Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.96.0
WHO: Anak-anak hingga Remaja Belum Butuh Booster Vaksin COVID-19
19 Januari 2022 0:28 WIB
ยท
waktu baca 2 menit![Kepala Ilmuwan WHO Soumya Swaminathan. Foto: REUTERS/Stringer](https://blue.kumparan.com/image/upload/fl_progressive,fl_lossy,c_fill,q_auto:best,w_640/v1626112849/z1dlrbmubv84ym1psw6c.jpg)
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Hampir seluruh negara di dunia termasuk Indonesia, kini mulai memberikan booster kepada masyarakat. Terlebih setelah muncul varian Omicron yang disebut kebal terhadap vaksin.
Kepala Ilmuwan WHO, Soumya Swaminathan, mengatakan memang penurunan kekebalan vaksin dari waktu ke waktu terhadap varian Omicron. Meski begitu, masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk memastikan siapa yang membutuhkan dosis booster.
"Tidak ada bukti saat ini bahwa anak-anak yang sehat atau remaja membutuhkan booster. Tidak ada bukti sama sekali," kata Swaminathan dikutip dari Reuters, Rabu (19/1).
Israel sebelumnya mulai menawarkan booster kepada anak-anak berusia 12 tahun. Begitu juga dengan Amerika Serikat setelah dan Badan Pengawas Obat dan Makanan AS atau FDA pada awal bulan ini mengizinkan penggunaan dosis ketiga vaksin Pfizer untuk anak-anak berusia 12 hingga 15 tahun.
ADVERTISEMENT
Selain Israel dan AS, pad pekan lalu Jerman menjadi negara terbaru yang merekomendasikan agar semua anak berusia 12 dan 17 tahun menerima suntikan booster COVID-19. Hongaria juga telah melakukannya.
Swaminathan mengatakan, karena semakin banyak negara memberikan booster kepada anak dan remaja, WHO akan menggelar rapat untuk membahas mengenai teknis pemberian booster ini.
Namun sejauh ini, WHO masih memegang prinsip hanya mereka yang masuk kategori rentan dan lansia yang sebaiknya diberikan suntikan booster.
"Tujuannya adalah untuk melindungi yang paling rentan, untuk melindungi mereka yang berisiko tinggi terkena penyakit parah dan sekarat," kata Swaminathan.
"Mereka yang lanjut usia, orang-orang dengan gangguan kekebalan dengan kondisi rawan, juga petugas kesehatan," tutup dia.