Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Pandemi virus corona benar-benar meluluhlantakkan sendi-sendi kehidupan di banyak negara. Roda kehidupan pun seperti berhenti berputar seiring penyebaran yang begitu masif.
ADVERTISEMENT
Banyak prediksi kapan virus asal Wuhan ini berakhir. Salah satunya Michael Levitt, ahli biofisika dari Stanford University sekaligus peraih anugerah Nobel Prize di bidang kimia, yang memprediksi wabah virus corona bakal segera berakhir dalam waktu dekat.
Meski demikian, WHO punya argumentasi lain. Mereka menilai penyakit COVID-19 ini masih jauh dari kata berakhir, khususnya di Asia-Pasifik.
Direktur Regional WHO untuk Pasifik Barat, Takeshi Kasai, mengatakan langkah-langkah yang diambil berbagai negara dalam memerangi virus corona hanya akan mengulur waktu, bukan menghentikan penyebarannya.
“Bahkan dengan semua tindakan, risiko penularan di suatu kawasan tidak akan hilang selama pandemi berlanjut. Persiapan untuk tes dalam skala besar harus menjangkau semua orang,” ujar Kasai dikutip Reuters, Senin (31/3).
ADVERTISEMENT
Dia juga memperingatkan kepada negara-negara yang cenderung memiliki pengurangan kasus untuk tak lengah.
“Karena virus corona mungkin akan datang kembali,” tandasnya.
Di Asia, Iran masih menjadi negara tertinggi yang memiliki jumlah pasien positif corona dengan 41.495 orang, 2.757 tewas, dan 13.911 sembuh.
Sementara, Korea Selatan menempati peringkat kedua tertinggi dengan 9.786 pasien positif corona, 162 tewas, dan 5.408 orang pulih.
Hingga Selasa (31/3), Indonesia memiliki 1.414 orang positif corona dengan 122 meninggal dunia, dan 75 sembuh. Sedangkan, Timor Leste menjadi negara dengan positif corona terendah dengan hanya satu orang.