WHO Akan Evakuasi 1000 Perempuan dan Anak Gaza yang Butuh Bantuan Medis

21 Oktober 2024 16:53 WIB
·
waktu baca 1 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Seorang anak mendorong kursi roda membawa barang-barang ketika warga Palestina meninggalkan Rafah akibat operasi militer Israel di Rafah, Jalu Gaza, Kamis (13/6/2024). Foto: Hatem Khaled/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Seorang anak mendorong kursi roda membawa barang-barang ketika warga Palestina meninggalkan Rafah akibat operasi militer Israel di Rafah, Jalu Gaza, Kamis (13/6/2024). Foto: Hatem Khaled/REUTERS
ADVERTISEMENT
Setidaknya 1.000 perempuan dan anak di yang membutuhkan bantuan medis akan dievakuasi dari Gaza ke Eropa. Laporan itu disampaikan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Senin (21/10).
ADVERTISEMENT
"Israel berkomitmen untuk melakukan evakuasi 1.000 orang dengan alasan medis pada bulan depan ke Uni Eropa," kata kepala WHO cabang Eropa, Hans Kluge seperti dikutip dari AFP.
Dia mengatakan, evakuasi difasilitasi oleh WHO dan sejumlah negara Eropa. Belum diungkap ke negara Eropa mana saja para warga Gaza akan dirawat.
Seorang wanita Palestina bereaksi di dekat kerusakan akibat serangan Israel di sebuah tenda pengungsian di daerah Al-Mawasi, Khan Younis di Jalur Gaza selatan, Sabtu (13/7/2024). Foto: Mohammed Salem/Reuters
Pada Kamis pekan lalu, penyelidik PBB menyebut Israel sengaja menargetkan fasilitas kesehatan di Gaza. Israel menyerbu Gaza tanpa pandang bulu sejak setahun kemarin.
Serangan itu, kata PBB, membuat sejumlah anggota medis terluka dan tewas. PBB kemudian menuduh Israel melakukan kejahatan terhadap kemanusiaan.
Adapun perwakilan WHO di Palestina, Rik Peepekorn, mengungkap ada 10 ribu warga Gaza memerlukan penanganan medis serius.
Sedangkan dari laporan yang diterima Kluge, sebelum rencana mengirim 1000 orang, baru 600 orang warga Gaza sudah dievakuasi ke Eropa demi mendapatkan perawatan. Mereka dibawa ke tujuh negara di Eropa.
ADVERTISEMENT
"Ini tidak akan bisa terwujud bila kami tidak menjaga dialog. Hal serupa berlaku untuk Ukraina. Saya menjaga dialog terbuka untuk semua mitra," kata Kluge.