Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Lalu, apa yang terjadi bila kedua faktor itu muncul dan menjadi pemicu tenggelamnya KRI Nanggala?
Sejauh ini, ada 2 faktor besar yang diduga menjadi penyebab utama KRI Nanggala tenggelam di perairan Bali dan ditemukan di kedalaman 838 meter.
Pertama soal black out alias mati listrik, kedua soal adanya interval solitary wave atau arus besar di bawah laut.
KRI Nanggala yang tengah menggelar latihan peluncuran torpedo meminta izin untuk menyelam pada pukul 03.00 WITA. Izin sudah diberikan, lalu kapal selam nomor lambung 402 itu mulai menyelami perairan Bali.
Sebelum meluncurkan torpedo, ada izin atau otorisasi yang harus didapat KRI Nanggala dari komando atas. Saat itulah kontak dengan seluruh awak kapal hilang.
ADVERTISEMENT
Danseskoal Laksamana Muda Iwan Isnurwanto mengatakan, berdasarkan data satelit dari Jepang dan sejumlah negara eropa, ada interval solitary wave atau arus kuat di dalam air di lokasi penyelaman KRI Nanggala.
Dalam citra satelit, ada ketebalan yang sangat signifikan antara selatan Lombok dan Utara Bali. Interval solitary wave ini berada di kedalaman 180 meter.
"Sekarang gini kalau kita kena interval solitary wave keadaan alam sudah dibawa arus apa yang bisa kita laksanakan tidak ada yang mampu melakukan prosedur keselamatan apa pun," kata Iwan dalam konferensi pers di Mabes TNI AL, Jakarta, Selasa (27/4).
Saat itu, semua awak kapal selam tengah bersiap melakukan peluncuran kapal selam. Artinya semua sudah siap dengan posisi tempur sesuai dengan tugas yang telah ditentukan.
ADVERTISEMENT
"Kalau dia bergerak begini [terhantam interval solitary wave] bagaimana posisi anak-anak ini gelundung semua pak pasti terbawa sini," kata Iwan.
"Jadi kalau misalnya kapal menyelam 13 meter terbawa otomatis turun tidak bisa diselamatkan lainnya, tak bisa melawan alam," tutur dia.
Iwan begitu fasih menggambarkan kemungkinan yang terjadi saat KRI Nanggala terhantam arus besar itu. Sebab, dirinya pernah menjadi awak KRI Nanggala dan pernah mengalami sejumlah masalah saat tugas.
Bisa saja, komandan kapal selam dan komandan kamar mesin melakukan prosedur penyelamatan dengan mengembuskan tangki pemberat pokok dan tangki penahan tekan. Fungsinya agar kapal selam lebih ringan dan cepat mengapung ke permukaan.
"Tapi, sampai seberapa kuat menahan interval solitary wave ini?" ujar dia.
ADVERTISEMENT
Lalu, kemungkinan kedua, yakni adanya black out atau kondisi mati listrik. Kondisi ini tidak kalah berbahaya bila tidak segera tertangani.
Iwan pernah mengalami sendiri saat masih menjadi awak KRI Nanggala hingga menjadi komandan KRI Cakra 401 yang setipe.
Saat itu, KRI Nanggala yang diawakinya mengalami black out sekitar pukul 00.00 WIB. Sesaat setelah gelap gulita, hanya lampu emergency yang menyala, bagian belakang kapal turun dan miring hingga 45 derajat.
"Tidak sampai 10 detik [kapal turun] sampai 90 meter sehingga bisa membayangkan bagaimana posisi black out saat itu," tutur dia.
Saat itu, komandan kapal dan kepala kamar mesin langsung memerintahkan semua awak untuk lari ke bagian depan kapal. Tentu dengan kondisi kemiringan 45 derajat, semua awak harus merangkak.
ADVERTISEMENT
Beruntung, kepala kamar mesin saat itu dengan cepat menemukan masalah yang menyebabkan kapal black out. Ada satu sikring yang putus. Setelah diperbaiki, komandan kapal memutuskan untuk mengembuskan tangki pemberat pokok dan tangki penahan tekan sehingga kapal bisa kembali mengapung.
Lalu bagaimana dengan KRI Nanggala yang ditemukan di kedalaman 838 meter?
"Ingat 800 meter [berarti] tidak sampai 1 menit langsung ke bawah. Kedalaman interval solitary wave 180 meter kalau embus tidak ada tegangan untuk jalankan, kapal akan terus turun ke bawah," jelas dia.
Meski begitu, semua data ini belum final. KRI Nanggala masih ada di dasar laut dan menunggu proses evakuasi. Investigasi baru akan dijalankan dengan mengundang berbagai ahli kapal selam yang ada di dunia.
ADVERTISEMENT