Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
ADVERTISEMENT
Mitsubishi Outlander PHEV punya dua sistem penyuplai listrik. Bisa dari baterai yang dayanya berasal dari colokan setrum, maupun dari mesin pembakaran internal yang akan menggerakkan generator untuk menghasilkan listrik.
ADVERTISEMENT
Kemudian, daya listrik itu disalurkan ke motor penggerak yang ada pada mobil tersebut. Ada dua motor listriknya, depan dan belakang. Masing-masing bisa menghasilkan tenaga 80 dk serta torsi 137 Nm dan tenaga 93 dk juga torsi 195 Nm.
Soal baterai, dari data teknis ini dapat menampung daya maksimal 13,8 kWh dengan tegangan 800 volt.
Department Head Technical Service Sales and Marketing Division PT Mitsubishi Motors Krama Yudha Sales Indonesia (PT MMKSI), Budiarto, menjelaskan baterai diletakkan pada bagian bawah mobil. Meski begitu posisinya aman dari air karena letaknya masih di dalam sasis.
"Baterai yang digunakan pada Mitsubishi Outlander PHEV berjenis Lithium-Ion. Pemilihan baterai ini sudah melalui riset dan pengembangan yang panjang," kata Budiarto di sela-sela pameran otomotif Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2019.
ADVERTISEMENT
Modus berkendara
Assistant Division General Manager Product Strategy Division and General Manager Electric Vehicle Solution Department MMC, Takashi Hiromatsu, saat mengenalkan Outlander PHEV menjelaskan, ada tiga modus berkendara yang secara otomatis diterapkan pada Outlander PHEV.
"Sistem hybrid akan memilih yang paling cocok di antara tiga drive mode, drive mode yang ada dapat menawarkan akselerasi yang mulus dan kenyamanan berkendara," kata Hiromatsu di Jakarta, Selasa (9/7) malam.
Pertama ada EV Mode. Modus ini merupakan macam pengendaraan yang tenaga penggeraknya dari motor listrik. Artinya, selama modus ini bekerja, akan menyedot daya dari baterainya.
Bisa dibilang, ini sebagai modus awalan saat mengemudikan Outlander PHEV , utamanya ketika kondisi baterainya penuh, kedua motor listrik lah yang akan menggerakkan semua roda. Saat berkendara pun nyaris tanpa suara, senyap dan bebas emisi.
ADVERTISEMENT
Selanjutnya, ada modus yang disebut sebagai Series Hybrid Mode. Kalau yang ini mesin pembakaran internal bekerja sebagai generator listrik bukan untuk menggerakkan mobil.
Dari paparan Hiromatsu, tenaga utamanya masih masih berasal dari motor listrik, saat membutuhkan tenaga yang lebih besar, mesin 2.400 cc akan hidup untuk menggerakkan generator yang menghasilkan daya listrik ke baterai.
Artinya ketika daya dari baterai kurang untuk meningkatkan performa motor listrik, generator tadi akan memberikan daya tambahan ke motor listrik depan.
Modus series ini umumnya bekerja saat mobil membutuhkan tenaga besar seperti saat menanjak.
Dan ketiga ada Parallel Hybrid Mode. Seperti sebelumnya, tenaga penggerak utamanya masih dari motor listrik. Tapi mesin mulai mengintervensi dan secara periodik menggerakkan roda serta generator sebagai penghasil listrik yang disimpan di dalam baterai.
ADVERTISEMENT
Ya, pada modus ini tenaga penggeraknya kombinasi antara motor listrik dan mesin. Modus ini cocok ketika melintasi jalan tol, sehingga saat digeber pada kecepatan tinggi, tenaganya terasa dan pada saat bersamaan menyimpan energi ke baterai.
Memanen listrik lewat regenerative braking
Lingkar kemudi Outlander PHEV juga dilengkapi dengan tuas menyerupai paddle shift. Tapi fungsinya bukan untuk menaik atau turunkan gigi, melainkan jadi cara untuk mengaktifkan regenerative braking.
Regenerative braking sendiri merupakan metode lain untuk menghasilkan listrik ke baterai. Cara kerjanya dengan memanfaatkan energi kinetik pada momentum deselerasi atau saat pengereman.
Mekanismenya seperti ini. Saat kaki tidak menginjak pedal gas, roda yang berputar tadi akan menghasilkan energi yang langsung ditangkap oleh generator.
ADVERTISEMENT
Lalu apa fungsi paddle shift tadi? Pada Outlander PHEV, tuas tersebut sebenarnya dinamakan paddle selector. Gunanya untuk menyetel tingkat kekuatan pengereman. Ada enam tingkatan yang bisa dipilih. Level satu tekanan pengeremannya tidak terlalu besar, dan seterusnya hingga level enam punya tekanan pengereman paling besar.
Tekanan pengereman ini yang nantinya akan mengatur jarak pengereman hingga akhirnya mobil berhenti. Artinya kalau memilih level 6, mobil akan cepat berhenti. Tapi bukan berarti level 6 akan sedikit menyerap energi kinetik karena lebih cepat berhenti, semua tergantung pada kondisi jalan dan cepat lambatnya rotasi ban.
Melansir Continental Mitsubishi, dalam pengendaraan di jalan tol atau sedikit menggunakan rem, maka mematikan fungsi atau menyetelnya pada level satu direkomendasikan. Beda cerita kala kondisinya macet dan porsi pengereman lebih banyak, maka level paling tinggi dibutuhkan supaya tidak ada energi terbuang sia-sia.
ADVERTISEMENT
Benefit teknologi PHEV
Secara keseluruhan, teknologi pada Outlander PHEV menawarkan cara baru berkendara yang tidak lagi hanya berpangku pada ketersediaan bahan bakar.
Hiromatsu menjelaskan, saat baterai maupun tangki bensinnya terisi penuh, jarak tempuh Outlander PHEV bisa sangat jauh.
"Bahkan jarak yang ditempuh bisa sangat jauh hingga 600 km tanpa charging station (bila tidak menekan tombol EV). Dapat saya katakan Outlander PHEV sebagai model premium karena kami integrasikan dengan teknologi baru dengan lebih 50 tahun penelitian dan pengembangan," jelas Hiromatsu.
Bila dianalogikan, 600 km itu sama saja jaraknya saat mengendarai mobil dari Monas, Jakarta ke Wonogiri, Jawa Tengah melalui Tol Trans Jawa.
Artinya, Outlander PHEV sesuai dengan kondisi Indonesia yang belum memiliki jaringan pengisian baterai. Sebab, listrik yang dibutuhkan mobil bisa menggunakan dua sumber: colokan listrik dan mengoperasikan mesin untuk menggerakkan generator yang akan memproduksi listrik secara mandiri.
ADVERTISEMENT