Vatikan Akan Selidiki Dugaan Pelecehan Seksual oleh Uskup Belo di Timtim

29 September 2022 11:19 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Panglima Daerah Militer IX Udayana Mayjen Sintong Panjaitan (kiri) bersalaman dengan Uskup MGR (Monseigneur) Carlos Filipe Ximenes Belo saat upacara sertijab Pangdam IX Udayana di lapangan Puputan , Badung, Bali, 30/11/2001. Foto: Jalil Hakim/TEMPO
zoom-in-whitePerbesar
Panglima Daerah Militer IX Udayana Mayjen Sintong Panjaitan (kiri) bersalaman dengan Uskup MGR (Monseigneur) Carlos Filipe Ximenes Belo saat upacara sertijab Pangdam IX Udayana di lapangan Puputan , Badung, Bali, 30/11/2001. Foto: Jalil Hakim/TEMPO
ADVERTISEMENT
Peraih Nobel Perdamaian, Carlos Filipe Ximenes Belo, dituding melakukan kekerasan seksual ketika dia menjadi uskup di Timor Timur -- sekarang Timor Leste. Kabar tersebut muncul pada Rabu (28/9).
ADVERTISEMENT
Majalah Belanda, De Groene Amsterdammer, menerbitkan laporan investigasi terkait. Pihaknya mengeklaim, Belo melakukan pelecehan seksual terhadap sejumlah anak laki-laki. Ketika ditanyai tentang pemberitaan itu, Vatikan mengaku akan meluncurkan penyelidikan.
"[Vatikan akan] memeriksa informasinya," jelas juru bicara Vatikan, Matteo Bruni, dikutip dari Kyodo News, Kamis (29/9).
De Groene adalah salah satu majalah mingguan sayap kiri tertua dari Belanda. Pada 2002, pihaknya mendengar pengakuan dari seorang pria Timor. Dia mengatakan, temannya mengalami pelecehan seksual oleh Belo. Kantor berita itu akhirnya melakukan investigasi.
Ilustrasi pelecehan seksual. Foto: Shutter Stock
De Groene mengaku telah menjangkau 20 orang yang mengetahui kasus tersebut. Mereka berbicara kepada pejabat tinggi, pejabat pemerintah, politikus, pihak profesional dan gereja, serta pekerja LSM. De Groene mengeklaim menemukan banyak korban lainnya.
ADVERTISEMENT
Separuh dari sumber mereka mengaku mengenal seorang korban secara pribadi. De Groene juga menghubungi para korban, tetapi sebagian menolak memublikasikan pengalaman mereka di media.
De Groene mengatakan, kekerasan itu berlangsung dalam jangka waktu lama. Dua korban mengungkap pelecehan yang mereka alami pada 1990-an. Tetapi, Belo juga dikatakan melakukan pelecehan sebelum menjadi uskup, yakni pada 1980-an di Desa Fatumaca.
Kala itu, Belo bekerja di Serikat Salesian atau Salesian Don Bosco (SDB). De Groene mengutip sejumlah korban yang mengaku mendapatkan uang setelah mengalami kekerasan oleh Belo.

Pengakuan Korban

Ilustrasi pelecehan seksual. Foto: Worraket/Shutterstock
Salah seorang korban yang memberikan kesaksiannya kepada De Groene adalah Paulo. Pria berusia 42 tahun itu merahasiakan identitas aslinya untuk menjaga privasi dan keselamatan keluarganya. Paulo mengatakan, dia saat itu sedang menghadiri misa di Ibu Kota Dili.
ADVERTISEMENT
Paulo yang masih berusia 15 atau 16 tahun diajak mengunjungi kediaman Belo. Merasa bangga diundang seorang pahlawan nasional dan simbol harapan bagi masyarakatnya, Paulo mengikuti Belo.
Namun, Paulo mengatakan, dia justru mengalami kekerasan seksual. Setelahnya, Belo dikatakan memberikan uang kepada Paulo.
Korban lainnya yang berbicara kepada De Groene adalah Roberto. Sebagaimana Paulo, dia memutuskan untuk merahasiakan namanya. Pria berusia 45 tahun itu mengatakan, dia pernah diminta datang ke biara ketika tengah menikmati perayaan gereja yang dihadiri Belo.
"Uskup [Belo] memperkosa dan melecehkan saya secara seksual malam itu," tutur Roberto.
"Pagi-pagi sekali dia menyuruh saya pergi. Saya takut karena hari masih gelap. Jadi saya harus menunggu sebelum saya bisa pulang. Dia juga meninggalkan uang untuk saya. Itu dimaksudkan agar saya tutup mulut. Dan untuk memastikan saya akan kembali," lanjut dia.
Ilustrasi pelecehan seksual Foto: Shutterstock
Roberto masih berusia sekitar 14 tahun saat kejadian. Roberto mengatakan, Belo mengirim seseorang untuk menjemput dia selama kunjungan-kunjungan berikutnya. Roberto mengaku terus mengalami pelecehan seksual di kediaman Belo bahkan ketika berpindah ke Dili.
ADVERTISEMENT
"Dia tahu bahwa para anak laki-laki ini tidak punya uang. Jadi ketika dia mengundang Anda, Anda datang dan dia memberi Anda sejumlah uang," ujar Paulo.
De Groene telah meminta tanggapan Gereja Katolik. Pihaknya menghubungi Takhta Suci, Dicastery for the Doctrine of the Faith (DDF), Uskup Agung Dili Virgílio do Carmo da Silva, dan Rektor Mayor SDB Ángel Fernández Artime. Tetapi, mereka belum merespons.
De Groene juga mengaku telah secara langsung berusaha menghubungi Belo. Pihaknya mengatakan, Belo segera menutup telepon mereka sesaat setelah mengangkatnya.

Profil Uskup Belo

Peraih Nobel Perdamaian Uskup Carlos Filipe Ximenes Belo memercikkan air suci saat upacara pemberkatan patung Raja Kristus raksasa yang menghadap ke Teluk Dili (24/11/1996). Foto: John Macdougall/ AFP
Belo yang lahir pada 3 Februari 1948 adalah anak kelima dari Domingo Vaz Filipe dan Ermelinda Baptista Filipe.
ADVERTISEMENT
Uskup berusia 74 tahun tersebut sempat tinggal di Portugal dan Roma setelah menjadi anggota Salesian Don Bosco (SDB). Dia belajar filsafat dan teologi di sana sebelum diresmikan sebagai pastur pada 1980.
Belo kemudian kembali ke Timor Timur, provinsi termuda Indonesia, pada Juli 1981. Dia ditunjuk menjadi pemimpin Gereja Timor Timur pada 1983. Belo ditahbiskan sebagai uskup di Lorium, Italia, pada 1988. Selama menjabat, Belo kerap menyuarakan protes keras terhadap pemerintah Indonesia.
Timor Leste lepas dari Indonesia setelah referendum 30 Agustus 1999 dan diakui secara internasional sebagai negara merdeka dengan nama Timor Leste pada 20 Mei 2002.
ADVERTISEMENT
Pada 26 November 2002, Paus Yohanes Paulus II menerima pengunduran diri Belo sebagai Vikar Apostolik Dili akibat keluhan kesehatan. Sejak itu, Belo menjalani perawatan kesehatan di Portugal sebelum menjadi asisten pastur di Maputo, Mozambik.