WHO Pertimbangkan Status Darurat Internasional Wabah Cacar Monyet di Afrika

6 Agustus 2024 12:25 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Angelika Lifafu (6) diduga menderita cacar monyet, duduk di tempat tidur di Puskesmas Yalolia, Tshopo, Republik Demokratik Kongo,Senin (3/10/2022). Foto: Arlette Bashizi/Reuters
zoom-in-whitePerbesar
Angelika Lifafu (6) diduga menderita cacar monyet, duduk di tempat tidur di Puskesmas Yalolia, Tshopo, Republik Demokratik Kongo,Senin (3/10/2022). Foto: Arlette Bashizi/Reuters
ADVERTISEMENT
Kepala Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sedang mempertimbangkan konsultasi dengan komite ahli untuk meminta nasihat tentang apakah wabah mpox (cacar monyet) yang berkembang di Afrika perlu dinyatakan sebagai keadaan darurat internasional.
ADVERTISEMENT
Virus strain lebih mematikan ini telah terdeteksi di Kenya dan Uganda dalam beberapa hari terakhir, setelah lonjakan kasus di Republik Demokratik Kongo (DRC).
Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, menyatakan bahwa WHO, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Afrika, serta pemerintah setempat sedang meningkatkan respons terhadap wabah tersebut.
Namun, Tedros menekankan perlunya tindakan lebih lanjut dan sedang mempertimbangkan untuk meminta pendapat ahli terkait deklarasi keadaan darurat kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian internasional—peringatan tertinggi WHO.
"Diperlukan lebih banyak pendanaan dan dukungan untuk respons yang komprehensif," ujarnya di platform media sosial X, seperti dikutip dari Telegraph.
Ia juga menyebutkan pentingnya pengawasan, keterlibatan masyarakat, pengobatan, dan vaksinasi yang ditargetkan untuk kelompok berisiko tinggi.
Theopiste Maloko (42) petugas kesehatan setempat, dan seorang perawat mengumpulkan sampel kulit dari Angelika Lifafu (6) untuk tes cacar monyet, di pusat kesehatan Yalolia, di Tshopo, Republik Demokratik Kongo, Senin (3/10/2022). Foto: Arlette Bashizi/Reuters
Mpox menyebabkan demam, nyeri otot, kelelahan, dan pembengkakan kelenjar getah bening. Dengan gejala paling jelas berupa lesi kulit menular yang dapat berakibat fatal, terutama pada individu dengan sistem kekebalan yang lemah.
ADVERTISEMENT
Pada 2022, WHO telah mengumumkan keadaan darurat kesehatan masyarakat ketika jenis mpox yang lebih ringan menyebar dari Nigeria ke lebih dari 100 negara, terutama memengaruhi pria gay dan biseksual. Keadaan darurat ini dinyatakan berakhir pada Mei 2023.
Namun, DRC kini menghadapi lonjakan kasus dengan strain baru yang lebih mudah menular, disebut "klade 1b". Penyakit ini telah mengakibatkan lebih dari 29 ribu kasus dan 1.100 kematian sejak awal 2023, sebagian besar di antaranya adalah anak-anak.
Uni Afrika telah menyetujui dana sebesar 8,1 juta poundsterling (setara Rp 167 miliar) dari dana Covid untuk mendukung pengujian, pemantauan, pengumpulan data, dan akses ke vaksin untuk mengatasi wabah mpox. Upaya ini diharapkan dapat meningkatkan pemantauan, pengujian laboratorium, manajemen kasus, dan akses vaksin.
ADVERTISEMENT
Kenya dan Uganda baru-baru ini melaporkan kasus pertama mereka dengan strain klade 1b, disusul laporan Rwanda dan Burundi, meskipun jenisnya belum diketahui.
Dr Placide Mbala-Kingebeni dari Universitas Kinshasa Kongo menyatakan penyebaran dari DRC ke negara-negara tetangga sudah diperkirakan mengingat tingginya pergerakan penduduk di wilayah tersebut.
Infografis cara mencegah penularan cacar monyet. Foto: Hodirin/kumparan