Zaky Yamani, Mencari Identitas hingga ke Portugal

14 Juni 2017 19:14 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:16 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Zaky Yamani (Foto: Utomo P/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Zaky Yamani (Foto: Utomo P/kumparan)
ADVERTISEMENT
Salah satu penulis yang terpilih untuk mengikuti Program Residensi Penulis 2017 adalah Zaky Yamani. Penulis dua novel berjudul Bandar dan Pusaran Amuk itu mengaku mengikuti program tersebut karena kebetulan ia sedang ingin membuat novel yang membutuhkan latar luar negeri, yakni negara Portugal.
ADVERTISEMENT
“Saya sudah dua tahun terakhir ini merancang novel tentang Portugal karena setting sebagian novel ini ada di wilayah Portugal,” tutur Zaky kepada kumparan (kumparan.com), Selasa (13/6).
Penulis sekaligus jurnalis asal Bandung itu menjelaskan dirinya ingin membuat novel dengan setting Jawa Barat abad ke-15 dan Portugal abad ke-15.
Zaky yang akan berangkat ke Portugal selama sebulan pada akhir tahun ini melalui program residensi itu menuturkan, "Saya kan bukan tipe orang yang bisa berimajinasi tentang suatu wilayah yang belum pernah saya datangi. Jadi mandeg tuh bikin novelnya.”
Selama dua tahun ini Zaky mengaku dirinya lebih banyak riset soal Kerajaan Sunda saja. Kerajaan Sunda adalah nama lain dari Kerajaan Pajajaran, sebuah kerajaan bercorak Hindu-Buddha yang pernah ada antara tahun 932 dan 1579 Masehi di bagian barat pulau Jawa.
ADVERTISEMENT
Untuk menggambarkan latar Portugal, Zaky mengaku dirinya butuh survei langsung ke lokasi. Jalan untuk melakukan survei langsung itu Zaky lihat ada pada Program Residensi Penulis.
Pada tahun 2016 ketika program residensi angkatan pertama dibuka, Zaky ikut mendaftar, tapi sayangnya ia belum beruntung. “Tahun lalu ketika KBN (Komite Buku Nasional) membuka residensi yang pertama, saya telat lihatnya. Di hari terakhir banget saya baru apply. Saya nggak lolos,” ujar Zaky.
Pada kesempatan kedua di tahun 2017 inilah Zaky akhirnya terpilih sebagai salah satu peserta yang akan diberangkatkan ke luar negeri.
Zaky menyebut sudah ada lembaga dari Portugal yang bersedia untuk menjadi host-nya selama ia berada di sana. Ia berencana untuk melakukan riset pustaka dan tempat yang ada di negara Cristiano Ronaldo itu.
ADVERTISEMENT
"Saya akan lebih banyak riset dokumen dan lokasi. Karena latar novel saya di sebuah desa kecil di Portugal, saya mesti mencari suatu desa yang ada biaranya," tutur Zaky.
Selain sebuah desa yang memiliki biara, mantan jurnalis Pikiran Rakyat yang pernah meraih penghargaan Adiwarta dan Mochtar Lubis Fellowship itu juga akan meninjau Lisbon dan Porto sebagai kota-kota pelabuhan di Portugal.
Zaky Yamani (Foto: Utomo P/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Zaky Yamani (Foto: Utomo P/kumparan)
Adapun untuk riset pustaka, salah satu jenis dokumen yang ingin Zaky cari adalah artefak-artefak perjanjian kerjasama antara Kerajaan Portugal dan Kerajaan Sunda pada abad ke-15 yang ada di Arsip Nasional Portugal.
“Ada pengaruhnya antara keruntuhan Kerajaan Pajajaran dengan terlambat datangnya bantuan dari Portugal. Mereka (Kerajaan Pajajaran) kan diserang Kerajaan Cirebon dan Kerajaan Banten. Mereka sebenarnya punya surat kerja sama militer dengan Portugal,” ujar Zaky.
ADVERTISEMENT
Lelaki yang pernah meraih Developing Asia Journalism Awards itu mengaku telah membaca belasan buku mengenai kondisi abad ke-15 di Jawa Barat. “Kemarin saya juga baru mengakses perpustakaan Ajip Rosidi di Bandung. Yang saya baca di sana lebih ke kondisi masa akhir Kerajaan Sunda sebelum keruntuhan,” imbuhnya.
Ia juga menyebut sudah menulis sebagian isi untuk proyek novel terbarunya. Kebolongan informasi mengenai Portugal pada draft novel itu rencananya akan ia isi dan sempurnakan selama dan setelah ia melakukan riset di sana.
“Tema besarnya adalah pencarian identitas,” ujar Zaky mengenai draft novel terbarunya itu.
Zaky memberi trivia, “Jadi tokoh dalam novel ini adalah seseorang yang punya darah campuran antara Sunda dan Portugal, tapi dia nggak tahu siapa bapaknya. Makanya dia melakukan perjalanan untuk mencari bapaknya.”
ADVERTISEMENT
“Jadi ceritanya akan terbangun dengan plot antara pencarian anak ini tentang sosok bapaknya dan perjalanan kehancuran Kerajaan Pajajaran,” terang Zaky kembali mengenai isi novel yang sedang digarapnya.
Zaky melihat ada keunikan pada kerja sama antara salah satu kerajaan Hindu terakhir di Nusantara, Kerajaan Pajajaran, dengan kekuatan Katolik, dalam hal ini adalah Kerajaan Portugal, dalam menghadapi tekanan Islam pada masa itu. “Saya pikir jarang yang menyentuh latar itu,” katanya.
Motivasi Zaky menulis cerita itu adalah karena ia melihat sedikitnya referensi di Indonesia mengenai keadaan pada abad 15 lalu, terutama berkaitan dengan kerja sama antara Kerajaan Pajajaran dan Kerajaan Portugal.
ADVERTISEMENT
“Saya ingin membangun ingatan kembali tentang adanya kerja sama yang tak terduga pada saat itu antara kerajaan yang jauh di Nusantara dengan kerajaan yang pada saat itu sedang jaya-jayanya di Portugal. Nggak banyak kan yang bekerja sama dengan Portugal?” ucap Zaky.