Wamenlu RI: Pernyataan Menteri Inggris soal Perjanjian Hutan COP26 Menyesatkan

4 November 2021 15:39 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pertemuan Wamenlu RI Mahendra Siregar dan Wamenlu AS Wendy Sherman di Kementerian Luar Negeri, Jakarta, Senin (31/5).  Foto: Kemenlu RI
zoom-in-whitePerbesar
Pertemuan Wamenlu RI Mahendra Siregar dan Wamenlu AS Wendy Sherman di Kementerian Luar Negeri, Jakarta, Senin (31/5). Foto: Kemenlu RI
ADVERTISEMENT
Wakil Menteri Luar Negeri RI, Mahendra Siregar, mengatakan pernyataan soal Perjanjian Hutan COP26 oleh Menteri Lingkungan Hidup Inggris Zac Goldsmith menyesatkan.
ADVERTISEMENT
Hal itu disampaikan oleh Mahendra lewat keterangan tertulis pada Kamis (4/11). Zac Goldsmith merilis pernyataan lewat twitter.
“Pernyataan Menteri Iklim dan Lingkungan Internasional Inggris, Zac Goldsmith, tentang zero deforestation dan COP26 Forest Agreement menyesatkan,” ujar Mahendra.
Pada Selasa (2/11), berlangsung sebuah acara bertajuk The COP26 World Leaders Summit ‘Action on Forests and Land Use’ di Glasgow, Skotlandia. Pada acara yang berlangsung sekitar 3,5 jam itu, tercipta sejumlah komitmen dalam pengelolaan hutan dan lahan.
Dikutip dari Policy Paper dalam situs resmi Pemerintahan Inggris, sejumlah komitmen itu antara lain mobilisasi pendanaan, perubahan dalam sistem pendanaan, dan perdagangan komoditas pertanian.
Menteri Iklim dan Lingkungan Internasional Inggris, Zac Goldsmith. Foto: Paul ELLIS/AFP/POOL
Goldsmith, di hari yang sama, mengunggah sebuah gambar yang berisi komitmen-komitmen negara dunia soal kehutanan. Sejumlah poin dalam unggahan Goldsmith sama dengan yang tertera di Policy Paper. Di bagian atas unggahan, tertulis “COP26 Forest Agreement” (Perjanjian COP26 soal Hutan).
ADVERTISEMENT
Namun, di dalam Policy Paper pemerintahan Inggris, tidak ada pernyataan “Agreement” (Perjanjian). Hal ini senada dengan pernyataan Mahendra.
“Karena COP26 sedang berjalan, sehingga tentu saja belum ada Agreement apa pun yang dihasilkan pada Selasa, 2 November, lalu,” kata dia.
“Sedangkan pertemuan yang dilakukan 2 November di Glasgow adalah World Leaders Meeting on Forest and Land Use yang menghasilkan deklarasi,” lanjutnya.
Deklarasi yang dimaksud adalah Glasgow Leaders’ Declaration on Forest and Land Use. Deklarasi ini telah ditandatangani oleh lebih dari 100 pemimpin negara, mulai dari Albania, Amerika Serikat, Indonesia, hingga Zimbabwe.
Mahendra juga menyorot, di dalam deklarasi tersebut, tidak ada terminologi ‘End deforestation by 2030.’ Sedangkan dalam unggahan di Twitter, Goldsmith menggunakan istilah tersebut.
Presiden Joko Widodo menjadi pembicara pada World Leaders' Summit on Forest and Land Use di Glasgow, Skotlandia, Selasa (2/11). Foto: Lukas/Biro Pers Sekretariat Presiden

Mahendra Meminta Masyarakat Mawas Diri

Dalam pernyataannya, Mahendra mengingatkan warga untuk tidak lengah, tidak terpengaruh, dan selalu mawas diri. Ia meminta masyarakat untuk fokus pada perkembangan pemeliharaan hutan di Indonesia.
ADVERTISEMENT
“Terus fokus dalam pengelolaan hutan, seperti penegasan Presiden Jokowi dalam pidato pembukaan COP26 maupun di Leaders' Meeting tanggal 2 November itu. Apalagi yang diungkapkan Presiden Jokowi tentang upaya dan pengelolaan hutan kita diapresiasi banyak negara karena memberikan hasil konkret,” ungkap Mahendra.
Dalam pidatonya, baik pada KTT COP26 maupun pada World Leaders’ Summit, Presiden Jokowi mengungkapkan sejumlah pencapaian dalam pengelolaan hutan Indonesia.
Contohnya adalah penurunan deforestasi yang signifikan, tingkat kebakaran hutan yang diminimalisir hingga 82%, serta upaya rehabilitasi hutan mangrove seluas 600 ribu hektare hingga 2024.
“Indonesia telah mencapai kemajuan terbesar dalam hal pencegahan karhutla dan deforestasi. Jadi ada fakta yang kontras. Kita berhasil mengelola hutan, sementara di belahan lain termasuk negara-negara maju seperti AS, Australia, dan Eropa dilanda karhutla yang terbesar selama ini,” tutup Mahendra.
ADVERTISEMENT