Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Sebagian orang di lingkup CT Corp yakin bos mereka tak berminat terjun ke dunia politik setelah preseden buruk empat tahun lalu. Saat itu, Mei-Oktober 2014, korporasi didera kerugian cukup besar karena CT melepas urusan operasional perusahaan guna mengemban jabatan sebagai Menteri Koordinator Perekonomian.
Ia, pada akhir era kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono tersebut, menggantikan Hatta Rajasa yang mundur dari kabinet untuk maju ke pertarungan Pemilu Presiden 2014 mendampingi Prabowo Subianto.
CT hanya enam bulan menjadi menteri. Namun dalam waktu setengah tahun itu saja--meminjam istilah salah satu manajemen perusahaannya, korporasi nyaris tenggelam seperti kapal Titanic.
“Saat di pemerintahan, dia (CT) tinggalkan bisnisnya. Kacau itu,” kata Sofjan Wanandi, Ketua Dewan Pertimbangan Asosiasi Pengusaha Indonesia, kepada kumparan, Kamis (7/6). Sofjan dan Chairul Tanjung sama-sama duduk di Dewan Pertimbangan Apindo.
ADVERTISEMENT
Barulah usai CT tak lagi menjabat menteri, kerugian perusahaan selama enam bulan ia balik menjadi keuntungan dalam jangka waktu satu tahun.
CT, seperti kata pendiri Kompas Gramedia Jakob Oetama dalam pengantar biografi Chairul Tanjung Si Anak Singkong, bisa jadi memang memiliki sentuhan emas Raja Midas.
Oleh karena itu, sejumlah orang di perusahaannya dilanda cemas, menerka-nerka bagaimana jadinya andai CT benar-benar menjadi wakil presiden. Namun, beberapa lainnya tak terlampau khawatir, sebab merasa CT Corp telah lebih kuat kini ketimbang di 2014 saat ditinggal CT menjadi Menko.
Menggenggam posisi Chairman CT Corp di urutan ke-4 orang terkaya di Indonesia dengan kekayaan bersih US$ 3,8 miliar, membuat Chairul Tanjung harus hati-hati.
ADVERTISEMENT
Sebisa mungkin, bagi lelaki yang di masa kecilnya dijuluki ‘Anak Singkong’ karena berasal dari keluarga miskin itu, politik tak boleh sampai mengganggu bisnis yang telah ia rintis, kelola, dan kembangkan dengan berpeluh selama berpuluh tahun.
Oleh sebab itu CT langsung mewanti-wanti para anggota direksi perusahaannya untuk tak berkomentar apa pun soal kemunculan nama dia sebagai kandidat cawapres.
Bila pun benar-benar diusulkan resmi sebagai cawapres Jokowi, ia ingin semua terjadi secara alami, bukan karena skenario.
Chairul Tanjung bukannya awam dengan politik. Sebaliknya, ia punya hubungan baik dengan para petinggi partai politik.
Lihat saja acara buka puasa bersama di kediamannya, Jl. Teuku Umar, Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (2/6). Tokoh-tokoh penting datang sebagai tamu. Mulai Ketua Umum Demokrat dan presiden kelima RI, SBY; presiden ketiga RI, BJ Habibie; Wakil Presiden Jusuf Kalla; Kepala Staf Kepresidenan yang juga mantan Panglima TNI, Moeldoko.
ADVERTISEMENT
Ada pula politikus senior Golkar Akbar Tanjung, Ketua Umum PPP Romahurmuziy, mantan mendikbud M Nuh, mantan Panglima TNI Gatot Nurmantyo, dan lain-lain.
Sementara Ketua Umum PDIP dan presiden keempat RI Megawati Soekarnoputri yang berhalangan datang, menebus ketidakhadirannya dengan mengirim ragam bubur dan jajanan tradisional ke rumah CT yang bertetangga dengan dia. Antaran Mega itu disambut CT dengan senyum semringah.
Selang dua hari setelah acara buka puasa bersama di rumah CT tersebut, sekelompok relawan mendeklarasikan dukungan untuk Jokowi-CT. Mereka yakin CT paling pas buat Jokowi. Pria berdarah Sibolga-Sunda kelahiran 1962 itu dianggap mampu menjadi simpul pengikat antarkelompok.
Ramadhan adalah momen. Buka puasa bersama jadi ajang silaturahmi dan temu kangen. Sebelum acara bukber di Kadin dan kediamannya, CT sudah lebih dulu menghadiri buka bersama para menteri Kabinet Indonesia Bersatu di kediaman SBY, Mega Kuningan, Jakarta Selatan, Rabu (30/5).
ADVERTISEMENT
Sementara SBY menyampaikan refleksi Ramadhan di mimbar, CT yang hadir selaku Menko Perekonomian KIB, duduk diapit Hatta Rajasa dan Boediono. Mereka satu meja dengan Agus Harimurti Yudhoyono.
Kedekatan personal SBY dan CT bukan hal baru. “Hubungan mereka memang dekat. Chemistry-nya cocok,” kata Wakil Ketua Umum Demokrat Syarif Hasan, Jumat (8/6).
Tapi, akrab dengan SBY tak membuat Chairul Tanjung kaku terlalu lama ketika pemerintahan berganti ke Jokowi. Segala tindak tanduknya menunjukkan, ia di luar perselisihan klise Megawati dan SBY.
Setelah Jokowi-JK diumumkan sebagai pemenang Pilpres 2014 pada Juli tahun itu, CT bertamu ke rumah Megawati bersama istri dan anaknya. Pertemuan singkat yang berlangsung 15 menit itu juga dihadiri Jokowi dan JK.
ADVERTISEMENT
Selanjutnya, CT kembali tenggelam dalam kesibukan bisnis. Ia tak bersinggungan dengan dunia politik, pun menolak ketika Poros Cikeas (Demokrat, PKB, PAN, PPP) berniat mengusungnya sebagai calon gubernur DKI Jakarta 2017.
Namun, CT tak abai dengan politik. Ia berupaya mengakrabkan diri pada Jokowi. Semisal, dengan selalu hadir di resepsi pernikahan putra-putri Jokowi--si sulung Gibran Rakabuming Raka dan adiknya, Kahiyang Ayu.
CT bahkan meluangkan waktu untuk dua kali menghadiri resepsi perkawinan Kahiyang--di Solo dan Medan.
Saat meresmikan Transmart di Sukoharjo, Jawa Tengah, Desember 2017, CT pun tampak mengobrol santai sambil bersantap martabak manis Markobar bersama Gibran. Rupanya, kedai Markobar milik Gibran menyewa tempat di dekat pintu masuk Transmart.
“CT mampu jadi wakil presiden. Saat menjadi Menko Perekonomian pun, dia bertugas dengan baik sekali. Latar belakang sebagai pengusaha membuatnya mampu mengatur manajemen pemerintahan dengan baik. Dia sudah buktikan itu,” kata Sofjan Wanandi.
ADVERTISEMENT
Chairul Tanjung, menurut M. Qodari dari lembaga riset independen Indo Barometer, telah diperhitungkan sebagai calon wakil presiden potensial sejak lama, mulai 2014 bahkan 2009.
“Wakil Jokowi harus bisa menutupi kelemahannya di isu ekonomi dan Islam. Pengusaha yang dekat dengan dunia politik itu Chairul Tanjung. Dia juga bisa dibilang dekat dengan kelompok Islam,” kata Qodari.
Didik J Rachbini, peneliti The Institute for Development of Economics and Finance, membeberkan enam keunggulan CT yang secara keseluruhan berpusar pada soal ekonomi dan keislaman.
Pertama, piawai dalam dunia bisnis. Kedua, memiliki rekam jejak positif saat menjabat sebagai Menko Perekonomian selama periode pendek enam bulan di akhir masa pemerintahan SBY.
Ketiga, punya catatan bagus ketika menjadi Komite Ekonomi Nasional Nasional pada periode kedua SBY.
ADVERTISEMENT
Keempat, diterima di kalangan partai politik. Bahkan, ujar Didik, “Dalam Pilkada DKI Jakarta 2017, CT dipercaya partai-partai untuk menjadi calon, tetapi belum bersedia.”
Kelima, CT merupakan figur religius dari keluarga nasionalis. Ayahnya, Abdul Ghafar Tanjung, ialah tokoh Partai Nasional Indonesia yang didirikan oleh Sukarno dan dr. Cipto Mangunkusomo.
Hal itu, menurut Didik, membuat CT “dapat menyatukan dua kelompok besar di Indonesia, yakni kalangan nasionalis dan Islam, sehingga dikotomi keduanya yang belakangan mengeras akan melembut.”
Keenam, “CT secara sosiologis diterima oleh dua kelompok besar Islam, NU dan Muhammadiyah.”
ADVERTISEMENT
Maka, tegas Didik, “CT adalah salah satu yang diharapkan menjadi calon wakil presiden yang tepat waktu dan tepat keahlian.”
Suara-suara untuk menyodorkan nama CT menjadi cawapres Jokowi terus berdengung, dan itu membuat dia gelisah. Di balik kemudi kapal kerajaan bisnisnya, CT mencermati gelombang politik yang tak pasti.
“Saya enggak mau diwawancara,” ujarnya pendek usai buka puasa bersama Kamar Dagang dan Industri Indonesia di Raffles Jakarta, pada hari yang sama dengan deklarasi dukungan Jokowi-CT, Senin (4/6).
“Chairul Tanjung sangat mengamati kondisi ekonomi dan politik,” ujar politikus Demokrat Andi Mallarangeng kepada kumparan.
Ucapan Andi itu berdasarkan penglihatannya ketika berlangsung diskusi kecil soal situasi bangsa menjelang 2019 di antara SBY, CT, Syarif Hasan, mantan Menteri Keuangan Chatib Basri, dan Andi sendiri usai buka puasa bersama di kediaman SBY, Mega Kuningan.
ADVERTISEMENT
Memang, sudah dari dulu CT menaruh perhatian pada ragam persoalan, terutama di sektor ekonomi. Ia, misalnya, beranggapan Indonesia bisa--dan harus--lebih maju lagi 10 tahun ke depan.
Meski begitu, melangkahkan kaki ke dunia politik adalah perkara lain yang terhitung pelik bagi CT. Pertama, ibunya tak senang dia berkecimpung di jagat politik mengingat pengalaman buruk sang suami alias ayah CT, tokoh PNI AG Tanjung, yang korannya--Suluh Indonesia--diberedel rezim Orde Baru hingga rumahnya disita.
“Apa pun, termasuk urusan pilpres ini, kalau enggak ada restu dari ibunya, enggak mungkin (CT maju),” kata Tjahja Gunawan Diredja, penulis Chairul Tanjung Si Anak Singkong, saat berbincang dengan kumparan di Masjid Agung Sunda Kepala, Menteng, Jakarta Pusat.
ADVERTISEMENT
Kedua, CT tokoh nonparpol yang belum mengantongi dukungan partai politik. Demokrat yang diam-diam disebut berada di belakang CT demi merapat ke Jokowi dan memperbaiki hubungan buruk SBY dengan Megawati, menampik memberi restu untuk CT.
Syarif Hasan menyatakan, SBY dan Demokrat tidak mengajukan CT sebagai cawapres Jokowi. Nama Chairul Tanjung, meski dekat dengan SBY, tak masuk pembahasan internal partai soal capres-cawapres, sebab prioritas Demokrat tetap AHY.
Sementara itu, partai-partai pendukung Jokowi ramai-ramai menolak CT sebagai cawapres. Mereka sudah punya calon masing-masing untuk Jokowi. PKB dan Golkar sama-sama mengajukan ketua umum mereka, Muhaimin Iskandar dan Airlangga Hartanto.
Kondisi kian sulit karena negosiasi antarelite politik berjalan alot. Pada titik ini, menurut Ketua Umum PPP Romahurmuziy, Jokowi bisa jadi malah mengambil figur nonpartai. Di situlah nama CT berpeluang menyalip semua nama yang lebih dulu diajukan ke Jokowi.
ADVERTISEMENT
Tapi masalahnya, yang ketiga, restu Jokowi belum tentu restu PDIP dan Megawati juga.
“PDIP kayaknya enggak mungkin bawa CT. Dan masa Demokrat yang enggak usung Jokowi mau ngajuin CT?” ujar politikus PDIP Eva Kusuma Sundari kepada kumparan, Rabu (6/6), menanggapi spekulasi bahwa CT disodorkan guna membangun jembatan dari Demokrat ke PDIP.
Sejauh ini, Megawati disebut ingin melihat JK kembali mendampingi Jokowi. Sebab, JK yang telah sepuh dinilai ‘aman’ alias tak memiliki ambisi politik lima tahun ke depan.
Dengan begitu, ia dan Jokowi akan sama-sama menyelesaikan jabatan pada 2024, lalu memberi kesempatan bagi munculnya calon-calon lain pemimpin masa depan, termasuk tunas baru PDIP.
Tak berkomentar bukan berarti diam. CT terus mencermati ombak dan riak politik, juga menjaga dan membuka komunikasi dengan sejumlah pihak.
ADVERTISEMENT
Maju mendampingi Jokowi atau tidak, ia memasang kuda-kuda.
------------------------
Ikuti terus laporan mendalam Wapres Anak Singkong di Liputan Khusus kumparan.