WHO Sebut Corona Menyebar di Udara, Pemerintah Harus Kencangkan Aturan

10 Juli 2020 11:02 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Warga menggunakan masker saat berbelanja di Pasar Raya Padang, Sumatera Barat, Senin (6/4/2020). Foto: ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra
zoom-in-whitePerbesar
Warga menggunakan masker saat berbelanja di Pasar Raya Padang, Sumatera Barat, Senin (6/4/2020). Foto: ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra
ADVERTISEMENT
Kasus virus corona di Indonesia melonjak tajam dan bertambah 2.567 kasus dalam sehari pada Kamis (9/7). Tingginya pertambahan kasus corona ini berasal dari klaster Sekolah Calon Perwira (Secapa) TNI AD di Bandung, Jawa Barat.
ADVERTISEMENT
Tingginya penyebaran COVID-19 ini dinilai anggota Komisi IX Fraksi PKS Kurniasih Mufidayati sejalan dengan laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yang menyebut virus corona menyebar di udara.
Maka dari itu, ia meminta pemerintah segera membuat protokol kesehatan baru, sebagai antisipasi penyebaran corona lewat udara.
Anggota Komisi IX F-PKS Kurniasih Mufidayati. Foto: Dok. Pribadi
"Perlu protokol pencegahan baru karena WHO menyebut COVID-19 sudah bisa menular lewat udara. Protokol yang lama tentu harus berubah. Pemerintah perlu mengencangkan kembali aturan, sebab kebijakan pemerintah untuk pencegahan penularan ini semakin tidak jelas," kata Kurniasih dalam keterengan tertulisnya, Jumat (10/7).
Selain itu, Kurniasih meminta pemerintah kembali mempertimbangkan menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Sebab, di beberapa daerah yang sudah mulai melonggarkan pembatasan, kedisiplinan masyarakatnya justru menurun dan tak semua bisa menjalankan new normal.
ADVERTISEMENT
Pemerintah juga diharapkan bisa memperbanyak fasilitas kesehatan untuk menampung pasien corona, khususnya daerah yang saat ini tingkat penyebarannya masih tinggi.
Seorang anak mengenakan face shield saat bersepeda pada Car Free Day (CFD) di Jalan Gajah Mada, Jakarta, Minggu (5/7). Foto: Hafidz Mubarak A/ANTARA FOTO
Banyaknya pasien corona dengan kategori orang tanpa gejala (OTG) juga patut diwaspadai. Ia berharap pemerintah mau meningkatkan kapasitas tes swab untuk masyarakatnya.
"Setelah kampanye new normal dengan hasil lonjakan kasus rata-rata naik lebih dari 1.000 per hari. Semakin banyak ditemukan kasus OTG, sehingga protokol kesehatan baru harus segera dibuat, disosialisasikan dan disiplin diterapkan dengan pengawasan ketat,” ungkap dia.
"Meminta pemerintah melanjutkan dan meningkatkan pemeriksaan dengan rapid test maupun PCR massal untuk mendeteksi OTG, kemudian melakukan tracing dan melakukan langkah-langkah pencegahan penularan," lanjutnya.
Di tengah kasus yang semakin meningkat, Kurniasih mengingatkan masyarakat untuk terus waspada dan tak euforia berlebihan dalam menjalankan new normal. Sebab, hingga kini belum diketahui kapan wabah corona berakhir.
ADVERTISEMENT
"Kami juga mengajak masyarakat agar semakin waspada, tidak euforia dengan pemberlakuan new normal, karena sampai sekarang pandemi masih di depan mata. Terapkan pola hidup bersih, selalu cuci tangan, memakai masker jika keluar rumah, Hindari kerumunan, tidak keluar rumah jika tidak sangat perlu," tandas dia.
=====
Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona