Walkot Blitar: Perampok Kekar, Bawa Parang dan Pakai Rompi

13 Desember 2022 18:06 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Wali Kota Blitar Santoso saat ditemui di rumah dinas menjelaskan kronologi kejadian perampokan. Foto: Dok. Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Wali Kota Blitar Santoso saat ditemui di rumah dinas menjelaskan kronologi kejadian perampokan. Foto: Dok. Istimewa
ADVERTISEMENT
Awal mula perampokan dan penyekapan Wali Kota Blitar, Santoso, dan istrinya di rumah dinas pada Senin (12/12) dini hari mulai terungkap.
ADVERTISEMENT
Pelaku diperkirakan berjumlah 5 orang, 3 di antaranya masuk rumah dan 2 lainnya menuggu di luar.
Santoso memberi kesaksian bahwa kawanan perampok itu masuk melalui pintu timur dengan cara menggedor rumah. Pintu rumah di sisi timur rumah dinas tersebut berada di dekat kamarnya. Sehingga, perampok dengan mudah langsung membuka kamar dan menyekap Santoso dan Feti.
“Pintu kamar yang sebelah timur, dekatnya kolam. Langsung menyergap saya dan istri saya. Kemudian saya disuruh tengkurap, mulut dilakban kemudian mata juga begitu ke lantai menghadap ke timur, tangan saya diborgol, diikat, istri saya enggak di bawah (tengkurap). Cuma istri saya berdiri menghadap ke utara,” ungkap Santoso kepada wartawan di rumah dinasnya, Jalan Supriyadi, Kota Blitar, Selasa (13/12).
ADVERTISEMENT
Politikus PDIP ini bercerita, saat perampok datang dia sedang tidur. Tiba-tiba ada suara gedoran pintu. Istri Santoso yang saat itu sedang salat Tahajud langsung membangunkan Santoso.
Suasana rumah dinas Wali Kota Blitar usai peristwa perampokan. Foto: Dok. Bramanta Pamungkas
Awalnya Santoso mengira gedoran pintu itu memberitahu kalau ada gempa. Ia mengaku masih dalam kondisi antara sadar dan tidak. Sebab, Santoso baru tidur pukul 01.00 WIB. Sedangkan, hanya berselang dua jam setelah ia tidur, kawanan perampok tersebut melancarkan aksinya.
“Wah, ini ada lindu atau gempa ini, pikiran saya. Ketika itu saya antara sadar dan tidak. Tiba-tiba pintu saya sudah dijebol. Ada 3 orang kalau tidak salah,” kata pria kelahiran Blitar, tahun 1961 ini.
Santoso dan Feti tak berkutik ketika tiga kawanan perampok itu menyergap tubuhnya. Santoso dijatuhkan ke lantai menghadap ke timur lalu dilakban pada bagian mulut, mata, dan tangan.
ADVERTISEMENT
Sedangkan Feti langsung dilakban dan tetap berdiri dengan menghadap ke utara.

Ciri-Ciri Pelaku

Ditanya tentang ciri-ciri pelaku, Santoso tidak mengetahui jelas. Lantaran, matanya juga dilakban oleh perampok. Hanya sekilas, kata Santoso, salah satu perampok itu membawa senjata tajam dengan jenis parang dan bertubuh kekar mengenakan rompi.
“Mata saya dilakban, ya, enggak tahu. Saya langsung disergap. Suruh tengkurap. Sekilas melihat. Kalau senjata api tidak, tapi salah satunya bawa parang 40 cm. Jadi ke istri saya. Ketika saya belum menunjukkan tempat almari itu (tempat uang), saya ditendang dipukul. Ya bagian kaki, tubuh itu. Ditendang pakai sepatu brok (sepatu boot). Postur tubuhnya kekar, pakai rompi,” pungkas Santoso.
Infografik perampokan di rumah dinas Wali Kota Blitar. Foto: kumparan