Wakapolda Banten: Penahanan Muhyani Penjaga Kandang Kambing Akan Ditangguhkan

13 Desember 2023 13:19 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Wakapolda Banten Brigjen M. Sabilul Alif. Dok: Polairud Banten
zoom-in-whitePerbesar
Wakapolda Banten Brigjen M. Sabilul Alif. Dok: Polairud Banten
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Berita penahanan Muhyani (58 tahun), penjaga kandang kambing yang tewaskan maling bergolok, menyita perhatian Wakapolda Banten Brigjen M. Sabilul Alif.
ADVERTISEMENT
Sabilul berkomentar langsung di postingan kumparan yang memuat berita tersebut.
"Terima kasih untuk semua masukannya. Dalam penanganannya kemarin, pihak Polresta Serang sudah minta saran ahli dalam penentuan tersangka, dan tidak dilakukan penahanan di tahap penyidikan," kata Sabilul.
"Hari ini saya sudah koordinasi dengan Pak Kajati Banten, yang semula (Muhyani) ditahan di tahap penuntutan, insyallah hari ini akan ditangguhkan," ujar Sabilul.
Menurut Sabilul, kepolisian dan kejaksaan akan kemudian mendiskusikan langkah penanganan hukum selanjutnya. "Dengan didasari azas kepastian, kemanfaatan, dan keadilan," kata Sabilul.

Muhyani Dibui

Muhyani, penjaga kandang kambing yang dibui karena menikam maling bergolok. Foto: Dok. Istimewa
Muhyani berstatus tersangka lantaran berduel dengan maling bergolok yang hendak mencuri kambing pada Februari 2023. Maling ini tewas kemudian.
Muhyani pun dijerat pasal penganiayaan hingga tewas dengan ancaman hukuman 7 tahun penjara (Pasal 351 ayat 3 KUHP).
ADVERTISEMENT
Istri Muhyani, Rosehah (49), tak kuasa membendung tangis lantaran menganggap suaminya tak bersalah meski membuat seorang meninggal dunia.
Rosehah (kiri) dan anaknya yang berusia 27 tahun. Dok: kumparan.
Menurut Rosehah, sang suami secara spontan karena merasa nyawanya terancam oleh si maling yang terpergok hendak mencuri kambing.
"Soalnya bapak (Muhyani) itu orangnya gak gimana-gimana, waktu itu juga tidak niat membunuh, cuma membela diri," ucap Rosehah sambil menangis, Selasa (12/12).

Muhyani Tulang Punggung Keluarga

Muhyani ditahan di Rutan Serang. Penahanan ini membuat Rosehah kebingungan menghidupi kebutuhan sehari-hari.
"Kalau (kami) mau makan juga harus cari dulu. Sedih, gimana nasib keluarga saya. Minta tolong dibebasin," ujar Rosehah.

Peristiwa Itu

Ketua RT setempat, Nuraen. Dok: kumparan
Ketua RT setempat, Nuraen, menerangkan peristiwa itu. Bermula saat Muhyani yang akan pergi ke sawah tidak sengaja memergoki maling sudah berada di dalam kandang kambing.
ADVERTISEMENT
"Itu jam 4 pagi. Pak Muhyani kaget karena ada orang masuk kandang, pas dicek, si malingnya ngeluarin golok dari pinggang, terus diduluin sama Pak Muhyani ditusuk pakai gunting buat memetik buah, intinya daripada diserang dulu jadi dia membela diri, nyerang duluan," ujar Nuraen.

Maling Kabur

Usai melakukan penusukan, disampaikan Nuraen, Muhyani berteriak minta tolong dan membuat maling itu pun kabur. Teriakan Muhyani membuat warga berdatangan ke lokasi kejadian.
"Itu maling berdua, cuma temannya enggak masuk (kandang)," kata Nuraen.
Para warga sempat mencari maling yang diketahui sudah mengalami luka di bagian dada itu, namun tak berhasil menemukannya hingga akhirnya seorang warga yang hendak pergi ke sawah menemukan sesosok mayat tergeletak dengan luka di bagian dada dengan sebilah golok di sampingnya.
ADVERTISEMENT

Ayah Maling Disebut Pasrah dengan Kelakuan Anak

Menurut Nuraen, ayah dari maling itu telah menyatakan ikhlas namun justru tiba-tiba membuat laporan di kepolisian.
"Dia (ayah maling) bilang pasrah karena kelakuan anaknya begitu," katanya.
Karena laporan itu, Muhyani dikenakan wajib lapor ke Polresta Serang Kota 3 bulan terakhir ini.
"Pak Muhyani kooperatif, datang terus, mau hujan, mau sedang tak enak badan, hadir terus. Tapi pas hari Kamis (7/12) ditahan, langsung dibawa ke Rutan Serang," kata Nuraen.

Keluarga Maling Minta Rp 50 Juta

Nuraen menduga, pihak keluarga maling dikarenakan tidak terpenuhinya uang santunan yang diminta kepada keluarga Muhyani yakni sebesar Rp 50 juta.
"Mereka sempat minta uang santunan, awalnya minta semampunya. Udah dibawain waktu itu Rp 1 juta, tapi ditolak. Terus mereka bilang kalau segini ya enggak sebanding sama nyawa, katanya kalau Rp 50 juta baru diterima," ujar Nuraen.
ADVERTISEMENT
"Padahal kan (peristiwa ini terjadi) gara-gara kelakuan anaknya. Terus orang tuanya bilang harusnya jangan dibunuh, disuruh dibacok aja kakinya. Tapi semisal saya, ya, enggak bisa milih kalau posisi kayak gitu, yang ada Pak Muhyani yang bisa terbunuh," ujar Nuraen.