news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Belajar Mengemudi, Pilih Mobil Matik atau Manual?

22 November 2019 9:02 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi belajar menyetir. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi belajar menyetir. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Sekolah-sekolah mengemudi saat ini umumnya sudah menyediakan unit mobil bertransmisi otomatik, sebagai media belajar para pemula. Ini seiring dengan semakin populernya eksistensi jenis mobil tersebut, khususnya di perkotaan.
ADVERTISEMENT
Memang, mobil matik tampak lebih mudah dioperasikan, mengingat hanya ada dua pedal --gas dan rem, serta transmisi yang tak perlu dipindah-pindah lagi kecuali diperlukan.
Namun sebenarnya, apakah cara tersebut tepat?
Merespons hal tersebut Aan Gandhi, Instrukstur Global Defensive Driving Center, mengakui banyak yang beranggapan bahwa belajar mobil dengan transmisi otomatik lebih mudah dan cepat mahir.
Hanya saja, kata Aan Gandhi, nantinya pengemudi akan sulit beradaptasi, saat harus menyetir mobil bertransmisi manual ketika keadaan darurat.
"Misalnya di rumah cuma ada mobil manual tapi ada anggota keluarganya yang sedang sakit. Tapi dia tidak bisa menggunakan mobil manual," sambung Aan.
Meski begitu, jika memang mobil yang digunakan untuk belajar menyetir bertransmisi otomatik, menurut Aan tidak masalah. Hal terpenting adalah selain belajar teknik, pengemudi pemula juga harus memahami faktor safety driving saat belajar menyetir.
ADVERTISEMENT
"Kalau di negara-negara maju, ketika belajar mobil sudah disisipkan tentang safety driving-nya. Agak berbeda dengan di Indonesia, kebanyakan belajar mengemudi hanya sekadar menjalankan kendaraan. tidak disisipi nilai-nilai keselamatan berkendara," jelasnya
Selain itu, hal yang sering luput diajarkan pada pengemudi pemula adalah melatih defensive driving atau kepekaan berpikir pengendara terhadap bahaya yang mungkin terjadi dalam berkendara. Aan mengatakan, banyak pengemudi pemula yang tidak ditanamkan defensive driving sehingga sering terjadi kecelakaan lalu lintas.
"Defensive driving itu termasuk soft skill, memang susah, tapi harus diajarkan sejak dini. Misalnya, bagaimana bisa membaca bahaya, bagaimana selalu berpikiran positif saat berkendara, tidak terburu-buru, tidak emosi, banyak mengalah, dan mempunyai empati. Angka kecelakaan pun bisa diminimalisir," tutupnya.
ADVERTISEMENT