Yenny Wahid Kritisi Kasus Tepuk Pramuka 'Islam Yes Kafir No'

16 Januari 2020 18:23 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Yenny Wahid saat ditemui di Kemenko Polhukam, Kamis (16/1). Foto: Maulana Ramadhan/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Yenny Wahid saat ditemui di Kemenko Polhukam, Kamis (16/1). Foto: Maulana Ramadhan/kumparan
ADVERTISEMENT
Putri Presiden RI ke-4 Abdurrahman Wahid, Yenny Wahid, ikut berkomentar terkait heboh pembina Pramuka mengajarkan yel-yel ‘Islam Yes Kafir No’ saat mengikuti praktik Kursus Mahir Lanjutan (KML).
ADVERTISEMENT
Praktik itu diadakan Kwarcab Pramuka Kota Yogyakarta di SD Negeri Timuran, Kota Yogyakarta, DIY, Jumat (10/1) lalu.
Yenny menyesalkan adanya praktik pengajaran seperti itu, terlebih kepada anak-anak.
"Saya bukan cuma menyesalkan, juga mengecam kalau ada namanya tepuk-tepuk semacam itu karena akan membuat perpecahan di tengah masyarakat," kata Yenny saat ditemui di kantor Kemenko Polhukam, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta, Kamis (16/1).
Yenny menambahkan, pengajaran dengan cara seperti juga seolah-olah menjadikan umat muslim sebagai umat yang eksklusif. Sehingga, kata Yenny, orang bisa diperlakukan secara berbeda-beda dan tidak ada kesetaraan lagi di antara masyarakat.
Yenny Wahid sebagai Role Model untuk program spesial Women on Top kumparanWOMAN. Stylist: Anantama Putra, Makeup: Linda Kusuma Dewi. Fotografer: SweetEscape Foto: Dok. SweetEscape.
"Tapi undang-undang kita jelas. Konstitusi kita jelas menjamin kesetaraan hak antara semua warga negara apa pun latar belakang agama, suku, latar belakang ekonomi dan sebagainya," jelasnya.
ADVERTISEMENT
Lebih lanjut, tokoh Muslimat NU ini menuturkan, kafir tidak hanya diartikan sebagai orang yang beragama di luar Islam.
"Kafir tuh orang yang enggak inget Tuhan. Orang korupsi juga dia mungkin pada waktu itu tidak ingat Tuhan. Orang yang melakukan tindakan-tindakan yang merugikan orang lain itu juga enggak inget Tuhan," ucap Yenny.
Sementara tu, pembina Pramuka asal Gunungkidul yang mengajak tepuk tersebut saat mengikuti praktik kursus mahir lanjutan (KML) yang diadakan Kwarcab Pramuka Kota Yogyakarta di SD Negeri Timuran, Kota Yogyakarta, mengaku khilaf.
Hal itu terungkap ketika pembina tersebut dipanggil Kwarcab Pramuka Kabupaten Gunungkidul.
"Sudah saya panggil (pembina yang bersangkutan). Itu khilaf, spontan, tidak diperhitungkan, dan tidak masuk dalam perencanaan pelatihan," kata Ketua Kwarcab Pramuka Gunungkidul, Bahron Rasyid, saat dihubungi kumparan, Kamis (16/1).
ADVERTISEMENT