Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mendesak Pemerintah Tanzania untuk terbuka terkait penanganan COVID-19. Sebab beberapa kali negara itu mengabaikan permintaan dari WHO.
ADVERTISEMENT
Tanzania sendiri selama berbulan-bulan mengeklaim bebas COVID-19. Pemerintah setempat menolak lockdown atau tindakan pencegahan lain dan berharap hanya pada doa.
Tetapi klaim pemerintah Tanzania mulai dipertanyakan. Sebab, enam orang pejabat tinggi daerah otonomi khusus Zanzibar meninggal akibat pneumonia yang diduga dipicu COVID-19.
"Tanzania harus mengambil tindakan tegas untuk melindungi rakyat mereka sendiri dan melindungi populasi di negara-negara ini dan sekitarnya," kata Tedros dikutip dari Reuters, Senin (22/2).
Selain itu Tedros sudah menghubungi Kepala WHO di region Afrika, Matshidiso Moeti, pada akhir Januari lalu. Ia meminta Tanzania meningkatkan penanganan COVID-19 dan bersiap untuk mendistribusikan vaksin.
“Situasi ini tetap memprihatinkan. Saya memperbarui seruan saya kepada Tanzania untuk mulai melaporkan kasus COVID-19 dan membagikan data," kata Tedros.
ADVERTISEMENT
Sejauh ini, Tanzania baru melaporkan sebanyak 509 kasus COVID-19 di mana 21 di antaranya meninggal dunia. Tetapi data itu berdasarkan update Mei 2020 dan sampai sekarang tidak ada perkembangan.
Sebelumya, Presiden Jon Magufuli sudah menyatakan dirinya ingin masyarakat Tanzania mengikuti langkah-langkah untuk melindungi diri mereka dari virus corona. Tetapi tidak dengan opsi lockdown.
"Magufuli ingin rakyat Tanzania mempercayai dan mengutamakan Tuhan, mengingat penggunaan masker, jarak sosial. Penguncian dianggap tidak memadai karena negara yang menerapkannya telah kehilangan ribuan (nyawa) dibandingkan dengan Tanzania," kata pernyataan kantor Magufuli.
***
Saksikan video menarik di bawah ini: