Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Isu soal legalisasi ganja ini kembali mencuat setelah anggota DPR asal Aceh, Rafli Kande, mengikuti rapat kerja bersama Menteri Perdagangan pada Kamis (30/1). Dalam rapat itu, Rafli mengusulkan ganja dijadikan komoditas ekspor untuk keperluan medis.
Usulan itu lantas kemudian menarik perhatian sejumlah akademikus. Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) Banda Aceh, bahkan menggelar Focus Group Discussion (FGD) yang mengusung tema Pemanfaatan Cannabis dalam Konteks Penelitian dan Industri pada Senin (3/2).
Rektor Unsyiah, Samsul Rizal, mengatakan, kampusnya bersedia dijadikan sebagai tempat pusat penelitian atau laboratorium khusus meneliti ganja. Tujuanya, agar ganja (cannabis) memiliki standar untuk keperluan medis.
“Kampus siap membantu jika dibutuhkan untuk menjadi pusat penelitian, atau laboratorium khusus cannabis agar lebih terstandarisasi. Sehingga dapat membantu pemerintah di bidang kesehatan,” kata Samsul, saat dikonfirmasi kumparan Jumat (7/2).
ADVERTISEMENT
Karena itu, Samsul, mendorong pemerintah agar mengeluarkan regulasi terhadap legalisasi ganja di bidang kesehatan
“Mendukung pemerintah apabila mengeluarkan regulasi terkait perizinan cannabis untuk kebutuhan penelitian dan medis,” ujarnya.
Usulan Unsyiah Aceh yang ingin meneliti manfaat ganja di bidang kesehatan juga didukung oleh Wakil Dekan II Fakultas Kedokteran Unsyiah Dokter Safrizal Rahman. Dalam resume FGD yang diperoleh kumparan, Safrizal mengemukakan ganja memiliki berbagai manfaat di bidang kesehatan.
Antara lain sebagai antiemetic pada kanker, menurunkan tekanan intraokuler, analgetik (anti-nyeri), muscle relaxant, anticonvulsant (anti-kejang) dan mengurangi insomnia.
"Cannabis sudah banyak diteliti di negara lain, dan menunjukkan potensi untuk digunakan dalam dunia kedokteran maupun bidang lain (sebagai potensi sumber serat, dan sebagainya)," tulis pernyataan Safrizal.
ADVERTISEMENT
Lebih lanjut Safrizal mengemukakan cannabis yang ada di Aceh belum banyak diteliti, baik kandungannya maupun manfaatnya. Karena itu, menurutnya, perlu dilakukan penelitian tentang kandungan serta manfaat tanaman tersebut baik dalam bidang kedokteran maupun bidang lainnya.
Tipe ganja yang tumbuh di Aceh adalah golongan Sativa. Daerah di Aceh yang banyak ditumbuhi ganja adalah Kabupaten Gayo Lues.
Sementara itu, menurut ahli dokter bedah saraf, Imam Hidayat, yang juga dosen di Fakultas Kedokteran Unsyiah Aceh dalam resume FGD menyebut hasil penelitian yang dilakukannya menunjukkan bahwa ekstrak ganja (dalam bentuk minyak) memiliki potensi sebagai neuroprotektor (proteksi terhadap sel-sel saraf).
"Efek negatif, didapatkan apabila cannabis dikonsumsi secara langsung," demikian pernyataan Imam dalam resume FGD.
ADVERTISEMENT
Sedangkan menurut dokter kejiwaan Zulfa Zahra yang juga dosen Fakultas Kedokteran di Unsyiah Aceh melihat ada sisi positif efek penggunaan ganja terhadap kesehatan jiwa.
Menurut Zulfa, cannabis mengandung 500 jenis zat kimia, salah satunya adalah Cannabinoid (CBD). Kemudian salah satu zat yang dimiliki oleh ganja adalah Tetrahydrocannabino (THC), yang secara alami diproduksi oleh otak manusia dalam bentuk anandamide.
"Cannabis juga bisa menyebabkan gangguan jiwa, namun salah satu kandungan yang dimiliki cannabis, yakni CBD, justru berpotensi sebagai anti-psikotik (pelindung terhadap gangguan jiwa)," ujar Zulfa.
Menurutnya literatur menyebutkan bahwa gangguan jiwa pada pengguna cannabis tidak semata-mata diakibatkan oleh penggunaan cannabis itu sendiri, namun juga dipengaruhi oleh faktor lain yaitu genetik, dukungan sosial, dan harapan-harapan yang tidak terpenuhi.
ADVERTISEMENT