Agar Industri Komponen Lokal Bertahan di Era Kendaraan Listrik

18 Juli 2018 19:05 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:07 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Diskusi Terbatas Industri Komponen Otomotif (Foto: Aditya Pratama Niagara/kumparanOTO)
zoom-in-whitePerbesar
Diskusi Terbatas Industri Komponen Otomotif (Foto: Aditya Pratama Niagara/kumparanOTO)
ADVERTISEMENT
Sesuai peta jalan pengembangan kendaraan listrik, Kemenperin memasang target pada tahun 2025, 20 persen dari keseluruhan kendaraan yang diproduksi di Indonesia merupakan kendaraan listrik. Meliputi kendaraan hybrid, plug-in hybrid maupun electric vehicle (EV).
ADVERTISEMENT
Selain para produsen kendaraan, industri komponen juga mengambil peran penting dalam pengembangan mobil kendaraan rendah emisi tersebut.
Dalam materi yang dipaparkan Direktur Industri Maritim, Alat Transportasi, dan Alat Pertahanan Kementerian Perindustrian, Putu Juli Ardika, pada Focus Group Discussion Senjakala Industri Komponen Otomotif, setidaknya perlu 30.000 komponen untuk membangun satu unit kendaraan berbahan bakar fosil atau ICE (Internal Combustion Engine), sementara pada mobil listrik (LCEV), ada reduksi menjadi sekitar 20.000 komponen.
"Kalau kita lihat reduksi per itemnya enggak banyak, justru dengan tahapan pengembangan mobil listrik (mobil hybrid, plug-in hybrid, full electric) itu komponennya bisa bertambah. Dulu mesin bensin, nanti ada motor listrik, ada inverternya jadi nambah banyak," ujar Putu di Jakarta, Rabu (18/7).
ADVERTISEMENT
Toyota Prius  (Foto: Aditya Pratama Niagara/kumparanOTO)
zoom-in-whitePerbesar
Toyota Prius (Foto: Aditya Pratama Niagara/kumparanOTO)
Pada kesempatan yang sama, Dewan Pengawas Perkumpulan Industri Kecil dan Menengah Komponen Otomotif (PIKKO), Wan Fauzi, juga menilai pengurangan industri komponen tidak akan langsung drastis, bahkan bisa cenderung bertambah.
"Ya enggak sedrastis itu penurunannya, bisa satu sisi berkurang bisa satu sisi ada yang nambah, jadi beralih aja dari ke komponen lain. Contohnya ruangan mesin itu kan banyak bracket-nya, nah itu akan diubah bentuknya buat baterai, otomatis perlu tambahan komponen baru atau ada yang dibuang, jadi makanya kalau langsung hilang itu enggak mungkin begitu, makanya untuk menghadapi tahun 2025 insyaallah siap," ujar Fauzi.
Toyota Prius  (Foto: Aditya Pratama Niagara/kumparanOTO)
zoom-in-whitePerbesar
Toyota Prius (Foto: Aditya Pratama Niagara/kumparanOTO)
"Kami selalu aktif melihat perkembangannya, arahnya kemana, itu yang kami lakukan, kalau ada mesin di pabrik yang tidak terpakai, pasti ada, contoh kalau buat tangki bensin itu yang enggak kepakai cetakannya, tapi mesinnya itu kan bisa untuk mencetak yang lain," tambahnya.
ADVERTISEMENT
Fauzi juga menerangkan bila pengurangan maupun penambahan industri komponen pada pengembangan kendaraan listrik berbanding lurus pada fluktuasi jumlah tenaga kerjanya.
com-Pengisian Daya Mobil Listrik (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
com-Pengisian Daya Mobil Listrik (Foto: Thinkstock)
"Kalo tenaga kerja itu tergantung, semakin banyak konten lokalnya ya semakin bisa nambah, tapi kalo berkurang (lokal kontennya) ya berpengaruh. Ada perusahaan yang bertambah, jadi semacam balon lah, kalo pencet sini ada yang nambah gelembung di sisi lain, pintar-pintarnya perusahaan pembuat komponen, dia mengalihkan ke apa," imbuh Fauzi.