd di tangan polisi ketika ditangkap. Dalam cuitannya, Trump menuduh para pendemo sebagai gangster karena melakukan pembakaran dan penjarahan dan tak ragu memerintahkan kepolisian atau militer untuk menembak mereka.
“Para gangster ini tidak menghormati mendiang George Floyd, dan saya tidak akan membiarkan hal ini terjadi. Saya baru berbicara dengan Gubernur (Minnesota) Tim Walz, mengatakan bahwa militer selalu bersamanya. Jika ada kesulitan dan akan ambil kendali, tetapi jika penjarahan terjadi, maka penembakan akan dimulai. Terima kasih!” cuit Trump.
Diberitakan Reuters, tak lama setelah cuitan itu, Twitter menandainya sebagai ‘mendukung kekerasan’. Tak cukup sampai di situ, perusahaan teknologi berbasis di San Fransisco ini juga menyembunyikan cuitan Trump tersebut.
ADVERTISEMENT
“Tweet ini melanggar aturan Twitter tentang kekerasan. Akan tetapi, kami menilai hal ini (cuitan Trump) telah menjadi perhatian publik sehingga masih bisa diakses,” bunyi pernyataan Twitter.
Juru bicara Twitter mengatakan CEO Jack Dorsey telah menerima informasi terkait keputusan tersebut. Dalam utasnya, Twitter mengambil keputusan itu guna menghindari orang lain terinspirasi melakukan pelanggaran hukum.
Dengan disembunyikannya cuitan Trump, para pengguna masih bisa ‘me-retweet with comment’, tetapi tak lagi bisa memberikan suka serta mengomentari atau me-retweet.
Percikan api antara Trump dengan Twitter dimulai ketika cuitan sang presiden ditandai sebagai informasi yang berpotensi menyesatkan. Ini adalah tanda cek fakta pertama Twitter untuk akun selevel presiden.
Label menyesatkan ditunjukan untuk dua kicauan Trump tentang pemungutan suara lewat surat (mail-in ballots). Trump mengklaim, mail-in ballots, yang surat suaranya didistribusikan ke pemilih dan dikirim atau dikembalikan melalui pos, bisa menimbulkan kecurangan dalam Pemilu Presiden.
ADVERTISEMENT
Hal itu rupanya membuat Trump menyimpan dendam. Sebagai responsnya, Trump akan mengubah undang-undang yang melindungi perusahaan media sosial seperti Twitter dan Facebook.
Jack Dorsey, pendiri dan CEO Twitter. Foto: Anushree Fadnavis/Reuters
Dalam perintahnya, Trump ingin "mengubah atau menghapus" pasal 230 dari undang-undang terkait media sosial.
Pada pasal itu, perusahaan media sosial dinyatakan tidak bertanggung jawab atas konten yang diposting oleh penggunanya. Artinya, setiap bentuk postingan adalah tanggung jawab pemilik akun semata, bukan medsos.
(Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona)
***
Yuk! bantu donasi atasi dampak corona.