Vatikan Jatuhi Uskup Belo Sanksi Atas Tuduhan Lecehkan Anak-anak di Timtim

30 September 2022 10:08 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Carlos Filipe Ximenes Belo. Foto: Twitter/@UNDPNorway
zoom-in-whitePerbesar
Carlos Filipe Ximenes Belo. Foto: Twitter/@UNDPNorway
ADVERTISEMENT
Vatikan menjatuhkan sanksi terkait kasus pelecehan seksual terhadap peraih Nobel Perdamaian, Carlos Filipe Ximenes Belo, pada Kamis (29/9).
ADVERTISEMENT
Belo dituduh melecehkan sejumlah anak laki-laki saat menjadi uskup di Timor Timur sebelum lepas dari Indonesia, yakni pada 1980-an dan 1990-an. Laporan tersebut diungkap salah satu majalah mingguan sayap kiri tertua asal Belanda, De Groene Amsterdammer.
Kantor Vatikan yang menangani kasus pelecehan seksual telah menerima tudingan terkait Belo sejak 2019. Pihaknya lantas memberlakukan pembatasan pergerakan terhadap Belo.
Pembatasan itu meliputi larangan kontak dengan anak di bawah umur atau kontak dengan Timor Leste sejak September 2020. Sanksi tersebut dimodifikasi dan diperkuat pada November 2021.
"Mengingat tuduhan yang diterimanya, [Vatikan] memberlakukan pembatasan disipliner tertentu padanya," terang juru bicara Vatikan, Matteo Bruni, dikutip dari AFP, Jumat (30/9).
Peraih Nobel Perdamaian Uskup Carlos Filipe Ximenes Belo memercikkan air suci saat upacara pemberkatan patung Raja Kristus raksasa yang menghadap ke Teluk Dili (24/11/1996). Foto: John Macdougall/ AFP
Timor Timur menjalani referendum pada 30 Agustus 1999 dan diakui sebagai negara merdeka dengan nama Timor Leste pada 20 Mei 2002. Walau tanah airnya baru saja memperoleh kemerdekaan, Belo mengundurkan diri dari keuskupan Dili pada 26 November 2002.
ADVERTISEMENT
De Groene mengatakan, Belo bahkan menghadapi pembatasan perjalanan oleh Vatikan sejak 2002. Vatikan tidak memberikan penjelasan atas pengunduran dirinya tersebut. Sejak itu, Belo dikirim untuk mengambil posisi sebagai asisten pastur di Mozambik.
Selama masa pengabdiannya itu, dia diizinkan untuk bekerja dengan anak-anak. Mengingat tuduhan kekerasan seksualnya terhadap anak-anak, penempatannya tersebut tentu mengkhawatirkan.
"Saya melakukan pekerjaan pastoral dengan mengajarkan katekismus kepada anak-anak, memberikan perlindungan kepada orang-orang muda," tutur Belo saat itu, dikutip dari De Groene.
Mantan Panglima Daerah Militer IX Udayana Mayjen Sintong Panjaitan (kiri) bersalaman dengan Uskup MGR (Monseigneur) Carlos Filipe Ximenes Belo saat upacara sertijab Pangdam IX Udayana di lapangan Puputan , Badung, Bali. Foto: Jalil Hakim/TEMPO
Hukuman pengasingan jarang dikenakan oleh Vatikan dan biasa digunakan dalam kasus-kasus pelecehan seksual oleh seorang uskup. Konfirmasi atas pembatasan tersebut menyusul pemberitaan De Groene yang mengutip dua terduga korban, Paulo dan Roberto.
Keduanya merahasiakan identitas asli mereka. Paulo mengatakan, dia mengalami pelecehan seksual saat masih berusia 15 atau 16 tahun ketika mengunjungi kediaman Belo di Dili.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, Roberto berkali-kali mengalami kekerasan seksual sejak berusia sekitar 14 tahun di biara maupun di rumah Belo. Mereka mengatakan, anak-anak lainnya juga kerap dijemput ke kediaman Belo. Dia dikatakan memberikan uang kepada para korbannya.
"Dia tahu bahwa para anak laki-laki ini tidak punya uang. Jadi ketika dia mengundang Anda, Anda datang dan dia memberi Anda sejumlah uang," ujar Paulo.
Ilustrasi pelecehan seksual. Foto: Worraket/Shutterstock
Laporan itu telah mengejutkan seluruh Timor Leste. Pasalnya, Belo dikenal sebagai seorang pahlawan nasional dan simbol harapan bagi masyarakat yang memperjuangkan kemerdekaan.
"Kami di sini juga terkejut mendengar berita ini," ujar seorang pejabat di Keuskupan Agung Dili, Timor Leste, dikutip dari Associated Press.
Selama penelitiannya, De Groene menghubungi 20 orang yang mengetahui dugaan pelecehan oleh Belo. Kantor berita itu berbicara kepada politikus, pihak profesional dan gereja, hingga pekerja LSM.
ADVERTISEMENT
Pihaknya mengatakan, setengah dari sumber itu mengenal seorang korban Belo. Sebagian lainnya bahkan telah membahas kasus-kasus pelecehan seksual tersebut di kantor mereka.
"Uskup [Belo] memperkosa dan melecehkan saya secara seksual malam itu," tutur Roberto.
"Pagi-pagi sekali dia menyuruh saya pergi. Saya takut karena hari masih gelap. Jadi saya harus menunggu sebelum saya bisa pulang. Dia juga meninggalkan uang untuk saya. Itu dimaksudkan agar saya tutup mulut. Dan untuk memastikan saya akan kembali," tambah dia.
Presiden terpilih Timor Leste Jose Ramos Horta menjawab pertanyaan saat wawancara di kawasan Pantai Largo de Lecidere, Dili, Timor Leste, Selasa (17/5/2022). Foto: Galih Pradipta/ANTARA FOTO
Belo menerima Penghargaan Perdamaian Nobel pada Desember 1996 bersama sesama pejuang kemerdekaan dan Presiden Timor Leste, Jose Ramos-Horta. Ketika ditanyai soal kasus kekerasan seksual tersebut, Ramos-Horta menolak memberikan tanggapan.
"Saya lebih memilih menunggu tindakan lebih lanjut dari Takhta Suci," ujar Ramos-Horta.
ADVERTISEMENT
Belo telah menjadi anggota Serikat Salesian atau Salesian Don Bosco (SDB) sejak 1973. Ordo religius Katolik Roma tersebut memiliki pengaruh luas di Vatikan. SDB Portugal mengungkapkan kesedihan ketika mendengar kabar itu pada Kamis (29/9).
Cabang tersebut berusaha menjauhkan diri dari Belo. Pihaknya mengatakan, Belo tidak memiliki hubungan dengan ordo mereka sejak mengambil alih keuskupan Dili. Kendati demikian, Belo masih terdaftar sebagai seorang uskup SDB dalam buku tahunan Vatikan.
"Mengenai masalah yang diliput dalam berita, kami tidak memiliki pengetahuan yang memungkinkan kami untuk berkomentar," bunyi pernyataan SDB.