Warga China Mulai Berdaptasi Hidup dengan COVID-19 meski Kasus Infeksi Melonjak

26 Desember 2022 15:15 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Orang-orang piknik di taman, di tengah wabah COVID-19, di Beijing, China. Foto: Tingshu Wang/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Orang-orang piknik di taman, di tengah wabah COVID-19, di Beijing, China. Foto: Tingshu Wang/REUTERS
ADVERTISEMENT
Penduduk di kota-kota besar China, seperti di Beijing dan Shanghai, tampak mulai beraktivitas seperti biasa dan memadati stasiun kereta bawah tanah pada Senin (26/12).
ADVERTISEMENT
Pemandangan ini terlihat usai pemerintah mulai memperlonggar kebijakan COVID-19 yang mengarah kepada endemi.
Tidak hanya kereta bawah tanah, arteri lalu lintas utama di Beijing dan Shanghai juga dipenuhi oleh mobil yang bergerak lambat menunjukkan bahwa masyarakat — dengan tetap memakai masker— mulai kembali bekerja.
Sehari sebelumnya, bazar Natal tahunan 'The Bund' yang berlokasi di Shanghai juga dipadati oleh kerumunan masyarakat. Kondisi serupa juga ditemukan di Disneyland Shanghai dan Universal Studios Beijing.
Reuters mengutip media lokal The 21st Century Business Herald melaporkan bahwa jumlah perjalanan ke tempat-tempat di Guangzhou pada akhir pekan ini meningkat 132 persen dibandingkan pekan sebelumnya.
China menjadi negara besar terbaru yang mengarahkan COVID-19 sebagai endemi dengan memperlonggar kebijakan. Sebelumnya, China memberlakukan aturan ketat nol-COVID yang berdampak memperlambat pertumbuhan ekonomi, mengganggu rantai pasokan, dan perdagangan global. Kebijakan ketat ini juga memicu protes masyarakat.
Orang-orang yang memakai masker mengantre di luar apotek untuk membeli obat di sebuah apotek di Beijing, China, Selasa (6/12/2022). Foto: Alessandro Diviggiano/REUTERS
Namun, Reuters menyebut, para analis memprediksi perekonomian China akan tetap memburuk dalam jangka pendek karena lonjakan kasus COVID-19 masih sangat tinggi.
ADVERTISEMENT
Pemerintah Provinsi Zhejiang yang dikenal sebagai salah satu pusat industri dengan populasi 65,4 juta jiwa melaporkan, pihaknya tengah berjuang melawan kasus infeksi baru harian yang kini melampaui angka satu juta.
Selain itu, otoritas kesehatan di Provinsi Jiangxi juga memprediksi bahwa infeksi COVID-19 di wilayah tersebut akan mencapai puncaknya pada awal Januari 2023.
Lonjakan ini diprediksi akan kembali terjadi menjelang perayaan Tahun Baru Imlek. Sekitar 80 persen dari total 45 juta jiwa penduduk provinsi tersebut memiliki risiko tinggi untuk terinfeksi. Sebanyak 530.000 penduduk diprediksi terinfeksi COVID-19 di Kota Qingdao, Provinsi Shandong, setiap harinya.
Demonstran memegang plakat selama protes terhadap pembatasan COVID-19 China, di Berlin, Jerman, Sabtu (3/12/2022). Foto: Christian Mang/REUTERS

Persempit Definisi Kematian

Walaupun terdapat lonjakan kasus infeksi COVID-19, namun China tidak melaporkan adanya kematian selama enam hari terakhir. Hal ini dikarenakan pemerintah mulai mempersempit definisi dan perhitungan kasus kematian akibat COVID-19.
ADVERTISEMENT
Artinya, hanya mereka yang meninggal akibat gagal napas — bukan akibat keluhan yang sudah ada sebelumnya namun diperburuk oleh virus — yang dihitung.
Pemerintah daerah pun berupaya untuk meningkatkan berbagai fasilitas kesehatan menyusul pencabutan kebijakan nol-COVID ini. Misalnya, Beijing kini memiliki hampir 1.300 klinik, semula hanya berjumlah 94.
Penulis: Thalitha Yuristiana.