Wakapolri Ajak Pj Kepala Daerah Terus Berantas Kelompok Radikal di Indonesia
ADVERTISEMENT
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
ADVERTISEMENT
Gatot menerangkan radikalisme dimulai dari intoleransi. Menurut dia sikap yang tidak bisa menerima perbedaan membuat hadir kelompok-kelompok agama yang menurut mereka benar. Hal ini bila dibiarkan dapat menciptakan radikalisme bahkan bisa membuat orang melakukan terorisme.
"Ini harus kita antisipasi. Tentunya tidak sendiri. Di Polda kita juga. Polri itu mempunyai di setiap daerah itu yang namanya Satgaswil Densus 88, juga ada direktorat krimum. Ada dinas yang tentunya berkoordinasi dengan Kesbanglinmas yang ada di provinsi, yang ada di kabupaten kota, untuk kita bisa meminimalisir isu-isu terkait dengan munculnya potensi potensi perlawanan dari intoleransi radikalisme dan terorisme ini" kata Gatot, Kamis (16/6).
Sejauh ini, kata Gatot, Polri melalui Densus 88 telah banyak menindak pelaku terorisme. Namun ia tidak menyebut jumlahnya.
ADVERTISEMENT
Gatot juga lebih menekankan untuk melakukan pencegahan terhadap aksi-aksi terorisme.
"Bisa bekerja sama dengan tokoh-tokoh agama, tokoh-tokoh masyarakat, tokoh-tokoh pemuda, dalam upaya untuk meminimalisir sikap-sikap intoleran, sikap-sikap yang memang mereka para radikalis ini melakukan tindakan kekerasan, ini yang memang harus kita antisipasi secara bersama-sama. Karena kelompok-kelompok ini tentunya ya sudah menyebar ke mana-mana," kata Gatot.
Sikap intoleransi hingga terorisme jika tidak dicegah bisa jadi ancaman bagi keamanan Indonesia. Apalagi bila sudah muncul kelompok-kelompok radikal yang tidak bisa menerima perbedaan.
"Yang kita pahami kita ini bangsa Indonesia, bangsa yang berbeda-beda berbeda-beda sukunya, agamanya rasnya, bahasanya, budaya dan daerah. Kalau perbedaan-perbedaan ini kita angkat terus ini akan menimbulkan konflik nantinya. Tapi kita terus menyampaikan tentunya mencari persamaan di antara perbedaan itu,"kata Gatot.
ADVERTISEMENT
Maka itu ia pun mengajak para penjabat kepala daerah untuk berkolaborasi dengan tokoh agama maupun tokoh masyarakat agar tidak timbul sikap-sikap intoleransi yang bisa lahirkan kelompok radikal.
"Kalau intoleransi terkait agama mari kita moderasi beragama, ini yang kita lakukan. Tentunya tidak bapak-bapak ibu yang melakukan ada kepala dinas, dan juga tidak sendirian, kita bersama-sama, kita berkolaborasi dengan tokoh agama dengan tokoh masyarakat mudah-mudahan dengan itu kita bisa meminimalisir ini," pungkas Gatot.