Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.0
6 Ramadhan 1446 HKamis, 06 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Usai Zelensky Diusir Trump, Ukraina dapat Bantuan Rp 47 T dari Inggris
2 Maret 2025 11:32 WIB
·
waktu baca 2 menit
ADVERTISEMENT
Perdana Menteri Inggris Keir Starmer menerima Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky di London pada Sabtu (1/3), sehari setelah pertemuan panas antara Zelensky dan Presiden AS Donald Trump di Gedung Putih.
ADVERTISEMENT
Dalam pertemuan itu, Inggris dan Ukraina menandatangani kesepakatan pinjaman senilai 2,26 miliar paun (setara USD 2,84 miliar atau Rp 47 triliun) untuk perlengkapan militer Ukraina.
Angka itu merupakan kontribusi Inggris terhadap paket dukungan sebesar USD 50 miliar yang dijanjikan kelompok negara-negara industri kaya G-7 untuk Kiev.
Dana tersebut akan dibayar kembali menggunakan keuntungan dari aset Rusia yang dibekukan.
“Ini keadilan sejati—orang yang memulai perang harus membayarnya,” tulis Zelensky di X.
Saat tiba di Downing Street, Zelensky disambut dengan pelukan oleh Starmer. Warga yang berkumpul di luar bersorak saat konvoinya melintas.
“Anda sangat diterima di Downing Street,” kata Starmer, seperti diberitakan AFP.
Zelensky membalas dengan ucapan terima kasih kepada Inggris atas dukungannya sejak awal perang.
ADVERTISEMENT
Starmer pun menegaskan kembali dukungan Inggris untuk Ukraina menjelang pertemuan puncak di London pada Minggu (2/3) yang akan membahas jaminan keamanan Eropa.
Zelensky juga dijadwalkan bertemu Raja Charles III di hari yang sama.
Bentrok dengan Trump, Dukungan Eropa Menguat
Sehari sebelum bertemu Starmer, Zelensky mengalami ketegangan dengan Trump dalam pertemuan di Gedung Putih.
Trump menuduhnya tidak siap berdamai dengan Rusia dan mengancam akan menarik dukungan AS.
Insiden itu mengguncang sekutu Eropa yang masih beradaptasi dengan perubahan sikap Washington terhadap perang di Ukraina.
Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock menyebut peristiwa itu sebagai “era baru keburukan”.
Pemimpin Eropa lain, termasuk Presiden Prancis Emmanuel Macron dan Perdana Menteri Polandia Donald Tusk, langsung menyatakan dukungan mereka untuk Kiev.
Mantan presiden Rusia Dmitry Medvedev menanggapi insiden itu dengan menyebut Zelensky sebagai “babi kurang ajar” yang menerima “tamparan keras di Ruang Oval”.
ADVERTISEMENT
Meski meninggalkan Gedung Putih tanpa kesepakatan baru, Zelensky tetap menekankan pentingnya dukungan Trump.
“Ia ingin mengakhiri perang, tetapi tidak ada yang menginginkan perdamaian lebih dari kami,” tulisnya di X.
Eropa Bersiap Mandiri
Di tengah ketidakpastian dukungan AS, para pemimpin Eropa mulai membahas strategi pertahanan jangka panjang.
Macron membuka kemungkinan penguatan pencegah nuklir Eropa, sementara pemimpin baru Jerman Friedrich Merz menekankan perlunya benua itu mengurangi ketergantungan pada Washington.
Namun, tidak semua sepakat. Perdana Menteri Hongaria Viktor Orban justru mendorong negosiasi langsung dengan Rusia, mengikuti langkah Trump yang mencoba merundingkan kesepakatan dengan Presiden Vladimir Putin.