Bemo, Ikon Jakarta yang Lahir di Asian Games 1962

19 Agustus 2018 11:02 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:06 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Bemo di kawasan Benhil (Foto: Aria Pradana/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Bemo di kawasan Benhil (Foto: Aria Pradana/kumparan)
ADVERTISEMENT
Indonesia sebagai tuan rumah Asian Games ke-18 mengingatkan kita akan kejayaan gelaran 4 tahunan itu pada tahun 1962.
ADVERTISEMENT
Pada tahun tersebut, Indonesia juga sebagai tuan rumah Asian Games edisi ke-IV. Namun kondisinya tidak semegah dan seramai sekarang. Moda transportasi umum pun masih sangat terbatas.
Sebagai solusi, muncullah sebuah kendaraan roda tiga sebagai angkutan massal untuk mengangkut warga yang hendak menyaksikan berbagai pertandingan dalam Asian Games.
Wujud kendaraan itu adalah becak motor atau akrab disebut bemo. Kala itu bemo dihadirkan oleh Daihatsu sebagai manufaktur yang diminta panitia penyelenggara untuk menyediakan sarana angkutan umum menjelang Asian Games ke-IV tahun 1962 di Jakarta.
Nama aslinya sebenarnya bukan bemo. Kendaraan roda tiga itu dilabeli nama Midget dan mampu menampung 5 hingga 7 orang penumpang sekaligus. Daihatsu Midget yang juga terkenal di Jepang itu menggendong mesin 2 tak dengan kapasitas 250 cc berpendingin udara satu silinder bertenaga 7,8 dk.
Daihatsu Midget (Bemo) (Foto: Daihatsu)
zoom-in-whitePerbesar
Daihatsu Midget (Bemo) (Foto: Daihatsu)
Namun jumlah bemo yang disiapkan tidak sebanding dengan antusias warga untuk menyaksikan berbagai pertandingan dalam Asian Games. Hingga akhirnya mereka masih memanfaatkan sepeda atau berjalan kaki.
ADVERTISEMENT
Usai Asian Games, jumlah bemo kemudian diperbanyak sebagai moda transportasi di Ibukota negara.
Di negara asalnya pada tahun 1972, produksi Daihatsu Midget dihentikan karena mesinnya tidak ramah lingkungan, namun tidak untuk di Indonesia, Daihatsu Midget alias bemo terus berkeliaran mengantar penumpang ke penjuru Jakarta. Pada sekitar tahun 1977, sistem trayek pun diberlakukan karena semakin banyaknya jumlah bemo, hingga mengalami masa kejayaannya pada tahun 1984 sampai 1990.
Bemo di kawasan Benhil (Foto: Aria Pradana/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Bemo di kawasan Benhil (Foto: Aria Pradana/kumparan)
Sayang kendaraan andalan warga Jakarta itu makin terpinggirkan. Unitnya pun sudah semakin sulit ditemukan bahkan hilang bak ditelan bumi. Puncaknya pada 6 Juni 2017 lewat Surat Edaran Kadishub Nomor 84/SE/2017, Pemprov melarang operasinya bemo karena unitnya yang makin uzur juga tidak laik jalan.
ADVERTISEMENT
Kendaraan roda tiga bermoncong tumpul yang dulu mewarnai sudut kota Jakarta itu kini digantikan dengan Bajaj roda empat berkelir biru.
Mesinnya pun tidak hanya tersedia berbahan bakar bensin. Bajaj roda empat bernama Qute itu ada yang berbahan bakar CNG atau LPG dengan konfigurasi 216,6 cc yang bertenaga 13 dk dan mampu berlari hingga kecepatan puncak 70 km/jam.
Qute dan Bemo berdampingan. (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Qute dan Bemo berdampingan. (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)