WHO Nyatakan Vaksin Pfizer dan Moderna Aman untuk Komorbid

3 Agustus 2021 12:02 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi vaksin corona Pfizer.
 Foto: Dado Ruvic/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi vaksin corona Pfizer. Foto: Dado Ruvic/REUTERS
ADVERTISEMENT
Menyusul Sinovac, kini semakin banyak merek vaksin COVID-19 yang mulai berdatangan ke Indonesia. Termasuk vaksin dengan efikasi tinggi seperti Moderna (94%), akan datang kemudian Pfizer (95%) akhir Agustus 2021.
ADVERTISEMENT
Vaksin Pfizer diharapkan bisa tiba pada Agustus ini untuk dipakai dalam program vaksinasi nasional. Sementara itu, sekitar 4 juta dosis vaksin Moderna sebagian tengah diberikan kepada tenaga kesehatan untuk dosis ketiga (booster), dan nantinya juga akan diberikan kepada masyarakat untuk vaksinasi nasional dua dosis pertama.
Baik Pfizer dan Moderna memiliki basis yang sama, yakni menggunakan messenger RNA atau mRNA, vaksin jenis baru untuk melindungi diri dari penyakit menular. Tetapi mengingat kedua vaksin menggunakan metode baru, mungkin sebagian warga masih ragu terhadap keamanan Pfizer dan Moderna.
Apalagi bagi pemilik penyakit penyerta (komorbid) seperti jantung, hipertensi, hingga diabetes.
Namun, tak perlu khawatir. Selain memiliki efikasi tinggi, Pfizer dan Moderna disebut aman tak terkecuali bagi komorbid. Berikut penjelasannya dirangkum kumparan, Selasa (3/8):
ADVERTISEMENT
Vaksin Pfizer
Vaksin Pfizer dipastikan aman dan efektif pada orang dengan berbagai kondisi yang berhubungan dengan peningkatan risiko penyakit parah atau komorbid.
“Ini termasuk hipertensi, diabetes, asma, penyakit paru-paru, hati atau ginjal, serta infeksi kronis yang stabil dan terkontrol,” kata WHO di situs resminya.
Vaksin Pfizer dan Moderna. Foto: Dado Ruvic/REUTERS
Vaksin Pfizer juga aman bagi penyintas COVID-19. Namun mengingat persediaan vaksin yang terbatas, penyintas COVID-19 sebaiknya baru divaksin corona setelah 6 bulan sejak terpapar SARS-CoV-2.
Selain itu, WHO juga memastikan vaksin Pfizer aman dan efektif bagi ibu menyusui. Menurut WHO, efikasi dan keamanan Pfizer bagi ibu menyusui akan sama seperti pada orang dewasa lainnya.
Kendati demikian, orang yang memiliki penyakit gangguan imun masih harus berhati-hati sebelum memutuskan divaksin menggunakan Pfizer. Rekomendasi sementara WHO, orang-orang dengan gangguan imun yang disarankan melakukan konsultasi ke dokter sebelum divaksin.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, ada sedikit data bahwa vaksin Pfizer aman bagi penderita HIV yang terkontrol. Tetapi, orang yang memiliki HIV tetap disarankan untuk berkonsultasi dulu sebelum divaksin.
Vaksin Moderna
WHO juga merekomendasikan penggunaan vaksin Moderna pada penderita komorbid. Keamanan tersebut terhadap orang yang memiliki penyakit penyerta sudah terbukti dari uji klinis fase 3.
“Komorbiditas yang dipelajari dalam uji klinis fase 3 termasuk penyakit paru-paru kronis, penyakit jantung yang signifikan, obesitas berat, diabetes, penyakit hati dan infeksi human immunodeficiency virus (HIV). Vaksinasi [dengan Moderna] direkomendasikan untuk orang dengan penyakit penyerta yang telah diketahui meningkatkan risiko keparahan COVID-19,” jelas WHO.
Vaksin Moderna juga aman bagi penyintas COVID-19. Namun penyintas COVID-19 pun disarankan divaksinasi pakai Moderna setelah 6 bulan sejak terpapar SARS-CoV-2 karena keterbatasan suplai vaksin di dunia.
ADVERTISEMENT
WHO juga memastikan vaksin Moderna aman dan efektif bagi ibu menyusui. Efikasi dan keamanan vaksin bagi ibu menyusui akan sama seperti pada orang dewasa lainnya.
Sama halnya dengan Pfizer, WHO juga menyarankan penggunaan vaksin Moderna pada penderita gangguan imun yang memungkinkan. Jadi, orang yang memiliki penyakit gangguan imun harus berkonsultasi dulu ke dokter sebelum divaksin. Saran ini juga berlaku bagi penderita HIV.
Di sisi lain, keamanan vaksin Moderna bagi pemilik komorbid telah dipastikan pula oleh BPOM. Mulai dari penderita penyakit paru-paru kronis sampai HIV.
"Vaksin ini beri keamanan dan efikasi yang sama dengan kelompok dengan komorbid. Jadi bisa diberikan pada populasi dengan komorbid. Berdasarkan hasil uji klinik fase III yaitu individu dengan penyakit paru kronis, jantung, obesitas, diabetes, liver hati, dan HIV," jelas Kepala BPOM Penny K. Lukito, dalam konferensi pers terkait penerbitan EUA Moderna, Jumat (2/7/2021).
ADVERTISEMENT