3 Mobil Listrik BYD untuk Pasar Indonesia Pakai Baterai LFP

24 Januari 2024 6:46 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
BYD Atto 3 di pameran Japan Mobility Show 2023. Foto: Aditya Pratama Niagara/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
BYD Atto 3 di pameran Japan Mobility Show 2023. Foto: Aditya Pratama Niagara/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Baterai jenis lithium ferrophosphate atau LFP tengah jadi perbincangan hangat, apalagi pasca debat cawapres beberapa hari lalu. Jenis penyimpanan daya listrik tanpa nikel ini dijumpai pada mobil listrik seperti Wuling dan BYD.
ADVERTISEMENT
Nama terakhir sudah menyatakan komitmennya untuk membangun fasilitas produksi di Tanah Air. Nilai transaksi pabrikan asal China itu yang diungkapkan oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto sebesar 1,3 miliar dolar AS.
"Berdasarkan informasi yang saya dapat, investasi BYD adalah 1,3 miliar dolar AS (setara Rp 20,3 triliun nilai tukar per 18 Januari 2024) dengan kapasitas produksi 150 ribu unit per tahun," kata Airlangga di Jakarta beberapa waktu lalu.
Sebagai perusahaan teknologi, BYD tak sekadar membuat mobil listrik. Lebih dari itu, mereka juga mengembangkan rancang bangun kendaraan khusus listrik, semikonduktor, hingga teknologi mandiri baterai yang dinamakan Blade Battery.
e-Platform 3.0 BYD. Foto: Aditya Pratama Niagara/kumparan
Teknologi Blade Battery diklaim revolusioner, sebab menawarkan keunggulan lebih dibanding dengan jenis baterai mobil listrik lainnya. Seperti, daya tahan dan penyimpanan, kekuatan, sampai dengan biaya produksi lebih terjangkau.
ADVERTISEMENT
Sebab, Blade Battery BYD tidak menggunakan material nikel sebagai salah satu bahan bakunya. Tentunya ini agak kontras dengan upaya pemerintah Indonesia mendatangkan pabrikan mobil listrik berinvestasi di Indonesia, agar potensi cadangan nikel dalam negeri dapat terserap maksimal.
Head of Marketing Communication PT BYD Motor Indonesia (BMI), Luther T. Panjaitan mengonfirmasi, seluruh lini mobil listrik mereka seperti Dolphin, Atto 3, hingga Seal menggunakan teknologi Blade Battery ketika resmi dipasarkan di Indonesia nanti.
"BYD itu yang kita bawa ke Indonesia menggunakan baterai LFP untuk Dolphin, Seal, dan Atto 3. Kenapa LFP itu sudah menjadi keputusan berdasarkan riset internal kami," ujar Luther saat sela media first drive BYD Dolphin di Jakarta.
Mobil listrik BYD. Foto: Aditya Pratama Niagara/kumparan
Menyoal peluang BYD akan menggunakan jenis baterai dengan kandungan nikel ketika mobil listriknya mulai diproduksi di dalam negeri, Luther enggan berkomentar lebih lanjut. Menurutnya, teknologi Blade Battery sudah paling tepat.
ADVERTISEMENT
"Pertimbangan kita dari sisi keamanan kepada konsumen, bukan dari sisi bahan baku. Tentunya pertimbangan utama adalah soal safety, LFP kami itu sudah teruji kekuatan dan keamanannya," imbuhnya.
Seolah tak ingin disebut sebagai isapan jempol belaka, kumparan tempo hari pernah diajak langsung oleh BYD untuk membuktikan hasil pengembangan dan penelitian Blade Battery di China.
Ketika mengunjungi kantor pusat BYD Shenzhen, China, kumparan menyaksikan bagaimana tes stres dilakukan pada Blade Battery dan NCM baterai.
Ketika tes, Blade Battery tidak berasap atau bahkan berapi dan suhu pada permukaan baterai hanya berkisar di antara 30-60 derajat celsius.
Padahal pada tes yang sama, jenis baterai NCM, jenis baterai lithium-ion yang katodanya dibuat menggunakan kombinasi nikel, mangan, dan kobalt mencapai suhu 500 derajat celcius dan terbakar.
ADVERTISEMENT
Bahkan dalam beberapa tes, meskipun baterai NCM tidak berasap atau terbakar, permukaan baterainya bisa mencapai 200-400 derajat celsius.
Di samping tes tusuk, Battery Blade BYD juga telah melalui sejumlah test, termasuk dalam kondisi tabrakan, melengkung, bahkan dipanaskan permukaannya hingga 300 derajat celsius dan mengalami kondisi overcharged hingga baterai panas menjadi 260 derajat celsius, namun klaim pabrikan tidak mengakibatkan api atau meledak.
Tim engineer BYD mendesain baterai ini sedemikian rupa untuk mengoptimalkan pemanfaatan ruang paket baterai yang lebih baik 50 persen dibanding blok baterai lithium iron phosphate konvensional.
***