Usai Final Euro 2020, Kasus dan Kematian Akibat COVID-19 Inggris Melonjak

19 Juli 2021 13:57 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pendukung timnas Inggris tiba di Stadion Wembley pada laga final Euro 2020 antara Italia vs Inggris Foto: REUTERS/Henry Nicholls
zoom-in-whitePerbesar
Pendukung timnas Inggris tiba di Stadion Wembley pada laga final Euro 2020 antara Italia vs Inggris Foto: REUTERS/Henry Nicholls
ADVERTISEMENT
Pertandingan antara Inggris dan Italia pada Final Euro 2020 pekan lalu mengundang antusiasme puluhan ribu suporter sepak bola.
ADVERTISEMENT
Tak hanya 60 ribu penonton di Wembley Stadium Inggris, tetapi juga puluhan ribu lainnya yang berkerumun di luar stadion dan sejumlah titik di Kota London. Kerumunan yang tak mengindahkan aturan jaga jarak dan penggunaan masker itu membuat WHO geram.
Kini, tujuh hari setelah berlangsungnya pesta olahraga itu, tren kasus COVID-19 Inggris melesat tajam, bahkan hampir mencapai 50%.
Dikutip dari situs resmi corona Inggris coronavirus.data.gov.uk, tren peningkatan kasus dalam sepekan terakhir mencapai 43,3%.
Data yang dihimpun pada periode 12-18 Juli 2021 mencatat total kasus sebanyak 316.691 infeksi. Sementara sepekan sebelumnya (5-11 Juli 2021), total kasus “hanya” mencapai 221.052 infeksi. Berarti, terjadi penambahan hingga 95.639 infeksi.
Angka kejadian COVID-19 Inggris dalam sepekan terakhir mencapai 376,1 kasus per 100 ribu orang.
ADVERTISEMENT
Tak hanya itu kasus, kematian pun juga meningkat meskipun tingkat kematiannya masih tergolong rendah. Dikutip dari Our World in Data, per 18 Juli, case fatality rate di Inggris berada di angka 2,36%.
Tren peningkatan kematian dalam sepekan terakhir mencapai 39,4%. Pada periode 12-18 Juli 2021, Inggris mencatat total kematian mencapai 283 jiwa. Angka ini meningkat hingga 80 kasus dari pekan sebelumnya (5-11 Juli 2021) yang berjumlah 203 jiwa.
Kini, jumlah kumulatif infeksi COVID-19 Inggris mencapai 5.433.939 kasus dan kematian sebanyak 128.708 jiwa.
Sampai saat ini belum ada keterangan apakah kasus lonjakan kasus COVID-19 di Inggris berhubungan langsung dengan Final Piala Eropa 2021 atau tidak.
Namun, beberapa pekan lalu otoritas Skotlandia menyatakan ratusan kasus baru di wilayahnya terkait penonton Piala Eropa yang baru kembali dari Inggris.
Suasana jalanan di London, Inggris usai lockdown berakhir. Foto: Alberto Pezzali/AP Photo

Lockdown COVID-19 Inggris Dicabut

Senin (19/7) dinobatkan sebagai “Freedom Day” atau “Hari Kebebasan” rakyat Inggris, karena semua pembatasan kegiatan ketat dicabut.
ADVERTISEMENT
Dengan ini, pub dan bar dapat kembali beroperasi dengan normal, aturan jaga jarak dihapuskan, dan penggunaan masker sudah tidak diwajibkan.
Keputusan Perdana Menteri Boris Johnson ini disambut dengan gembira oleh masyarakat umum, tetapi tidak dengan epidemiolog dan ahli kesehatan. Banyak dari mereka yang mengkhawatirkan pelonggaran di tengah-tengah lonjakan kasus, ditambah dengan merebaknya varian Delta.
Tetapi, PM Johnson meminta warganya untuk tetap waspada, karena virus corona ini masih ada.
“Saya sangat, sangat, sangat memohon, tetaplah waspada,” ujar Johnson pada Minggu (18/7), sebagaimana dikutip dari Reuters.
Petugas medis membawa pasien virus corona dari ambulans menuju rumah sakit S Thomas di London, Inggris. Foto: REUTERS/Hannah McKay
“Silakan berlanjut ke langkah selanjutnya [pelonggaran pembatasan] dengan kehati-hatian dan hormati orang lain, terhadap penyakit yang masih tetap ada ini, dan di atas semuanya, saya mohon sekali, ketika Anda diminta untuk divaksinasi dosis kedua … saya mohon datang dan lakukanlah,” imbaunya.
ADVERTISEMENT
Program vaksinasi COVID-19 di Inggris merupakan salah satu yang tercepat di dunia. 87,8% dari total populasi orang dewasa Inggris telah divaksinasi satu dosis, dan 67,8% telah disuntik vaksin dosis penuh.
Para menteri di Pemerintahan Inggris menegaskan, akibat besarnya jumlah warga yang sudah divaksinasi ini, terlihat sekali ketimpangan antara kasus dengan kematian akibat corona.
“Terakhir kali kita mencatat kasus yang setingkat dengan level sekarang ini, jumlah orang yang meninggal akibat virus corona mencapai 30 kali lipat lebih tinggi dibandingkan jumlah yang sekarang,” tegas Menteri Perumahan Inggris, Robert Jenrick.