Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
ADVERTISEMENT
Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) Kemenhub berencana membangun Lintas Rel Terpadu atau LRT ke kawasan Puncak, Bogor, Jawa Barat. Tujuannya untuk mengatasi kemacetan di kawasan wisata tersebut.
ADVERTISEMENT
Pengamat Transportasi Institut Studi Transportasi, Deddy Herlambang, memandang wacana tersebut perlu dikaji secara teknis. Menurutnya, LRT merupakan transportasi massal untuk perkotaan.
"LRT ringan, jadi biaya murah. Tapi perlu diingat bahwa puncak itu tinggi, saya masih belum tahu di dunia ada LRT yang bisa naik tinggi atau tidak. Jadi perlu dikaji secara teknis LRT bisa atau tidak," kata Deddy kepada kumparan, Selasa (19/11).
Selain masalah ketinggian, kecilnya rel LRT menurutnya kurang cocok untuk kawasan Puncak. Sebab pegunungan memiliki tipikal tanah bergerak.
"LRT kan kereta perkotaan, bukan wisata, apalagi wisata pegunungan, terlalu risiko, risikonya lebih tinggi, tanahnya bergerak, labil misalnya, relnya kan kecil," ucapnya.
Deddy menilai, jika ingin membuat transportasi massal berbasis rel di Puncak, akan lebih tepat MRT atau KRL. Kedua moda transportasi itu dinilai cocok karena menggunakan rel kelas berat dan daya angkut lebih besar.
ADVERTISEMENT
"MRT atau KRL bisa mengangkut lebih banyak, dan itu kan heavy rail, kelas berat cocok untuk pegunungan. Pegunungan secara struktur, secara daya dukung tanah, mungkin lebih cocok untuk heavy rail," jelas Deddy.
Sebelumnya, Kepala BPTJ Bambang Prihartono mengatakan proyek LRT adalah salah satu solusi mengatasi kemacetan yang kerap terjadi di kawasan Puncak.
Menurut Bambang, pembangunan LRT ini merupakan rencana jangka panjang yang akan dilakukan pihaknya. Titik awal rute LRT akan dimulai dari Baranangsiang, Kota Bogor.
"Di situ (Baranangsiang) akan dibangun Transit Oriented Development (TOD) kan, nanti dari Baranangsiang lewatin Gadog kemudian ke arah Puncak," kata Bambang saat ditemui di Kantor Kemenko Maritim dan Investasi, Jakarta, Selasa (19/11).
Bambang mengatakan, selama ini belum ada transportasi massal yang melewati wilayah tersebut. Banyak pengunjung yang datang menggunakan kendaraan pribadi dan menyebabkan kemacetan.
ADVERTISEMENT