Aquaplaning Bisa Sebabkan Mobil Terbalik, Ini Cara Antisipasinya

19 Oktober 2021 17:28 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ilustrasi aquaplaning. Foto: media.torque.com
zoom-in-whitePerbesar
ilustrasi aquaplaning. Foto: media.torque.com
ADVERTISEMENT
Hujan sudah mulai mengguyur beberapa kawasan di Indonesia, pengemudi diimbau untuk lebih berhati-hati dan memperhatikan kecepatannya. Sebab, aquaplaning sangat rawan terjadi sehingga potensi kecelakaan sangat tinggi.
ADVERTISEMENT
Seperti yang dialami oleh mobil yang mengalami kecelakaan hingga terbalik di ruas Tol Cijago, Depok pada hari Senin (18/10/2021). Berdasarkan keterangan, penyebab utama kecelakaan tersebut akibat aquaplaning.
Aquaplaning merupakan kondisi dimana ban kehilangan daya cengkeraman atau traksi—ban tidak menapak secara sempurna—pada permukaan jalan ketika melintasi genangan air. Kondisi tersebut membuat mobil meluncur bebas tanpa bisa dikendalikan, dan berujung kecelakaan.
Training Director Safety Defensive Consultant Indonesia (SDCI) Sony Susmana mengatakan salah satu pemicu terjadinya aquaplaning adalah kelalaian pengemudi saat mengendarai mobil pada kondisi hujan atau ketika melewati genangan air.
“Ketika mobil mengalami aquaplaning, 90 persen sudah dipastikan kecelakaan, karena pengemudi sudah tidak dapat mengendalikan mobil,” jelasnya ketika dihubungi kumparan beberapa waktu lalu.
ADVERTISEMENT

Kurangi kecepatan saat kondisi hujan

Selama kondisi diguyur hujan, Sony menyarankan pengemudi untuk tidak memacu mobil secara berlebihan meskipun jalan tidak padat. Sebab, dengan kondisi jalanan yang basah, bisa menjadi pemicu utama aquaplaning.
Disarankan untuk mengurangi kecepatan setidaknya 20 km/jam dari kecepatan, meskipun memang pelan tapi untuk keselamatan pengemudi dan penumpang mobil.
“Kita bilangnya kurangi kecepatan 20 km/jam, misalnya di jalanan kering biasanya kecepatan 60 km, jadinya 40 km. Memang terlihat lebih pelan, tapi lebih aman,” ujarnya.
Berkendara di musim hujan Foto: dok. kumparan
Pendiri Jakarta Defensive Driving Consultant (JDDC), Jusri Pulubuhu menambahkan untuk melakukan pemeriksaan kondisi ban, karena ban yang botak memiliki risiko lebih besar untuk mengalami aquaplaning.

Jaga jarak itu penting

Ketika berada di tengah kondisi hujan, pengemudi wajib menjaga jarak yang aman dengan kendaraan lain. Sony menjelaskan, akibat jarak pandang yang terbatas, pengemudi harus menyesuaikan dengan kondisi hujan untuk menghindari potensi kecelakaan.
ADVERTISEMENT
“Kita menyesuaikan jarak pandang kita dengan kecepatan kendaraan, tujuannya supaya kita bisa bereaksi sesuai dengan kemampuan kita,” jelas Sony.
Jika jarak antar kendaraan terlalu dekat, dikhawatirkan dapat membuat pengemudi tidak memiliki waktu untuk melakukan manuver apabila mengalami situasi mendadak sehingga berpotensi kecelakaan.